Ubah Limbah Jadi Laba, Ekspor Lidi Sawit Mendunia

Limbah pelepah sawit bernilai tinggi menjadi sapu lidi yang diekspor ke berbagai negara seperti Bangladesh, India dan Vietnam

Ubah Limbah Jadi Laba, Ekspor Lidi Sawit Mendunia
Pekerja menjemur lidi nipah untuk diekspor di Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara, Selasa (23/9/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar/bar) (ANTARA FOTO/Yudi Manar/bar)
Daftar Isi

Bentuknya selintas seperti sapu lidi, namun lebih panjang dan kaku. Sebagian berwarna cokelat muda, ada juga yang tua, tergantung tingkat kekeringan saat menjemur. Tak ada yang mengira sebelumnya, lidi yang dijemur ini berasal dari limbah pelepah sawit yang gugur.

Dikenal dengan nama lidi sawit, produk primadona baru ini berasal dari limbah pelepah sawit yang dikeringkan dengan mengambil bagian tengahnya sebagai bahan baku lidi. Biasanya pelepah sawit ini bisa didapatkan dari daerah perkebunan sawit di Indonesia.

Kini tak hanya jadi primadona, ekspor lidi sawit juga menunjukkan kontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan nasional. Pemanfaatan limbah sawit untuk menjadi lidi membuat peluang besar di pasar internasional.

Adalah Nana Supriatna, Direktur Utama PT Boldindo Beringin Jaya (Bold Group) yang sudah memulai menjalankan bisnis pengolahan dan pemanfaatan lidi sawit menjadi produk yang bernilai tinggi.

Ia mengatakan perusahaannya sudah mengekspor Palm Midribs, sebutan untuk pelepah sawit yang diolah menjadi lidi, sejak tahun 2019 dengan nilai ekspor dalam setahun bisa mencapai angka Rp 500 miliar.

Negara utama tujuan ekspor lidi sawit ini adalah India dan Pakistan, kedua negara tersebut membutuhkan lidi sawit sebagai dupa untuk ibadah dan tentunya digunakan untuk sapu.

“ Tidak hanya CPO yang sudah terbukti menjadi produk ekspor unggulan Indonesia, ternyata lidi sawit juga bisa menghasilkan cuan banyak,” ujar dia kepada SUAR.

Nana menjelaskan lidi sawit ini dihasilkan dari pelepah sawit yang diraut, dibersihkan, kemudian dikeringkan.

Dalam proses budidayanya, kelapa sawit harus dipangkas pelepah daunnya secara berkala untuk menjaga sanitasi dan kelembaban di sekitar daerah pertumbuhan buah agar buah atau tandan sawit dapat berkembang dengan baik dan tidak busuk.

Pihaknya tetap meminta dukungan dari pemerintah agar komoditas lidi sawit ini bisa terus diterima pasar.

Bentuk dukungan yang diinginkan antara lain program peningkatan kapasitas, LPEI memiliki program pelatihan untuk calon eksportir baru seperti Coaching Program For New Exporter dan memfasilitasi program Desa Devisa Lidi Sawit untuk meningkatkan ekspor nasional. 

Pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah provinsi untuk memberikan bantuan berupa mesin serut lidi sawit kepada koperasi untuk meningkatkan nilai tambah produk sebelum ekspor. 

Permintaan Tinggi

Selain negara Timur Tengah dan Eropa, permintaan terhadap komoditas ini cukup tinggi terutama di negara Asia Selatan.

Ditemui di tengah Trade Expo Indonesia 2025, CV Kahaka Internasional telah melakukan ekspor lidi sawit sebanyak 622 kontainer dari tahun 2020 hingga 2024 dengan nilai mencapai US$ 3,5 juta.

Pemilik CV Kahaka Internasional, Rianto Aritonang mengatakan negara tujuan utama ekspor lidi sawit adalah Pakistan, India, Nepal, Vietnam, Singapura, dan Bangladesh dengan rata-rata ekspor 12 hingga 15 kontainer per bulan. 

Kebanyakan lidi sawit digunakan untuk produk kerajinan seperti sapu lidi, keranjang dan vas.

Awal mula Rianto mulai tertarik mengembangkan komoditas lidi sawit ini ketika melihat teman-temannya yang bekerja sebagai pengepul pinang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. 

Rianto yang tumbuh besar di perkebunan kelapa sawit dan bekerja sebelumnya sebagai engineer di industri perkapalan mulai mencari informasi tentang bisnis ekspor.

Peluang pertama terlihat dari ekspor buah pinang ke negara-negara Asia Selatan. Tidak berhenti di situ, Rianto melakukan eksplorasi peluang ekspor lainnya.

“Saya menyadari bahwa di Sumatera memiliki banyak perkebunan kelapa sawit, dan pelepah sawit selalu terbuang setiap panen dua minggu sekali. Saya berbicara dengan pembeli dan meyakinkan mereka untuk mencoba lidi sawit karena sayang pelepah sawit itu dibuang padahal bernilai tinggi,” ujar dia kepada SUAR ketika ditemui di sela acara TEI 2025 di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten (15/10).

Ia menambahkan pada hari pertama TEI 2025 ini, ia akan bertemu dengan calon buyers dari Vietnam yang akan melihat kualitas lidi sawit Indonesia.

Pada November 2020, ia berhasil ekspor perdana ke India dan ternyata direspon positif. Ekspor lidi dari limbah sawit tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani sawit mitra CV Kahaka Internasional. 

Untuk memenuhi bahan baku lidi sawit yang berasal dari limbah, CV Kahaka Internasional bermitra dengan lebih dari 300 petani sawit yang tersebar di 15 lokasi di Pulau Sumatera dan Jawa, seperti di Siantang, Dumai, Lampung, dan Pemalang. 

Pegawai CV Kahaka Internasional sedang membereskan lidi sawit setelah proses menjemur (Dok: CV Kahaka)

Rianto berencana untuk memperluas pasar ekspor lidi sawit ke negara-negara Eropa dan Australia yang memprioritaskan produk ramah lingkungan.

Saat ini CV Kahaka Internasional dengan dibantu oleh LPEI dan lembaga pemerintah lainnya sedang memperkuat hubungan dengan buyer Eropa dan Australia untuk penetrasi pasar ekspor ke negara-negara baru. 

Permintaan global terhadap produk lidi nipah dan lidi sawit Indonesia pada tahun 2023 tercatat tumbuh positif.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh tim Economist Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menunjukkan nilai ekspor lidi nipah dan lidi sawit Indonesia tahun 2023 meningkat 11,44% year-on-year (yoy) mencapai USD29,32 juta dari USD 26,31 juta pada tahun 2022. Sejalan dengan nilai, volume ekspor juga meningkat 15,97% yoy mencapai 70,08 ribu ton dari 60,43 ribu ton di tahun sebelumnya.

Peningkatan ekspor ini ditopang oleh naiknya permintaan dari dua negara tujuan utama pada 2023, yaitu ekspor ke India naik USD1,16 juta menjadi USD17,04 juta pada tahun 2023 dan ke Pakistan naik USD1,84 juta menjadi USD6,17 juta pada tahun 2023.

Standar kualitas lidi nipah dan lidi sawit memiliki tingkat kekeringan 50% dengan panjang sapu lidi minimal 90 centimeter.

Produk turunan lidi nipah dan lidi sawit yang paling banyak diekspor Indonesia adalah sapu dari ranting atau bahan nabati diikat, dengan porsi sebesar 98,24% atau setara USD 28,80 juta.

Perkembangan terkini, nilai ekspor lidi sawit dan lidi nipah periode Januari-Juni 2024 mencapai USD10,18 juta atau turun 27,59% yoy dari USD14,06 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penurunan di sisi volume, yang hanya mencapai 26,6 ribu ton atau turun 18,91% yoy dari 32,8 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Banyak Kegunaan

Pengamat Pertanian IPB Dwi Andreas mengatakan  banyak sekali kegunaan lidi sawit untuk ekspor,lidi sawit diolah menjadi berbagai produk kerajinan unik, termasuk piring, nampan, tempat buah, vas, dan kotak tisu. 

Permintaan terbesar untuk ekspor lidi sawit adalah untuk pembuatan sapu tradisional dan penyapu gandum,lidi sawit dapat menjadi bahan baku pembuatan produk kertas. 

“Ekspor lidi sawit menjadi salah satu sumber devisa bagi negara, khususnya Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (10/10)

Pemanfaatan lidi sawit, ujar dia, dapat meningkatkan perekonomian warga di daerah pedesaan dengan menyediakan peluang ekonomi bagi petani sawit.