Impor Kertas Dari China Banjiri Pasar Domestik, Industri Siapkan Antisipasi

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, impor pulp dan kertas pada semester I-2025 mencapai USD 1,69 miliar, angka ini naik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,53 miliar. Adapun impornya berupa kertas ivory dan kertas duplex yang digunakan untuk kemasan.

Impor Kertas Dari China Banjiri Pasar Domestik, Industri Siapkan Antisipasi
Ilustrasi kertas. Foto: ron dyar / Unsplash

Produk impor kertas dari China mengalami lonjakan pada tahun ini padahal produksi dalam negeri dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, impor pulp dan kertas pada semester I-2025 mencapai USD 1,69 miliar, angka ini naik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1,53 miliar.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menuturkan jenis produk impor yang banyak masuk ke Indonesia adalah kertas ivory dan kertas duplex yang digunakan untuk kemasan.

Ia mengatakan lonjakan produk impor bisa terjadi karena Industri pulp dan kertas dalam negeri menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, pemberlakuan standar quality control order yang membatasi impor masuk ke India. Kedua, tingginya harga gas sebagai salah satu sumber energi industri, dan Ketiga, ketersediaan bahan penolong industri terbatas.

“Kami akan terus antisipasi lonjakan impor produk kertas dari China ini dan tengah menyiapkan solusi untuk mengatasinya,” ujar dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, di Jakarta (11/11/2025).

Saat ini, Uni Eropa tengah mengeluarkan kebijakan untuk mengatur ekspor kertas daur ulang, pihaknya tengah memfasilitasi Indonesia masuk ke country list kebijakan European Union Waste Shipment Regulation (EUWSR) untuk menjamin dan mendukung bahan baku kertas daur ulang.

Industri Agro Harus Tingkatkan Daya Saing

Wakil Ketua Komisi VII DPR Evita Nursanty mengatakan industri agro yang didalamnya termasuk industri kertas, tengah menghadapi tantangan terutama kebanjiran produk impor.

Jika kondisi ini terus dibiarkan maka akan melemahkan daya saing industri maka dari itu, industri agro harus tingkatkan daya saing dengan fokus pada efisiensi produksi dan logistik, inovasi dan diferensiasi produk, pemberdayaan SDM dan kelembagaan petani, perbaikan infrastruktur, serta penguatan kebijakan pemerintah. 

“Ini mencakup penggunaan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan dukungan kebijakan seperti insentif fiskal dan perlindungan pasar,” ujar dia.

Direktur Komite Bahan Baku Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Irsyal Yasman mengatakan salah satu penyebab terjadinya lonjakan impor kertas dari China adalah dampak perjanjian dagang ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Kedua perjanjian ini membuat arus barang masuk dari China menjadi lancar, inti dalam perjanjian tersebut,Indonesia membebaskan sekitar 224 kode komoditas perdagangan (Harmonized System/HS) dari China. Sementara China hanya membebaskan 13 HS asal Indonesia.

“Pemerintah perlu melakukan kajian ulang terhadap perjanjian dagang, jangan memberatkan Indonesia terutama industri kertas yang terpukul,” ujar dia.

Aksi korporasi dunia usaha

Pada kesempatan berbeda, Asian Pulp Paper (APP) Group menegaskan komitmennya dalam mendukung penguatan ekspor nasional melalui penandatanganan lima Memorandum of Understanding (MoU) dengan mitra strategis dari Jepang, Italia, Inggris, dan Australia dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang pada (15/10/2025). Keseluruhan nilai komitmen dari kesepakatan tersebut mencapai US$ 976 juta untuk periode transaksi tahun fiskal 2026.

APP Group turut menandatangani sejumlah perjanjian dagang strategis dengan mitra internasional. Melalui empat unit usahanya — PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, dan PT OKI Pulp & Paper Mills.

Kesepakatan tersebut meliputi kerja sama dengan APP Japan Limited & Universal Paper Co. Ltd dari Jepang senilai US$ 325 juta, APP Italia Srl dari Italia sebesar US$ 350 juta, Calington Ltd dari Inggris senilai US$ 133 juta, serta dua mitra dari Australia — Paper Force Pty Ltd dan Sorbent Paper Company Pty Ltd bersama Solaris Paper Pty Ltd — masing-masing senilai US$ 84 juta.

Penandatanganan seluruh MoU tersebut disaksikan oleh perwakilan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia serta perwakilan diplomatik negara-negara mitra, menandai langkah konkret dalam memperkuat hubungan dagang dan memperluas penetrasi pasar produk industri kertas Indonesia di kancah global.

Direktur APP Group Suhendra Wiriadinata menyampaikan bahwa kesepakatan ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk memperkuat daya saing ekspor nasional melalui praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

“Kerja sama ini mencerminkan kepercayaan mitra internasional terhadap kualitas dan konsistensi produk APP Group. Kami percaya bahwa daya saing ekspor Indonesia harus dibangun di atas fondasi keberlanjutan, inovasi, dan kemitraan jangka panjang,” ujar dia dalam siaran persnya yang diterima SUAR di Jakarta (12/11/2025).

Pencapaian ini sejalan dengan Sustainability Roadmap Vision 2030 (SRV 2030) yang tengah dijalankan APP Group, sekaligus menjadi bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan melalui platform keberlanjutan terbaru Regenesis dengan inisiatif awal Forest Positive Policy.