Stabilitas Sosial Politik, Landasan Industri Perbankan Mengarungi Kuartal Tiga

Industri perbankan tetap stabil pasca aksi demontrasi maraton yang terjadi sejak28 Agustus lalu. Stabilitas sosial politik diperlukan untuk bisa mengarungi kuartal tiga.

Stabilitas Sosial Politik, Landasan Industri Perbankan Mengarungi Kuartal Tiga
Sejumlah pekerja berjalan di kawasan Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (3/9/2025). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

Para bankir boleh bernafas lega lantaran rangkaian aksi demonstrasi sejak 28 Agustus 2025 tidak berlanjut dan memperburuk situasi perekonomian. Meski demikian, situasi tersebut menjadi pelajaran berharga, bahwa stabilitas sosial-politik yang aman sebagai landasan utama untuk memastikan pertumbuhan kuartal ketiga 2025 dan seterusnya tetap sesuai dengan target.

Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 27 Agustus 2025, yang diumumkan dalam konferensi pers pada hari Kamis (4/9/2025) lalu, menegaskan: sektor jasa keuangan Indonesia sukses melewati turbulensi sosial-politik imbas rangkaian aksi demonstrasi yang melanda sejumlah kota di Indonesia.

OJK menengarai, di samping ketahanan perekonomian dalam negeri, keberhasilan ini turut ditopang pelbagai dinamika ekonomi global. Seperti, perkiraan WTO terhadap pertumbuhan perdagangan global mencapai 0,9%, tensi perang dagang yang mereda, serta meningkatnya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, dan aliran dana ke emerging markets, termasuk Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan, salah satu cermin ketahanan perekonomian Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak rekor tertinggi di bulan Agustus 2025, sekalipun dinamika dalam negeri berdampak terbatas terhadap volatilitas pasar saham.

"Walau sempat terjadi gejolak, perkembangan memperlihatkan dampak perkembangan beberapa hari terakhir ini relatif terbatas. OJK terus berkoordinasi intensif dengan lembaga jasa keuangan memastikan layanan keuangan tetap optimal bagi masyarakat. Infrastruktur terjaga baik, dan kami akan tetap mengidentifikasi potensi kerugian dan risiko, mempercepat asesmen, dan memastikan pembayaran klaim segera dilakukan," ucap Mahendra.

Secara khusus di sektor perbankan, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mencatat intermediasi jasa perbankan berjalan stabil dengan profil risiko terjaga.

Secara khusus di sektor perbankan, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mencatat intermediasi jasa perbankan berjalan stabil dengan profil risiko terjaga.

Intermediasi jasa perbankan berjalan stabil dengan profil risiko terjaga. Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2025 tercatat tumbuh sebesar 7,00% year on year (YoY) menjadi Rp 9.294 triliun. Perinciannya, giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 10,72%, 5,91%, dan 4,84% YoY.

Di sisi lain, penyaluran kredit bank bulan Juli 2025 tumbuh 7,03% YoY dengan nilai mencapai Rp 8.043 triliun. Kualitas kredit terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,28%, sedikit naik ketimbang rasio bulan Juni sebesar 2,22%.

Sementara itu, capital adequacy ratio (CAR) di bulan Juli bertambah menjadi 25,88%, naik dibandingkan dengan bulan Juni sebesar 25,81%. Ini bisa menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi ketidakpastian global.

Dengan memanfaatkan infrastruktur yang terjaga, Dian mengharapkan industri perbankan dapat mulai mendorong skema khusus pembiayaan UMKM dan memberikan relaksasi peminjaman, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan terhadap nasabah. Di samping itu, OJK mengharapkan industri perbankan terus bekerjasama dengan PPATK untuk mencegah pemblokiran rekening, kecuali transaksi mencurigakan dan terindikasi tindak pidana.

"OJK terus memastikan industri perbankan tidak terganggu, khususnya layanan kepada nasabah. Dampak demonstrasi relatif minimal, tidak terdeteksi aktivitas penarikan dana signifikan dalam satu minggu terakhir. Pergerakan deposit berjalan normal. Untuk itu, OJK meminta industri perbankan menjalin komunikasi untuk meminimalisasi risiko penarikan dana," tutup Dian mengakhiri keterangannya.

"Dampak demonstrasi relatif minimal, tidak terdeteksi aktivitas penarikan dana signifikan dalam satu minggu terakhir. Pergerakan deposit berjalan normal. Untuk itu, OJK meminta industri perbankan menjalin komunikasi untuk meminimalisasi risiko penarikan dana," ujar Dian.

Positif, bisa lebih cemerlang

Pelaku industri perbankan mengonfirmasi ketepatan analisis OJK yang disampaikan dalam konferensi pers lalu. Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility Bank Central Asia (BCA) Hera F. Haryn menyatakan optimisme pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang 2025, dengan kondisi perekonomian yang tetap tumbuh positif hingga akhir tahun ini.

"Per Juni 2025, total kredit BCA tumbuh 12,9% YoY, menjadi Rp 959 triliun. Pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri. Hingga akhir 2025, target pertumbuhan kredit BCA tetap sejalan dengan rencana bisnis bank (RBB)," tulis Hera dalam jawaban tertulis yang diterima SUAR, Jumat (5/9/2025).

Menjawab kekhawatiran nasabah, Hera menegaskan komitmen BCA untuk menjaga agar seluruh proses transaksi nasabah tetap berjalan normal dan meningkatkan pertumbuhan frekuensi transaksi semester pertama yang telah mencapai 17% YoY.

"Ditopang likuiditas yang memadai, BCA optimistis senantiasa mendukung pertumbuhan ekonomi dan mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang disiplin, untuk tetap melangkah secara prudent hingga akhir 2025," ujar Hera.

Terlepas dari optimisme pelaku industri perbankan dan penegasan OJK yang memberikan rasa aman, situasi dan kondisi perbankan tetap harus dilihat dalam kerangka ekonomi yang lebih besar.

Ekonom Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menekankan bahwa dengan pertumbuhan kredit yang melandai, prognosis pertumbuhan kredit sepanjang 2025 mungkin tetap berada di bawah 10%.

"Sebagai industri, bank itu ada di sisi hilir, sementara hulunya adalah industri sektor riil dan manufaktur. Ketika dunia usaha terganggu, mall mengurangi jam kerja, warung-warung tutup, peluang pembiayaan perbankan akan berkurang karena para pengusaha menunggu dan tidak meminta kredit baru ke bank, atau komitmen kredit yang disetujui tidak ditarik. Ini berpengaruh pada kinerja bank yang tetap positif, tetapi tidak cemerlang," cetus Ryan saat dihubungi SUAR, Kamis (4/9/2025).

Menurut Ryan, prasyarat mutlak untuk mengatasi kemungkinan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah memastikan situasi sosial-politik yang stabil sebagai kunci yang memungkinkan kegiatan ekonomi bergulir, mobilitas terjadi, dan industri manufaktur tetap berproduksi.

Menurut Ryan, prasyarat mutlak untuk mengatasi kemungkinan perlambatan pertumbuhan tersebut adalah memastikan situasi sosial-politik yang stabil sebagai kunci yang memungkinkan kegiatan ekonomi bergulir, mobilitas terjadi, dan industri manufaktur tetap berproduksi.

"Prasyarat utama adalah situasi sosial-politik kondusif. Dunia usaha hanya akan bisa berekspansi jika pengusaha tetap optimis dan bank berani menyalurkan kredit dengan tetap hati-hati karena adanya permintaan. Kalau stabilitas dan keamanan terkendali, pekerja dapat masuk pabrik, dan kapasitas industri bergerak naik, permintaan kredit pasti naik dan kinerja bank dapat bertumbuh dari sana," pungkas Ryan.

Penulis

Chris Wibisana
Chris Wibisana

Wartawan Makroekonomi, Energi, Lingkungan, Keuangan, Ketenagakerjaan, dan Internasional

Baca selengkapnya