Program Pembangunan Rumah Pemerintah Dongkrak Kinerja Industri Keramik

Volume produksi industri ini pada Januari-Oktober 2025 mencapai 392,7 juta meter persegi bertumbuh 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Program Pembangunan Rumah Pemerintah Dongkrak Kinerja Industri Keramik
Foto udara kompleks perumahan KPR subsidi di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (17/11/2025). Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman mencatat penyerapan rumah subsidi hingga 15 November 2025 mencapai 221.000 unit dari total alokasi 350.000 unit untuk 2025. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Daftar Isi

Berbagai program pembangunan dan insentif pemerintah soal perumahan berdampak positif pada kenaikan kinerja industri keramik. Volume produksi industri ini pada Januari-Oktober 2025 mencapai 392,7 juta meter persegi bertumbuh 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, kenaikan produksi keramik nasional tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Ini antara lain seperti PPN ditanggung pemerintah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kontraktor dan pengusaha bangunan, dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 350 ribu unit.

Berbagai program tersebut meningkatkan permintaan pembangunan perumahan. Hal ini juga turut meningkatkan permintaan dan produksi keramik.

Selain itu, menurut Edy, kebijakan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) membantu industri keramik dalam negeri bisa bersaing menghadapi banjirnya impor keramik.

Tantangan harga gas

Meski alami kenaikan, Edy mengatakan, pihaknya masih menghadapi tantangan harga gas yang tinggi.

“Meskipun produksi keramik semakin meningkat tetapi tantangan masih ada yaitu harga gas yang tinggi dan serbuan produk impor yang masuk terutama dari Tiongkok,” ujar dia ketika ditemui di Gedung DPR, Jakarta (15/11).

Edy menuturkan dalam pertemuan asosiasi keramik se-ASEAN di Malaysia baru-baru ini, terungkap bahwa harga gas di Malaysia dan Thailand justru mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Malaysia melaporkan harga gas mereka turun dari USD10,05 per Milion Metric British Thermal Unit (MMBTU) menjadi USD9,6 per MMBTU tahun ini. Serupa Malaysia, Thailand juga mencatat penurunan harga gas dalam tiga tahun terakhir menjadi us$9,9 per MMBTU. Sementara di Indonesia, tren harga justru meningkat, padahal Indonesia produsen gas.

Kondisi tersebut membuat biaya produksi di Indonesia menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga. Saat ini, harga gas pasaran tanpa subsidi untuk industri di kisaran USD 11-USD12 per MMBTU.

Ia meminta pemerintah agar memberikan harga gas yang sesuai dengan standar industri yaitu US$ 7 per MMBTU, tujuannya agar industri keramik Indonesia bisa bersaing di kawasan Asean.

Percaya diri kemampuan industri

Di tempat terpisah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan peran strategis Indonesia dalam rantai pasok global industri keramik melalui penyelenggaraan The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) 2025 di Yogyakarta pada 10 November 2025.

Forum internasional yang dihadiri delegasi dari berbagai negara ini menjadi momentum penting untuk menunjukkan kekuatan industri keramik nasional yang kini menempati posisi lima besar produsen dunia.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengatakan bahwa industri keramik merupakan salah satu sektor unggulan nasional yang memiliki potensi besar karena berbasis sumber daya alam lokal serta memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman industri yang kuat.

“Dengan kapasitas produksi sebesar 625 juta meter persegi per tahun, Indonesia saat ini berada di posisi lima besar produsen keramik dunia. Kami optimistis, dengan dukungan investasi dan kebijakan yang tepat, Indonesia akan mampu naik menjadi empat besar dunia dalam waktu dekat,” ujar dia dalam siaran persnya yang diterima SUAR di Jakarta (17/11/2025).

Kinerja industri keramik juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada triwulan II tahun 2025, sektor semen, keramik, dan pengolahan bahan galian non logam tumbuh 10,07 persen (y-on-y), menjadi salah satu subsektor dengan kinerja terbaik di sektor manufaktur nonmigas.

Ia menambahkan, sepanjang tahun 2020–2024, total realisasi investasi di sektor keramik mencapai Rp20,3 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 10.000 orang. Saat ini, total nilai investasi sektor keramik telah mencapai Rp224 triliun, yang turut menyerap sekitar 40.000 tenaga kerja di berbagai segmen rantai produksi.

“Prospek industri keramik nasional ke depan masih sangat menjanjikan. Peningkatan pembangunan infrastruktur, properti, dan konstruksi menjadi faktor pendorong utama. Apalagi tingkat konsumsi keramik Indonesia masih sekitar 2,2 meter persegi per kapita lebih rendah dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Artinya, ruang pertumbuhan pasar domestik masih sangat luas,” jelasnya.

Selain memperkuat kapasitas produksi, pemerintah juga mendorong transformasi teknologi di sektor keramik melalui adopsi digital printing dan digital glazing agar mampu menghasilkan produk berukuran besar dengan presisi tinggi dan memenuhi standar mutu internasional. Produk keramik Indonesia bahkan telah diekspor ke berbagai negara dengan nilai ekspor mencapai US$31 juta pada periode Januari–Agustus 2025.

Untuk memperkuat iklim investasi, Kemenperin juga menyiapkan sejumlah kawasan industri strategis di wilayah Batang, Kendal, dan Semarang, yang memiliki lokasi dekat pelabuhan utama, jaringan jalan tol, serta infrastruktur gas yang memadai. Kawasan-kawasan tersebut juga menawarkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal bagi investor domestik maupun asing.

Pemerintah terus memberikan dukungan terhadap peningkatan daya saing industri keramik melalui kebijakan fiskal dan nonfiskal, efisiensi energi, serta penerapan Standar Industri Hijau. Langkah ini sejalan dengan target pencapaian industri net-zero emission pada tahun 2050.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi global di forum WCTF 2025 sebagai wadah strategis untuk berbagi praktik terbaik, memperkuat kemitraan, dan mendorong inovasi berkelanjutan.

Pertumbuhan bisnis

Di tengah berbagai tantangan, perusahaan keramik masih mencatat pertumbuhan bisnis. Berdasarkan laporan hasil paparan publik yang dikutip SUAR pada (17/11), emiten keramik, PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) berhasil mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 16,54% pada semester I-2025 secara year-on-year. Perusahaan tersebut mencatat penjualan naik, dari Rp1,22 triliun ke Rp 1,42 triliun.

CFO PT Arwana Citramulia Tbk Rudy Sujanto mengatakan, pertumbuhan di tengah penurunan daya beli masyarakat ini merupakan kinerja yang dapat dibanggakan. Hal ini berkat inovasi produk keramik Rectify dan keramik porcelain dengan design yang sesuai dengan tren pasar. 

"Harga jual rata-rata bertumbuh sebesar 7,44% disertai pertumbuhan volume penjualan sebesar 8,47%," ujar dia.

Baca juga:

Industri Keramik Mampu Swasembada, Siap Wujudkan Program 3 Juta Unit Rumah
Industri keramik dalam negeri sudah mampu swasembada dan memenuhi kebutuhan domestik dengan kapasitas produksi mencapai 650 juta meter persegi, dengan kapasitas produksi yang melimpah ini maka program 3 juta unit rumah dari pemerintah bisa diwujudkan.

Naiknya angka penjualan sejalan dengan peningkatan beban pokok penjualan sebesar 22,72% menjadi Rp 985,92 miliar hingga Juni 2025. ARNA berhasil menghasilkan laba kotor sebesar Rp 437,57 miliar atau naik 4,65% dari laba kotor di semester I-2024 yang tercatat sebesar Rp 418,12 miliar.

Di sisi lain, beban penjualan ARNA terpantau naik 3%, dari semula Rp 124,31 miliar di semester I-2024 menjadi Rp 128,03 miliar pada semester I-2025.

Begitu juga dengan beban umum dan administrasi yang melonjak 13,51% ke angka Rp 44,68 miliar. Hingga akhir Juni lalu.

Rudi mengungkapkan, Arwana Ceramics sedang mempersiapkan upgrading mesin produksi 4.0 untuk efisiensi biaya produksi, dan ekspansi kapasitas produksi keramik porcelain, P4D di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Pabrik terbaru ini dilengkapi mesin dengan teknologi terbarukan yang didesain untuk memproduksi keramik Porcelain ukuran besar dan direncanakan akan mulai produksi komersial di akhir Tahun 2025.