Indonesia tak hanya negara dengan penduduk Muslim terbesar, melainkan juga pusat makanan, fesyen, pariwisata dengan label halal. Tapi, masih ada tantangan untuk menjadi pemimpin industri halal dunia dengan nilai perdagangan global lebih dari US$ 2 triliun.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Eko Cahyanto, yakin Indonesia berpeluang menjadi pionir industri halal.
“Potensi Indonesia menjadi pemimpin industri halal global sangat mungkin sekali. Kuncinya adalah sinergi pemangku kepentingan,” ujar Eko ketika ditemui di acara konferensi pers Halal Indo Expo 2025, di Kementerian Perindustrian, Jakarta (22/09/25).
Eko memaparkan, perkembangan tematik halal saat ini bukan lagi sekadar kepatuhan terhadap aturan. Namun, telah berkembang menjadi bagian dari lifestyle modern yang merepresentasikan kualitas, keamanan, dan produk berkelanjutan.
Menurut Eko, prinsip halal hadir tidak hanya pada produk konsumsi, tetapi juga dalam rantai pasok, layanan, dan pola hidup sehari-hari. "Ekosistem inilah yang memberikan nilai tambah bagi industri, sekaligus memperkuat daya saing produk nasional di pasar global,” ujarnya.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), salah satu arah kebijakan pengembangan industri pengolahan adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal dunia.
Dari tahun ke tahun, kontribusi sektor halal terhadap perekonomian Indonesia terus meningkat. Pada 2024, industri halal menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03% dengan nilai ekspor mencapai US$ 64 miliar.
Hingga triwulan II–2025, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJH) telah mengeluarkan sebanyak 654.518 sertifikat halal bagi produk UMKM.
Menghadapi tantangan
Sebagai pelaku industri ini, Okta Wirawan, pemilik Almaz Fried Chicken, berharap Indonesia bisa menjadi pemimpin industri halal di dunia karena potensinya sangat besar.
Masalahnya, dalam menjalankan bisnisnya, Okta masih menemukan tantangan, terutama dalam mengurus sertifikasi halal. "Prosedurnya cukup rumit karena banyak proses yang dilalui sehingga memakan waktu," ujar Okta kepada SUAR di Jakarta (22/9).
Panjangnya proses pengurusan sertifikasi halal ini membuat pelaku usaha mulai mengurungkan niatnya. Padahal ,sertifikasi halal penting sebagai identitas produk halal di Indonesia.
Maka, Okta berharap pemerintah bisa menyederhanakan proses pengurusan sertifikasi halal untuk meningkatkan daya saing bisnis.
“Proses pengajuan sertifikasi halal yang kompleks dan belum optimalnya sosialisasi program pendampingan sertifikasi membuat banyak UMKM kesulitan,” ujar Okta.
Menanggapi hal tersebut, Eko mengatakan, ada dua tantangan yang masih dihadapi Indonesia dalam mengembangkan industri halal. Pertama, produk halal Indonesia harus bersaing dengan produk negara non-muslim yang mulai mengembangkan produk halal. Kedua, produk yang memiliki sertifikasi halal belum banyak.
Untuk menghadapi tantangan tersebut serta mewujudkan potensi industri halal ini, menurut Eko, perlu sinergi dan koordinasi dari berbagai macam pemangku kepentingan – mulai dari pemerintah hingga dunia usaha.
Eko menjelaskan, faktor yang mendukung industri halal di Indonesia adalah populasi muslim terbesar di dunia. "Bonus inilah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," ujar Eko.
Selain itu, Indonesia mempunyai keberagaman produk yang tidak hanya pada makanan, tapi juga sudah menjangkau minuman, kosmetik, dan farmasi halal.
Oleh karena itu, Pusat Industri Halal Kemenperin menyiapkan enam program utama, mulai dari penyusunan kebijakan teknis, penguatan infrastruktur, pengembangan SDM, fasilitasi industri halal, promosi dan kerja sama, hingga pengawasan dan pengendalian.
Halal Indo Expo 2025
Eko mengatakan, salah satu strategi Kemenperin untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok industri halal global adalah berpartisipasi dalam Halal Indonesia International Industry Expo 2025 (Halal Indo Expo 2025) yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada 25 September–28 September 2025.
Ajang Halal Indo Expo 2025 ini digelar Kementerian Perindustrian berkolaborasi dengan PT Dyandra Promosindo. Mengusung tema "Experience the Diversity of Indonesia’s Halal Industry: Shaping the Future of Global Halal Industry", ekspo ini menghadirkan 128 pelaku industri dan asosiasi dari berbagai sektor, mulai dari makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, tekstil, aneka, hingga kawasan industri halal.
Selain itu, terbuka pula kesempatan untuk dapat belajar mengenal industri halal lebih dalam melalui berbagai aktivitas menarik dan interaktif. Di antaranya workshop melukis tableware halal, mencanting batik halal, meracik parfum non-alkohol, make up class menggunakan kosmetik halal, menghias bento cake, hingga meracik jamu dan teh rempah.
Di Halal Indo Expo 2025 ini juga ada penganugerahan Indonesia Halal Industry Awards (IHYA). Anugerah ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan Kemenperin kepada para pemangku kepentingan yang selama lima tahun terakhir telah berkontribusi aktif dalam pengembangan industri halal nasional.
Penganugerahan kali ini diberikan kepada perusahaan industri besar dan kecil menengah – sektor makanan dan minuman, kosmetik, farmasi dan obat tradisional, tekstil/apparel, dan keramik (tableware).
Selain menghadirkan produk-produk halal unggulan, Kemenperin juga akan menghadirkan Industrial Festival 2025 sebagai wadah kolaborasi lintas sektor dalam menampilkan inovasi, kreativitas, dan capaian industri nasional.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan festival kedua. Ini mempertegas konsistensi Kementerian Perindustrian dalam menghadirkan ruang interaksi antara dunia industri dan masyarakat luas – khususnya generasi muda.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo, Daswar Marpaung, menjelaskan bahwa Halal Indo Expo 2025 akan digelar di Hall 6 dan 7 ICE BSD, menghadirkan lebih dari 300 peserta pameran, termasuk dari luar negeri, seperti Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, dan Thailand.
"Tahun ini akan lebih meriah lagi. Halal Indo Expo sudah menjadi perhatian peserta internasional, bahkan masuk ke lingkaran pameran halal dunia yang berakhir di Istanbul," ujar dia.
Daswar menyebut target 15.000 pengunjung dalam empat hari pameran. Untuk menarik minat publik, berbagai program disiapkan. Antara lain, Halal Modest Fashion Show, Halal Connect Forum, talkshow bertema gaya hidup halal, serta edukasi mengenai halal tourism dan regulasi industri halal.