Kiat Mengatasi Banjir Impor Bahan Baku dan Produk Alat Kesehatan

Kendati punya potensi besar, industri alat kesehatan dihadapkan pada pasar yang dibanjiri impor bahan baku dan produk barang jadi.

Kiat Mengatasi Banjir Impor Bahan Baku dan Produk Alat Kesehatan
Beberapa contoh alkes yang ditampilkan di HAI-FEST. Foto: Ridho/Suar.id.
Daftar Isi

Industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri masih dihadapkan pada tantangan klasik, yaitu tingginya ketergantungan terhadap impor bahan baku dan produk jadi. Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah penguatan industri dalam negeri dan perkuat kolaborasi lintas sektor.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Erwin Hermanto menuturkan, penyebab utama tingginya impor bahan baku alkes di Indonesia karena belum berkembangnya industri hulu untuk produksi bahan baku. Selain itu, ada pula pola pikir yang berkembang yang menganggap produk impor lebih baik, meskipun produksi dalam negeri sudah ada. 

Saat ini, industri alkes nasional harus bersaing dengan produk impor, padahal kualitas produk lokal terus membaik.

“Kompleksitas bahan baku alkes di Indonesia itu beragam, setiap industri berbeda beda kebutuhan dan jenisnya, ada yang butuh baja jenis A, ada yang butuh baja jenis B tidak sama,” ujar dia ketika ditemui dalam acara Health Innovation Festival (HAI-Fest) 2025 di Balai Kartini, Jakarta (8/12/2025).

Jika permasalahan impor bahan baku dan produk jadi ini terus dibiarkan, maka akan mengancam ketahanan sektor kesehatan di Indonesia. Karena itu diperlukan solusi. Yaitu, penguatan industri dalam negeri.

Penguatan industri dalam negeri dapat dilakukan dengan strategi multi sektoral, yaitu pemberian insentif dan kemudahan regulasi, peningkatan riset dan inovasi serta adopsi teknologi, penguatan ekosistem industri, dan preferensi pengadaan pemerintah melalui kebijakan seperti TKDN, insentif fiskal dan pendampingan teknis dukungan transfer teknologi.

Mendorong kemandirian

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, yang juga hadir dalam acara HAI-FEST 2025, mengatakan, pemerintah selalu mendorong kemandirian sektor kesehatan melalui penguatan industri farmasi dan alkes lokal.

Penguatan industri farmasi dan alkes lokal dilakukan dengan pemerintah membatasi impor produk yang bisa diproduksi dalam negeri (substitusi impor), memberikan insentif fiskal dan non-fiskal serta percepatan izin edar bagi produk yang menggunakan bahan baku lokal.

“Mendorong penelitian dan inovasi melalui kegiatan seperti HAI FEST ini bisa memberikan gambaran tentang kemandirian sektor kesehatan,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan kembali menghadirkan HAI Fest 2025 (Health Innovation Festival) sebagai bagian dari peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-61.

Wamenkes Dante mengatakan, HAI Fest digelar pada 7–9 Desember 2025 di Kartika Expo, Balai Kartini-Jakarta, HAI-Fest bertujuan untuk memberikan informasi kesehatan dan pentingnya deteksi dini penyakit tidak menular (PTN) melalui berbagai talkshow, pameran, dan cek kesehatan gratis (mata, tulang, gula darah, dan lain-lain).

Baca juga:

Ketika Eropa Jual Mesin Kesehatan di Indonesia
Indonesia buka kran impor alat kesehatan dari Uni Eropa. Untuk peningkatan layanan kesehatan di dalam negeri. Pemerintah diingatkan tidak mengulang kesalahan industri farmasi.

Menyediakan layanan kesehatan gratis dan konsultasi pelayanan publik serta pemanfaatan aplikasi kesehatan seperti SATUSEHAT Mobile.

Selain itu, HAI-FEST juga memperkenalkan inovasi terbaru di sektor kesehatan, memberi penghargaan untuk karya anak bangsa, serta mendorong sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah.

“Mewujudkan kemandirian dan ketahanan kesehatan nasional melalui inovasi berbasis sumber daya alam dan teknologi juga bagian dari HAI- FEST,” ujar dia.

HAI-FEST juga menjadi platform pertemuan antara tenaga medis, industri, pemerintah, dan masyarakat untuk bersama-sama memajukan kesehatan Indonesia. 

Sebelumnya pada acara Roundtable Decision yang diadakan Suar.id, Selasa (2/12/2025), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, total belanja kesehatan setiap tahunnya mencapai Rp 560 triliun - Rp 580 triliun. Ini merupakan kue peluang untuk industri alkes nasional.

Produk Meditech diminati di luar negeri

Salah satu perusahaan alat kesehatan yang mengikuti HAI-FEST 2025 adalah PT Meditech Manufaktur Indonesia yang merupakan perusahaan masker, penutup kepala medis, serta gaun bedah yang didirikan pada 2016 dan memiliki fasilitas produksi modern yang memenuhi Good Manufacturing Practices (GMP) di Karawang, Jawa Barat. 

Product Manager PT MediTech Manufaktur Arin Susilowati mengatakan, produk Meditech diminati di luar negeri dan sudah memiliki pengalaman ekspor ke Tiongkok, Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.

“Masker dan penutup kepala medis merupakan produk terlaris Meditech di pasar mancanegara,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Product Manager PT Meditech Manufaktur Indonesia Arin Susilowati ketika ditemui dalam acara HAI-FEST 2025 yang berlangsung dari 7-9 desember 2025 di Balai Kartini, Jakarta. Foto: Ridho/Suar.id.

Harapan pelaku usaha kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan alat kesehatan dalam negeri adalah mendukung kemandirian alkes dalam negeri, termasuk insentif untuk produksi lokal, promosi global dan kemudahan regulasi agar bisa bersaing dengan impor, serta dukungan riset dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan nasional dan ekspor, menjadikan Indonesia kuat dalam ketahanan kesehatan nasional. 

Arin juga berharap pemerintah bisa mendorong riset dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan alkes yang inovatif, bermutu, dan berstandar internasional.