Unjuk Rasa Ricuh Tak Ganggu Stok dan Harga Pangan

Unjuk rasa yang berujung kericuhan di Jakarta sejak 25-31 Agustus 2025 tidak mengganggu stok dan harga pangan. Pasokan pangan di pasar tradisional dan supermarket tetap terkendali.

Unjuk Rasa Ricuh Tak Ganggu Stok dan Harga Pangan
Pekerja menunjukkan beras di salah satu toko beras di Dargo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/agr.

Unjuk rasa yang berujung kericuhan di Jakarta sejak 25 Agustus hingga 31 Agustus 2025 tidak mengganggu stok dan harga pangan. Pasokan pangan di pasar tradisional dan supermarket tetap terkendali. Hanya beras dan cabai merah keriting yang mengalami kenaikan harga yang sudah terjadi sebelum aksi demo.

Berdasarkan pantauan SUAR di Pasar Induk Senen (1/9), semua komoditas pangan utama, seperti beras, bawang merah,cabai merah, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, dan gula pasir tersedia. Tidak ada kelangkaan.

Salah satu pedagang sembako, Rohman, mengatakan bahwa ketersediaan pangan di tokonya lengkap dan masih bisa dikendalikan. Harga dari beberapa komoditas juga stabil. Hanya harga cabai merah keriting yang mengalami kenaikan yang tadinya Rp 37.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 40.000 per kg.

Pedagang sembako Pasar Induk Senen, Jakarta, Senin (1/9/2025)/Foto: Ridho-Suar.id

Kenaikan harga cabai merah keriting sudah terjadi sebelum aksi demo karena produksi petani surut akibat cuaca.

Rohman mengeluhkan sepinya pengunjung pasca demo, biasanya para pengunjung sudah belanja pagi hari, tapi sejak Senin (1/9/2025), hanya beberapa pengunjung yang belanja dan bisa dihitung dengan jari.

“Aksi demo dampaknya cuma ke jumlah pengunjung yang datang. Pagi ini baru 5 orang yang belanja, hari normal sudah lebih dari 15 orang,” ujar dia.

“Aksi demo dampaknya cuma ke jumlah pengunjung yang datang. Pagi ini baru 5 orang yang belanja, hari normal sudah lebih dari 15 orang,” ujar Rohman.

Harga komoditas pangan di Pasar Induk Senen per 1 September 2025: bawang merah Rp 45.000 per kg (normal), cabai merah Rp 40.000 per kg mengalami kenaikan dari Rp 37.000 per kg, daging sapi Rp 135.000 per kg (normal), telur ayam Rp 28.000 per kg (normal), minyak goreng Rp 16.000 per kg (normal), gula pasir Rp 18.000 per kg, beras medium Rp 13.000 per kg – adakenaikan harga Rp 417 per kg.

Senada dengan Rohman, pedagang beras di Pasar Induk Senen lainnya, Wati, menyebut kenaikan harga beras sudah terjadi sebelum unjuk rasa. "Karena produktivitas padi menurun," ujarnya.

Tidak hanya melakukan pemantauan di pasar tradisional, SUAR juga mengecek ketersediaan harga dan stok pangan di supermarket Farmer Markets Mall Ciputra pada (1/9).

Ketersediaan pangan utama di Farmer Markets aman terkendali, terutama untuk beras yang tersusun rapi. Tidak ada kekosongan beras di supermarket ini. Para pengunjung terlihat ramai jika dibandingkan dengan pasar tradisional.

Salah satu karyawan Farmer Markets Anton menuturkan, pasokan dan harga pangan masih bisa dikendalikan. Tidak ada stok yang kurang dan semuanya lengkap.

“Insya Allah aktivitas berjalan seperti biasa. Saya disuruh masuk kerja lagi dan melayani kebutuhan pelanggan,” ungkap dia.

Anjuran tetap buka toko

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin menyatakan, pihaknya sudah mengirimkan surat pemberitahuan kepada semua anggota. Surat tersebut berisi anjuran tetap membuka toko pasca-demo. Tujuannya agar masyarakat tidak khawatir dan mencegah terjadinya panic buying.

Panic buying terjadi lantaran masyarakat takut retail modern tidak beroperasi lagi karena aksi demo sehingga membeli banyak produk.

Solihin mengatakan, Aprindo tetap akan beroperasi dan mengajak masyarakat agar tidak panik. Percayakan semuanya kepada pemerintah dan berharap aksi demo tidak terulang lagi.

Aprindo tetap akan beroperasi dan mengajak masyarakat agar tidak panik. Percayakan semuanya kepada pemerintah dan berharap aksi demo tidak terulang lagi.

“Saya sudah kirim surat kepada semua anggota, tetap beroperasi biar masyarakat bisa belanja kebutuhan pokok,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (1/9).

Terkait kekosongan beras pada ritel modern di beberapa daerah, Solihin menjelaskan, fenomena itu terjadi karena pengusaha mendapatkan tekanan dalam menjual beras premium.

Banyaknya kasus beras oplosan membuat pelaku usaha ragu menjual beras kualitas premium ke masyarakat. Maka dari itu banyak ritel yang mengurangi stok beras premium.

BPS umumkan deflasi Agustus capai 0,08%

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,08% dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan (yoy), terjadi inflasi sebesar 2,31 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebutkan, jika dilihat dari kelompok pengeluarannya, maka kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08%.

“Komoditas yang dominan mendorong deflasi pada kelompok ini adalah tomat yang memberikan andil deflasi sebesar 0,10 persen,” ujar dia dalam konferensi pers BPS via YouTube, di Jakarta, Senin (1/9/2025).

Kemudian, komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi pada kelompok ini adalah cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,07%, tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,03%, lantas bensin dengan andil deflasi sebesar 0,02%.

Selain itu, terdapat juga komoditas yang masih memberikan andil inflasi pada Agustus 2025. Di antaranya adalah bawang merah dan beras yang masing-masing andil inflasi sebesar 0,05% dan 0,03%.

Tingkatkan pengawasan

Pengamat Ekonomi dan Dewan Komisioner LPS 2020-2025 Lana Soelistianingsih mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap komoditas pangan utama untuk menjaga inflasi pasca demo.

Komoditas pangan merupakan kontribusi besar inflasi, sehingga harus dijaga pasokannya, jangan sampai harganya mengalami kenaikan drastis. Badan Pangan Nasional bisa memantau perkembangan harga dan bisa turun langsung di lapangan untuk mengecek ketersediaan.

“Pengawasan penting untuk saat ini, untuk memastikan pasokan dan harga pangan terjaga,” ujar dia.