Kinerja Ekspor CPO Melonjak, Ditopang Kerjasama dari Berbagai Kawasan

Nilai ekspor CPO dan turunannya pada 9 bulan pertama 2025 ini mencapai USD18,14 miliar bertumbuh dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD13,70 miliar.

Kinerja Ekspor CPO Melonjak, Ditopang Kerjasama dari Berbagai Kawasan
Pekerja menata tandan buah segar (TBS) di salah satu pengepul di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (29/10/2025). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor minyak sawit Indonesia hingga Agustus 2025 meningkat 15 persen yaitu dari 19,68 juta ton pada periode yang sama tahun lalu meningkat menjadi 22,69 juta ton, yang disebabkan membaiknya produksi tahun ini dan penyesuaian pasar terhadap harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang sempat tinggi di tahun sebelumnya. ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nz

Nilai ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya mencatat pertumbuhan impresif 32,40% Year on Year (YoY) pada Januari-September 2025. Salah satu penopangnya adalah berbagai kerjasama ekonomi internasional dengan berbagai kawasan yang mendorong kinerja ekspor. Pertumbuhan nilai ekspor komoditas ini pun turut membantu surplus neraca perdagangan Indonesia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO dan turunannya pada 9 bulan pertama 2025 ini mencapai USD18,14 miliar bertumbuh dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD13,70 miliar. Adapun dari sisi volume ekspor CPO dan turunannya pada Januari-September 2025 mencapai 17,58 juta ton bertumbuh 11,62% YoY yang sebelumnya 15,75 juta ton.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan pertumbuhan kinerja ekspor itu dipengaruhi oleh berbagai perjanjian dagang dengan sejumlah kawasan yang telah dirampungkan Indonesia.

Ini mendorong kinerja ekspor CPO terutama perjanjian dagang IEU-CEPA, meskipun kenaikannya belum terlalu signifikan tetapi sudah ada permintaan baru ke Eropa.

Untuk kondisi ekonomi global sendiri memang tidak menentu terutama pasar Amerika Serikat pasca Trump menetapkan tarif impor, inisiatif pemerintah Indonesia yang sudah melakukan negosiasi tarif membuat ekspor CPO ke negeri paman sam tersebut tidak terganggu.

“Pemerintah sudah berupaya untuk melakukan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat sehingga mempengaruhi kinerja ekspor ditambah pemerintah juga terus menambah daftar perjanjian dagang dengan negara non tradisional sehingga membuka peluang pasar ekspor baru,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (4/11/2025).

Kenaikan ekspor CPO juga dipengaruhi faktor domestik terutama produksi CPO dalam negeri yang terus meningkat, Produksi CPO hingga Agustus 2025 mencapai 35,65 juta ton, naik 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dorong Keberlanjutan Sawit, Gapki Gelar IPOC 

Eddy menambahkan Gapki kembali menggelar forum strategis tahunan yang menjadi barometer arah kebijakan dan prospek industri kelapa sawit nasional maupun global yaitu konferensi sawit yang dihadiri pemerintah, para pakar internasional maupun pegiat industri sawit. The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 yang akan berlangsung pada 12–14 November 2025 di Bali International Convention Center, The Westin Resort Nusa Dua.Bali, 

IPOC tahun ini mengambil tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade.”Tema tersebut mencerminkan komitmen industri sawit Indonesia untuk memperkuat tata kelola, menjaga daya saing di tengah dinamika perdagangan dunia serta menyikapi perkembangan global mengenai kontribusi industri sawit dalam kebijakan bauran energi atau biofuel.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan pasokan minyak nabati global. Industri ini terus beradaptasi terhadap perubahan kebijakan,tantangan lingkungan, serta transformasi energi hijau yang tengah berkembang pesat di berbagai negara.

Dalam konteks ekonomi nasional, sektor sawit juga menjadi pilar penting yang menopang ekspor nonmigas dan membuka peluang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bagi jutaan masyarakat di wilayah perkebunan.

Baca juga:

Industri Sawit Cari Peluang Pasar Ekspor Baru ke 3 Negara Afrika
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sedang menjajaki pasar ekspor ke 3 negara Afrika yaitu Tanzania, Kenya dan Namibia.

Penyelenggaraan IPOC 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Forum ini diharapkan mampu menghasilkan gagasan strategis dan kebijakan adaptif yang memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

“IPOC merupakan forum strategis untuk membahas arah industri kelapa sawit ke depan, khususnya upaya-upaya yang dapat dilakukan para pelaku industri sawit dalam mendorong produktivitas di tengah beragam peluang dan tantangan domestik maupun global,” ujar Eddy.

Kinerja Impresif Pada Semester I 2025

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menorehkan kinerja impresif pada paruh pertama 2025. Perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit, produk kayu, dan energi terbarukan ini mencatat lonjakan laba bersih sebesar 80% menjadi Rp 915 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pencapaian tersebut terutama disokong oleh peningkatan volume penjualan dan rata-rata harga jual (average selling price/ASP) minyak sawit mentah (CPO) yang lebih tinggi.

Segmen kelapa sawit masih menjadi tulang punggung DSNG dengan kontribusi dominan terhadap pendapatan, mencapai 89%. Sementara itu, segmen produk kayu menyumbang 10%, dan energi terbarukan 1%.

Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, mengungkapkan bahwa peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 3,9% menjadi 1,1 juta ton ikut mendorong kenaikan volume penjualan CPO.

“Kami memperkirakan harga CPO akan tetap bertahan karena permintaan CPO masih cukup baik, dari dalam negeri seiring implementasi program B40, maupun dari pasar ekspor utama seperti India dan Tiongkok,” ujar Andrianto dalam siaran persnya yang diterima SUAR di Jakarta (4/11).

Average Selling Price (ASP) CPO DSNG tercatat meningkat 19,3% menjadi Rp14.575 per kilogram, mendorong kontribusi laba dari segmen sawit. Tak hanya dari sisi harga, produktivitas juga mencatat tren positif. Produksi CPO naik 4,9%, seiring dengan stabilnya kualitas produk yang ditunjukkan oleh angka Free Fatty Acid (FFA) dan Oil Extraction Rate (OER) masing-masing di level 3% dan 23%.

Di segmen produk kayu, DSNG menunjukkan pemulihan yang konsisten. Permintaan global mulai kembali normal, terutama dari pasar Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Hingga akhir Juni 2025, pendapatan dari segmen ini tumbuh 11% menjadi Rp 621 miliar.

Penjualan produk wood panel meningkat 12,4% menjadi 62 ribu meter kubik, meski ASP-nya turun tipis 1,4% menjadi USD 358,20 per meter kubik. Di sisi lain, produk engineered flooring mencatat pertumbuhan volume penjualan sebesar 5,2% menjadi 325 ribu meter persegi. ASP produk ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 10,9% menjadi US$33,72 per meter persegi.

Dua Langkah Dorong Ekspor CPO

Pengamat Pertanian IPB Dwi Andreas mengatakan terdapat dua langkah untuk mendorong kinerja ekspor CPO antara lain Pertama, peningkatan kualitas dan daya saing,Fokus pada peningkatan kualitas CPO agar memenuhi standar internasional.

Dapatkan sertifikasi yang relevan untuk membuka akses ke pasar yang lebih luas dan pastikan harga CPO kompetitif di pasar global, bahkan dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia. 

Kedua, Perluasan Pasar dan Promosi,Identifikasi dan jajaki pasar-pasar baru di luar pasar tradisional.

“Aktif mempromosikan produk CPO di panggung internasional untuk menarik minat pembeli dan manfaatkan perjanjian kerjasama ekonomi untuk mempermudah akses pasar ekspor,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (4/11/2025).