Ragam Inovasi Produk Mamin: dari Cokelat, Kecap, hingga Pemanis Alami Tanpa Kalori

Kombinasi kreativitas, perkembangan teknologi, dipadukan dengan kebutuhan masyarakat berhasil mendorong perusahaan makanan-minuman untuk terus berinovasi menciptakan beragam produk unik.

Ragam Inovasi Produk Mamin: dari Cokelat, Kecap, hingga Pemanis Alami Tanpa Kalori
Stan Djoe Hoa di SIAL InterFood 2025. (Foto: Harits Arrazie/Suar.)

Kombinasi kreativitas, perkembangan teknologi, dipadukan dengan kebutuhan masyarakat berhasil mendorong perusahaan makanan-minuman untuk terus berinovasi menciptakan beragam produk unik.

Dari berbagai produk yang ditampilkan di pameran, salah satu peserta yang menarik perhatian adalah Djoe Hoa, jenama kecap asal Tegal yang sudah berdiri sejak 1942. Perusahaan ini telah melewati masa penjajahan Jepang sebelum kembali bangkit setelah kemerdekaan. Pada masa awal, Djoe Hoa hanya memproduksi kecap ikan sebagai satu-satunya produk yang dikelola turun-temurun.

“Resepnya tidak berubah dari dulu sampai sekarang,” kata Aray, Tim Event Djoe Hoa, ditemui pada Pameran SIAL InterFood 2025, BSD City Tangerang, Kamis (13/11/2025).

Kecap ikan merah menjadi produk unggulan yang paling dikenal di berbagai daerah. Produk ini dibuat dari konsentrat ikan yang berasal dari fermentasi ikan laut, air, dan garam selama sekitar dua setengah tahun sebelum dimasak. Durasi fermentasi yang panjang dilakukan untuk menjaga kemurnian bahan yang digunakan.

“Gara-gara itu sebagian konsumen mengira produk kami ini impor karena karakter rasanya,” ujar Aray.

Pengembangan produk berlanjut pada 1993 ketika perusahaan mulai merilis kecap manis, termasuk merek Ikan Hitam yang difermentasi dari kedelai selama satu tahun tanpa bahan pengawet dan tanpa penyedap monosodium glutamat (MSG).

Aray menjelaskan konsumen langganan sangat mengenali karakter produk Djoe Hoa sehingga konsistensi rasa menjadi prioritas utama. Karena itu, metode fermentasi tradisional tetap digunakan untuk menjaga kestabilan rasa. 

Pada 2018, Djoe Hoa memperluas pengembangan produknya dengan meluncurkan sambal sehat Royal Chili yang dibuat tanpa pengawet, tanpa pewarna, dan tanpa MSG.

Sambal ini melalui proses fermentasi sekitar enam bulan sebelum dimasak, dengan daya simpan tiga minggu di suhu ruang atau hingga tiga bulan di dalam kulkas. Proses itu mengikuti standar keamanan bahan yang dijaga oleh pemilik perusahaan.

“Saya ingin membuat produk yang bisa saya makan dan anak-anak saya bisa makan,” ujar Aray mengutip prinsip sang owner, Cornelius Susanto.

Selain produsen kecap dan sambal, pameran ini juga diikuti oleh pelaku usaha yang berfokus pada produk kesehatan. Beeru, jenama asal Tangerang Selatan yang berdiri pada 2022, membawa serangkaian produk yang dirancang untuk mendukung pola hidup sehat.

Produk utamanya adalah Beeru Stevia, pemanis alami tanpa kalori yang dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes. Wulanda Pramudita, Business Development Beeru, menjelaskan seluruh lini produk yang mereka kembangkan berada dalam kategori healthy food, meliputi pemanis alami stevia (Beeru Stevia) dan beras porang (Konjac) atau nasi rendah kalori praktis, serta varian lain seperti kaldu tanpa MSG.

Beeru Stevia dibuat dari ekstrak daun stevia dan dikembangkan dalam bentuk cair agar mudah digunakan pada minuman panas maupun dingin. Varian liquid ini dipilih karena stevia yang beredar di pasaran sebelumnya lebih banyak tersedia dalam bentuk serbuk. Produk itu juga dapat digunakan sebagai pengganti gula pada masakan dan minuman sehari-hari.

Pengunjung SIAL InterFood 2025 memadati stan Beeru sembari mencicipi Beeru Stevia. (Foto: Harits Arrazie/Suar).

Dalam pengembangannya, Beeru menekankan formulasi stevia yang murni tanpa campuran pemanis lain. Perusahaan bekerja sama dengan vendor manufaktur untuk proses produksi, sedangkan formulasi dibuat internal dengan fokus pada kemurnian bahan. Mereka menggunakan ekstrak daun stevia yang menghasilkan sedikit rendemen dan dilarutkan hanya dengan air. “Kita pakai benar-benar 100% stevia sama hanya pelarut air,” kata Wulan.

Beeru juga menerapkan pengawasan kualitas berlapis untuk menjaga keamanan produknya. Quality control dilakukan oleh pihak manufaktur dan diperiksa kembali oleh tim internal sebelum produk diedarkan.

Setelah sempat menghadapi kasus pemalsuan pada produk stevia, Beeru menambahkan fitur keamanan seperti barcode, kode unik, dan area gosok untuk memastikan keaslian produk. “Kita bikin beberapa langkah yang ngebedain produk kita dari sisi orisinalitasnya,” ujar Wulan.

Baca juga:

Menilik Inovasi Industri Makanan-Minuman
Perkembangan teknologi mendorong munculnya inovasi berbagai produk makanan-minuman. Beragam produk unik jadi cara untuk memikat konsumen.

Di antara jenama pangan yang menampilkan produk baru di pameran, Pronas menjadi salah satu produsen yang menonjol dengan sejarah panjangnya di industri makanan kaleng. Merek ini berdiri pada 1948 dan merupakan akronim dari Produk Nasional, dengan pabrik berlokasi di Denpasar serta kantor pusat di Jakarta Timur.

Produksinya pada masa awal ditujukan untuk kebutuhan konsumsi tentara Jepang sebelum berkembang ke pasar domestik. Arin Susanti, Business Development Manager Pronas menjelaskan produk mereka kini terdistribusi ke berbagai daerah dan pernah diekspor hingga Malaysia, China, Jepang, dan Papua Nugini.

Corned beef menjadi produk unggulan Pronas sejak masa awal berdirinya dan tetap menjadi andalan sampai saat ini. Pengembangan varian dilakukan melalui pilihan rasa seperti pedas dan mushroom, serta kategori premium seperti classic dan chunky. Riset dan inovasi juga melahirkan produk baru bernama Daging Luncheon Pronas, yaitu daging blok serbaguna halal sebagai alternatif produk sejenis di pasaran. “Rasa legendarisnya itu kita nggak mau berubah karena memang sudah jadi pattern kami,” kata Susan.

Stan Pronas di SIAL InterFood 2025. (Foto: Harits Arrazie/Suar).

Saat ini Pronas memperluas portofolionya ke berbagai kategori seperti seasoning, ready to eat, ready to meal, frozen food, bumbu tumis, hingga sarden. “Corned beef tetap paling laris karena sudah menjadi brand unggulan kami,” ujar Susan. Meski lini produknya semakin beragam, item itu masih menjadi pilihan utama pengunjung selama pameran. Konsistensi rasa dijaga dengan mempertahankan resep yang digunakan sejak generasi awal, termasuk ciri khas kaleng kotak yang menjadi identitas produknya.

Di antara peserta yang menampilkan inovasi bahan pangan, Terve Chocolate hadir sebagai jenama cokelat asal Bandung yang berdiri pada 2023. Di Bandung tempat kantor pusatnya, Terve mengusung konsep small labor factory yang memungkinkan pengunjung melihat proses produksi produk secara langsung. Alaska Tsary, Business Development Terve Chocolate, menjelaskan pendekatan itu dilakukan untuk mengedukasi pasar mengenai proses pembuatan coklat. 

Produk yang dikembangkan Terve mencakup kategori single origin, origin, dan house blend. Single origin dibuat dari satu kebun dengan standar mutu tertentu sehingga menghasilkan karakter rasa yang khas daerah kebun, sedangkan house blend digunakan untuk produksi dalam jumlah besar karena lebih stabil. Portofolio produk mencakup white, milk, hingga dark chocolate dengan kandungan kakao mencapai 100%. 

Stan sederhana Terve Chocolate di SIAL InterFood 2025. (Foto: Harits Arrazie/Suar).

Pengembangan produk dilakukan melalui proses riset yang dimulai dari prototyping selama sekitar satu tahun dan dilanjutkan uji pasar selama tiga hingga enam bulan. Setiap produk baru dirilis setelah Terve membaca kebutuhan pasar, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Contohnya, saat mengikuti pameran di Paris, mereka merilis coklat dengan rasa rendang dan kunyit karena pasar Eropa relatif asing dengan varian rasa itu. “Kita selalu cek dulu market-nya, dapat celahnya baru kita masuk,” kata Alaska.