Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sedang menjajaki pasar ekspor ke 3 negara Afrika yaitu Tanzania, Kenya dan Namibia. Langkah ini diambil untuk memperkuat kinerja ekspor CPO sekaligus untuk mencari peluang pasar baru selain Cina dan India.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan Afrika merupakan pasar strategis yang terus berkembang, beberapa anggota Gapki sudah ada yang ekspor ke Afrika yaitu ke Afrika Selatan dan Nigeria,belum ke semua negara Afrika padahal potensinya cukup menjanjikan.
Gapki memilih untuk menjajaki pasar Tanzania, Kenya dan Namibia karena ketiga negara tersebut merupakan “ Center of Origin’, dimana pengembangan perkebunannya cukup tinggi terutama untuk kelapa sawit.
Selain itu, perekonomian ketiga negara tersebut stabil di kawasan Afrika dan mereka membutuhkan CPO dan juga produk olahan sawit.
“Afrika sedang naik daun, pemerintah pun juga meminta pengusaha untuk ekspor ke Afrika dan kami dari Gapki sudah melakukannya dan mulai menjajaki pasarnya,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (22/10/2025).
Industri sawit terbukti menjadi pilar utama ekspor nonmigas Indonesia. Meskipun terjadi penurunan nilai ekspor dari US$ 39 miliar pada 2022 menjadi US$ 28 miliar pada 2024, sektor ini tetap menjadi penyumbang terbesar neraca perdagangan nasional, berkontribusi sekitar 10–13% dari total ekspor nasional hingga pertengahan 2025.
Berdasarkan data GAPKI, Indonesia saat ini memiliki 16,8 juta hektare kebun kelapa sawit dengan produksi minyak sawit mentah (CPO) mencapai 52,8 juta ton per tahun. Sebanyak 40% dari produksi tersebut dikelola oleh petani kecil.
Produksi sawit nasional menunjukkan peningkatan sebesar 11,1% (Juli 2025 dibandingkan Juli 2024), seiring dengan meningkatnya konsumsi domestik, terutama untuk program biodiesel yang kini melampaui konsumsi untuk pangan. Namun, ekspor sawit masih menghadapi tantangan akibat perlambatan produksi global dan peningkatan konsumsi dalam negeri maka dari itu Gapki mulai mencari pasar baru selain pasar tradisional.
Baca juga:
Eddy mengatakan selama kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, Gapki mengadakan Business Forum dengan topik “ Opportunity for Trade and Investment Partnership in Africa” yang dihadiri oleh para eksportir dari negara Afrika seperti Tanzania, Namibia, Kenya dan Angola.
Selain menjajaki peluang ekspor baru, Indonesia bisa membangun kerjasama pengembangan bibit unggul dan teknologi dengan Afrika.
Teknologi yang dikembangkan berupa penggunaan biofertilizer untuk menjaga kesuburan tanah dan menekan emisi.Mekanisasi dan precision agriculture untuk menurunkan biaya produksi.
Riset Ganoderma guna mengatasi penyakit busuk pangkal batang,eksplorasi sumber genetik baru di Afrika untuk mendapatkan varietas tahan kekeringan dan penyakit dan penguatan advokasi kebijakan terkait pajak ekspor dan program biodiesel nasional.
Salim Ivomas Pratama Sudah Ekspor ke Afrika
Dilansir dari Website resmi Salim Ivomas Pratama sudah melakukan ekspor ke Afrika, Divisi Minyak dan Lemak Nabati memproduksi produk-produk kelapa sawit, margarin dan sejumlah produk turunan berbasis kelapa sawit (RBD palm stearin dan palm fatty acid distillate) untuk pasar konsumen dan industri. Divisi Minyak & Lemak Nabati mengoperasikan lima fasilitas penyulingan dengan total kapasitas penyulingan CPO per tahun sebesar 1,7 juta ton.
Produk minyak goreng konsumen dipasarkan dengan merek Bimoli, Bimoli Spesial dan Happy, sedangkan produk margarin dipasarkan dengan merek Amanda, Palmia dan Royal Palmia. Produk minyak goreng industri dipasok secara langsung ke Indofood dan produsen makanan lainnya, sedangkan produk margarin dan shortening dipasarkan ke pelanggan confectioneries, bakeries dan produsen makanan dengan merek Amanda, Delima, Malinda, Palmia dan Simas.
Penjualan dan distribusi produk minyak dan lemak nabati didukung oleh Grup Distribusi Indofood, yang memiliki jaringan yang ekstensif di seluruh Indonesia. Lebih dari 80% produk minyak dan lemak nabati dipasarkan secara domestik, sedangkan sisanya diekspor ke negara-negara di Asia, Afrika, Amerika, dan Timur Tengah.
Indonesia Bidik Afrika Pasar Baru Tujuan Ekspor
Pemerintah tengah mengincar pasar baru tujuan ekspor ke Afrika, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada pasar Amerika dan Eropa.
Beberapa negara di benua Afrika sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil, kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan selama ini, Indonesia hanya berpatokan pada pasar Amerika dan Eropa, padahal banyak negara di Afrika yang pertumbuhan ekonominya stabil dan menerima produk impor dari luar negeri.
Beberapa negara potensial yang akan menjadi incaran adalah Afrika Selatan, Kenya, Maroko dan Mesir.
Setelah berhasil melakukan perundingan perdagangan dengan Peru, pemerintah siap melakukan perundingan dengan negara Afrika.
“Kita sudah mulai melakukan perundingan dengan langkah awal mempelajari profil negaranya,” ujar dia ketika ditemui dalam acara 'Jakarta Muslim Fashion Week 2026” di Jakarta (13/8/2025).
Budi menuturkan negara yang sudah menyatakan minatnya untuk melakukan perundingan bilateral dengan Indonesia adalah Afrika Selatan.