Dalam sejarah Indonesia, pergantian menteri keuangan direspon beragam oleh pelaku pasar keuangan. Ada kalanya pasar merespon positif pergantian sang jenderal fiskal negara. Namun, ada kalanya pasar merespon sebaliknya.
Kilas balik menuju 11 tahun lalu, tepatnya pada 27 September 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 32,95 poin atau 0,65% pada posisi 5.040,11. Pelemahan ini terjadi berbarengan dengan pelantikan Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saat itu posisi Menteri Keuangan dipercayakan pada Bambang P.S Brodjonegoro, selain juga ada sejumlah nama mengisi formasi ekonomi kabinet Presiden Jokowi. Menurunnya IHSG, menurut sejumlah analis kala itu, dikarenakan sejumlah menteri yang berada di kabinet Jokowi dinilai mengecewakan.
Hampir dua tahun berselang, yakni pada 27 Juli 2016, IHSG menguat 0,96% menjadi 5.274. Kala itu Jokowi merombak formasi menteri ekonominya dan memasukan nama Sri Mulyani sebagai jenderal fiskal Tanah Air. Para pengamat dan analisis menganggap Mulyani bisa memperbaiki perekonomian Indonesia.
Kedatangan Mulyani yang disambut manis, kini, harus berakhir miris. Sekitar sembilan tahun kemudian, Mulyani digantikan dengan oleh Purbaya Yudhi Sadewa pada Senin (8/9/2025) oleh Presiden Prabowo Subianto. Pasar langsung merespon dingin yang ditandai dengan IHSG melemah 1,28% atau 100,49 poin ke level 7.766,84 akibat penjualan sejumlah saham pada hari Senin (8/9/2025).
IHSG mulai merosot sekitar pukul 15.40, ketika nilai indeks 7.870,35 merosot 73 poin pada saat penutupan perdagangan. Itu adalah momen beberapa menit setelah pengumuman resmi Istana bahwa salah satu menteri yang diganti adalah Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan.
Pelemahan IHSG pun berlanjut pada perdagangan Selasa (9/9/2025). Sempat bergerak pada level 7.780–7.790 selama satu jam pertama, penurunan secara bertahap pada perdagangan sesi I mulai terjadi sekitar pukul 10.00 ke level 7.687,23, hingga mencapai titik 7.638,26 pada pukul 12.00. Saat perdagangan sesi II dibuka pukul 13.35, IHSG sedikit menguat ke angka 7.644,28, tetapi tidak berhasil menunjukkan pergerakan signifikan melebihi 7.650.
Perdagangan IHSG hari Selasa ditutup melemah 138,24 poin atau 1,78% di angka 7.628,60. Saham yang mengalami pelemahan antara lain sektor energi, keuangan, infrastruktur, properti, teknologi, bahan baku, serta sektor konsumer siklikal dan nonsiklikal, dalam rentang 0,24 sampai 1,73 persen.
Serah terima jabatan
Estafet kepemimpinan orang nomor satu di Kementerian Keuangan resmi berlangsung berlangsung di Aula Mezzanine, Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Turut hadir dalam acara ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani, serta jajaran pejabat Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam pidato perpisahannya, Mulyani menyampaikan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan serta jajaran Kementerian Keuangan yang telah mendukungnya selama menjabat. Ia juga memohon maaf atas segala kekhilafan selama mengemban amanah mengelola keuangan negara.
Selama total hampir 14 tahun menjabat, Sri Mulyani merupakan orang dengan kredensial baik di mata dunia internasional. Hal ini juga yang membuat ratusan pegawai Kementerian Keuangan mengantarkannya keluar dari gedung tempatnya menjaga pengeluaran pemerintah selama ini.
Alunan sebuah lagu berjudul “Bahasa Kalbu” menggema di aula Mezanine Kementerian Keuangan. Dengan sesekali mengusap air matanya, Sri Mulyani menuruni anak tangga di kantornya dengan diantar ratusan karyawan Kementerian Keuangan.
Beberapa dari mereka bahkan memberikan mawar putih kepada Menteri yang menjabat di tiga era kepresidenan itu sebagai tanda terima kasih.
“Dengan rendah hati saya memohon maaf. Untuk Pak Pur, selamat mengemban tanggung jawab yaitu mengelola keuangan negara. Saya pamit undur diri pagi hari ini, dan mohon mulai saat ini untuk kami dihormati ruang privasi kami atau ruang pribadi saya sebagai warga negara biasa,” kata Sri Mulyani saat pidato perpisahannya sebagai Menteri Keuangan di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Rumor Mulyani mengundurkan diri sudah beberapa kali terdengar namun tak juga terbukti. Sentimen negatif pasar memburuk menyusul demonstrasi di berbagai daerah, benbuntut penjarahan di berbagai rumah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), termasuk rumah Sri Mulyani.
Berbagai pihak menyayangkan penjarahan tersebut, menyebut bahwa Presiden tidak mampu melindungi menterinya yang berjasa menjaga stabilitas keuangan bangsa. Sehari setelahnya Mulyani bahkan sempat muncul dalam rapat kabinet dan mengumumkan sejumlah kebijakan yang menenangkan pasar.
Sementara itu, penggantinya Purbaya Yudhi Sadewa yang menjabat Menteri Keuangan baru berjanji akan membawa perekonomian Indonesia tumbuh 6 persen. Namun belum sehari menjabat, ia membuat sejumlah tanggapan yang menuai kontroversial. Salah satunya terkait tuntutan 17+8 yang digaungkan mahasiswa.
Salah satu tuntutan rakyat tersebut adalah menciptakan situasi pajak yang berkeadilan.
“Saya belum mempelajari itu, tapi basically begini, itu kan suara sebagian kecil rakyat kita. Kenapa, mungkin sebagian ngerasa keganggu, hidupnya masih kurang, ya. Once, saya ciptakan pertumbuhan ekonomi 6 persen, 7 persen, itu akan hilang dengan otomatis. Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” kata Purbaya Yudhi Sadewa.
Dalam pidatonya saat serah terima jabatan, Purbaya meminta dukungan kepada seluruh jajaran kementerian keuangan untuk bekerja bersama dirinya guna memastikan bahwa kebijakan fiskal tetap berperan sebagai instrumen yang kuat dalam menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia.
“Izinkan saya menyampaikan rasa hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ibu Sri Mulyani. Di bawah kepemimpinan beliau, Kementerian Keuangan berhasil menjaga stabilitas fiskal Indonesia di tengah dinamika global, melakukan efisiensi anggaran, dan mengawal program program prioritas pemerintah hingga RAPBN 2026,” kata dia.
Ia mengatakan, di bawah kepemimpinan Sri Mulyani, banyak mimpi yang sudah terwujud, tetapi masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
Purbaya mengatakan, di bawah kepemimpinan Sri Mulyani, banyak mimpi yang sudah terwujud, tetapi masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
“Kita semua menyadari bahwa perekonomian global menghadapi tantangan, perlambatan ekonomi di berbagai negara, ketegangan geopolitik, perubahan teknologi menimbulkan resiko sekaligus peluang bagi Indonesia,” kata dia.
Menanti kinerja
Analis Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan mencatat koreksi IHSG dipengaruhi respons pasar terhadap pergantian Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan yang selama ini menjadi figur kredibel dan mendapatkan kepercayaan pasar. Alfred sempat menduga, IHSG mendapat tenaga dari penguatan bursa global yang menguat hari ini. Tetapi koreksi ternyata masih terus berjalan karena sentimen internal.
"Kita lihat akumulasi koreksi IHSG dalam 2 hari ini. Jika mencapai -3% di tengah bursa global yang menguat, artinya sentimen pasar terhadap pergantian menteri signifikan," tukas Alfred saat dihubungi SUAR, Selasa (9/9/2025).

Potensi pelemahan dan guncangan berlanjut masih ada, tetapi tidak akan terlalu besar. Kuncinya, harus ada informasi atau pernyataan yang tegas hingga mampu menekan aksi investor menjual saham di bursa.
Lebih lanjut, Alfred menilai perilaku pasar saat ini bertahan pada wait and see dan sangat menunggu rencana kerja Menteri Keuangan baru. Terutama, terobosan-terobosan yang dapat dilihat pasar sebagai pembeda jelas antara kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa dan kepemimpinan Sri Mulyani sebagai bendahara negara selama 9 tahun terakhir.
"Pernyataan Menteri tentang target kenaikan angka pertumbuhan ekonomi sampai 6 persen tidak akan digubris pasar. Sebaliknya, rasionalisasi melalui rilis program kerja yang menjawab dan mampu menyelesaikan isu-isu terkini melalui kebijakan yang akan dikerjakan jauh lebih ditunggu," jelasnya.
Baca juga:

Sejumlah isu yang Alfred garis bawahi antara lain pengangguran dan meluasnya pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, menurunnya permintaan industri yang mengakibatkan perlambatan penyaluran kredit bank, pelebaran defisit fiskal, keputusan Bank Indonesia melakukan burden-sharing, hingga stabilitas yang terganggu akibat situasi sosial-politik sepekan.
Pergantian atau reshuffle secara mendadak juga menjadi indikasi ada permasalahan yang signifikan dalam mengatasi stabilitas, ditandai pemberhentian Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Budi Gunawan yang saat ini kosong dan secara ad-interim dirangkap Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
"Ini memperberat persepsi pasar, karena reshuffle menjadi sinyal meningkatnya risiko keamanan. Menteri Keuangan baru harus secepatnya memberitahukan rencana kerja dan terobosannya untuk dapat memberikan kepercayaan kepada pasar," pungkas Alfred.

Tidak hanya pasar keuangan Indonesia, sejumlah analis dari pasar modal mancanegara memberikan perhatian pada penunjukan menteri keuangan baru pengganti Sri Mulyani Indrawati.
Seperti dikutip dari Reuters, Deputy Chief Emerging Markets Economist Jason Tuvey dari Capital Economics, London, menilai penggantian Sri Mulyani memicu kekhawatiran terkait tekanan yang akan diberikan Presiden untuk melonggarkan fiskal dan mendorong BI untuk membiayai program pemerintah.
"Kebijakan Menteri Keuangan baru saat ini belum begitu jelas, tetapi kunci yang dapat dilihat adalah posisinya yang lebih lunak terhadap keinginan Presiden. Sikap ini dapat berujung pada usaha mengubah aturan fiskal yang ada, atau memaksa bank sentral melonggarkan peraturan moneter secara agresif," ujar Tuvey.
Senada dengan Tuvey, ekonom Global Markets Maybank Singapura Saktianti Supaat menilai gejolak rupiah yang timbul pasca-pengumuman pergantian menunjukkan pasar yang tengah menanti pernyataan dan komentar Kementerian Keuangan terkait pergantian ini. Bank Indonesia akan bekerja keras untuk menjaga stabilitas nilai rupiah, terutama untuk mencegah volatilitas yang memengaruhi dunia usaha.
"Sri Mulyani selama ini menjadi jangkar yang cukup kuat, dengan reputasi dan profil internasionalnya. Siapa pun yang menggantikan dia harus mengisi kekosongan besar yang ditinggalkannya. Investor asing pun sangat menunggu pernyataan dari Kementerian Keuangan untuk mendapatkan pegangan lebih kuat," cetus Supaat.