Kabar menarik datang dari Badan Pusat Statistik (BPS): kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2025 mencapai US$ 24,75 miliar atau naik 9,86% dibandingkan dengan Juli 2024. Nilai ekspor ini pun lebih tinggi ketimbang nilai ekspor pada Juni 2025 sebesar US$ 23,44 miliar.
Adapun secara total, ekspor Indonesia pada Januari–Juli 2025 mencapai US$ 160,16 miliar atau naik 8,03% dibanding periode yang sama atau year on year (YoY) tahun 2024. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$ 152,20 miliar, juga naik 9,55% YoY.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam jumpa pers, Senin (1/9/2025), mengatakan bahwa nilai pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia hingga Juli 2025 merupakan angka yang sangat menggembirakan.
"Laju ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif," ujar Ismartini.
Kenaikan kinerja ekspor ini dipicu oleh lonjakan signifikan dari berbagai komoditas. Ekspor komoditas lemak dan minyak hewani/nabati pada Januari–Juli 2025 mencapai US$ 19,41 miliar, naik 82,72% YoY. Pertumbuhan ini pun langsung mengerek kinerja ekspor, lantaran komoditas ini berkontribusi terhadap 12,75% dari total ekspor non migas.
Lonjakan signifikan juga tercatat dari ekspor komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya. Yakni, bertumbuh 69,02% YoY, sehingga menjadi US$ 4,66 miliar. Adapun komoditas ini berkontribusi sebesar 3,06% dari total ekspor non-migas.
Selain itu, komoditas berbagai produk kimia juga mencatat pertumbuhan 63,74% YoY sehingga menjadi US$ 5,34miliar. Komoditas ini berkontribusi sebesar 3,51% dari total ekspor non-migas.
Sementara itu, nilai impor Indonesia Januari–Juli 2025 mencapai US$ 136,51 miliar atau naik 3,41% YoY. Sejalan dengan total impor, nilai impor non-migas juga naik 6,97% menjadi US$ 118,13 miliar. Adapun besaran impor pada Juli 2025 mencapai US$ 20,57 miliar, turun 5,86 persen dibandingkan Juli 2024. Demikian juga dengan impor non-migas turun 1,29% menjadi US$ 18,06 miliar.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia Januari–Juli 2025 mengalami surplus US$ 23,65 miliar. Perinciannya, berasal dari surplus sektor non-migas US$ 34,06 miliar, sementara sektor migas defisit senilai US$ 10,41 miliar. Ini merupakan surplus neraca perdagangan 63 bulan berturut-turut.
Strategi pertahankan kinerja
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, peran ekspor dalam pertumbuhan ekonomi cukup penting. Terutama, meningkatkan devisa dan penciptaan lapangan kerja. Sehingga, kinerjanya harus terus dijaga, jangan sampai melambat.
Pencapaian ekspor pada Juli merupakan pencapaian yang bagus di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti. Ia berharap nilai ekspor pada Agustus juga bisa melebihi pencapaian pada Juli 2025.
Untuk mendorong kinerja ekspor, pemerintah harus menjalankan dua strategi. Yaitu, memanfaatkan perjanjian dagang yang sudah ada dengan sebaik mungkin dan melakukan diversifikasi pasar.
Strategi pertama, memanfaatkan perjanjian dagang yang sudah ada sangat penting. Karena, percuma saja Indonesia terus menambah perjanjian dagang tapi tidak dimanfaatkan.
Indonesia banyak memiliki perjanjian dagang seperti perjanjian regional. Sebutlah, ASEAN Free Trade Area (ATIGA), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), kemudian perjanjian bilateral seperti Indonesia-Jepang (IJEPA), Indonesia-Australia (IA-CEPA). Menurut Eko, Indonesia bisa memanfaatkan perjanjian dagang tersebut dengan memahami isi perjanjian, juga gunakan dukungan digital dan UMKM.
“Pelajari lagi perjanjian dagang yang sudah ada. Jika sudah mengerti cara mainnya, baru nambah lagi yang baru,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (1/9/2025).
“Pelajari lagi perjanjian dagang yang sudah ada. Jika sudah mengerti cara mainnya, baru nambah lagi yang baru,” ujar Eko Listiyanto.
Strategi kedua, untuk mendorong ekspor adalah melakukan diversifikasi pasar ke negara baru, seperti Afrika. Sebagian besar negara di benua ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil sehingga bisa dimanfaatkan.
Baca juga:
Engine of transformation
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani menyarankan, pelaku usaha harus bisa menjadi engine of transformation, agen perubahan untuk kebaikan termasuk untuk meningkatkan kinerja ekspor.
Dunia usaha bisa melakukan diversifikasi pasar untuk mendorong ekspor. Masih banyak pasar yang belum dijajaki, seperti Benua Afrika. Selain itu, dunia usaha juga harus melakukan pembaruan terhadap komoditas ekspor. Jangan hanya berpatokan pada komoditas yang sama.
Komoditas ekspor harus berbeda dengan kompetitor. Harus ada inovasi, sehingga disukai pasar. Menurutnya, boleh saja Indonesia berpatokan pada komoditas lama, tapi bagaimana komoditas lama tersebut bisa berevolusi menjadi sebuah produk yang bernilai tinggi.
Komoditas ekspor harus berbeda dengan kompetitor. Harus ada inovasi, sehingga disukai pasar.
“Waktunya untuk membuat sebuah perubahan untuk pasar ekspor, apalagi perjanjian dagang Indonesia sudah banyak,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (1/9/2025).
Untuk mendorong ekspor, Indonesia Eximbank Institute resmi meluncurkan buku kajian strategis berjudul Jawa Tengah Berani Mendunia. Isinya menyajikan strategi komprehensif untuk menjadikan Jawa Tengah sebagai kekuatan ekspor Indonesia di pasar global.
Buku ini merupakan hasil kolaborasi lintas lembaga, antara lain, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia Eximbank, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah Yogyakarta, serta Bank Jateng.
Buku Jawa Tengah Berani Mendunia mencakup potret ekonomi dan potensi ekspor Jawa Tengah, analisis sektor unggulan seperti tekstil, furnitur, makanan-minuman, alas kaki, dan produk perikanan, serta strategi pembiayaan, pemberdayaan UKM, dan penguatan ekosistem ekspor. Buku ini juga menyajikan tantangan dan peluang ekspor, strategi quick win dan jangka panjang, serta kiat praktis menjadi eksportir baru.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menekankan pentingnya ekspor sebagai motor penggerak ekonomi daerah. Ia berharap buku ini menjadi panduan nyata dalam mengoptimalkan potensi ekspor Jawa Tengah.
“Saya berharap buku ini tidak hanya dibaca, tetapi juga diimplementasikan. Mari jadikan setiap rekomendasi sebagai inspirasi untuk bertindak nyata,” ujar Luthfi akhir pekan lalu.
Plt. Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sukatmo Padmosukarso menyatakan, peluncuran buku ini bertepatan dengan HUT Jawa Tengah ke-80, yang dimaknai sebagai ajakan untuk bergerak bersama.
“Kami mengundang seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah, perbankan, asosiasi, komunitas, hingga UMKM, untuk berkolaborasi dalam peningkatan literasi ekspor, business matching, sertifikasi, pembiayaan, dan branding produk Jawa Tengah,” ujarnya.
Ekspor Jawa Tengah masih didominasi oleh industri tekstil, produk kayu, alas kaki, dan furniture. Tapi, keempat sektor tersebut secara total hanya memberikan kontribusi sekitar 14% terhadap PDRB industri pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ekspor unggulan belum sepenuhnya mencerminkan kekuatan utama struktur manufaktur Jawa Tengah.