Perfilman Nasional Membaik, Bioskop Siap Ekspansi 2026

Pengelola jaringan bioskop CGV Indonesia, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) pada Kamis (02/10/2025) berencana melakukan ekspansi dengan menambah layar bioskop di 2026.

Perfilman Nasional Membaik, Bioskop Siap Ekspansi 2026
Photo by Jakob Owens / Unsplash
Daftar Isi

Tingginya antusias penonton untuk pergi ke bioskop menjadi salah satu alasan semakin banyak produksi film di Indonesia. Hal ini membuat kondisi industri perfilman nasional membaik.

Pengelola jaringan bioskop CGV Indonesia, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) pada Kamis (02/10/2025) berencana melakukan ekspansi dengan menambah layar bioskop di 2026.

Direktur BLTZ Haryani Suwirman mengatakan strategi ini menjadi kunci utama untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) dan tentunya kinerja perusahaan.

“Ekspansi akan terus kami lakukan untuk memenuhi market share dan juga memuaskan konsumen setia CGV,” ujar dia dalam acara Public Expose Insidentil, di Jakarta (2/10).

Ia tak merinci berapa jumlah layar yang akan ditambahkan namun berharap ekspansi ini akan membuat CGV Indonesia lebih baik ke depannya dan memprioritaskan daerah luar Jawa untuk ekspansi.

BLTZ juga menaruh perhatian pada bisnis Food and Beverages (F&B) yang dinilai terus menunjukkan tren positif.Biasanya dengan adanya penambahan layar bioskop pasti akan diikuti booth makanan dan minuman.

Menurut dia, kualitas perfilman Indonesia meningkat pesat. Hal ini terlihat dari jumlah film Indonesia yang tayang dalam seminggu mencapai 3-4 film, sementara dalam sebulan bisa lebih dari 15 film.

"Kualitas film indonesia sudah bisa bersaing dengan film asing, selain itu minat masyarakat untuk menonton film ke bioskop masih tinggi meskipun saat ini sudah ada layanan streaming," kata dia.

Ia membeberkan masyarakat masih suka ke bioskop karena memberikan pengalaman berbeda baik dari segi gambar dan suara.

BLTZ mendorong pertumbuhan industri film nasional dan bekerjasama dengan Production House (PH) film mengadakan Gala Premiere yang biasanya sering diselenggarakan di CGV Grand Indonesia.

Kinerja Keuangan

Dari sisi kinerja keuangan, laju bisnis BLTZ terpantau stabil hingga paruh pertama ini. BLTZ membukukan pendapatan sebesar Rp 614,76 miliar di semester I-2025, turun tipis dibandingkan Rp 617,60 miliar pada tahun sebelumnya. 

Kontribusi bioskop masih menjadi penopang kinerja BLTZ dengan nilai Rp 386,11 miliar. Namun, angka ini menyusut dari posisi semester I-2024 yang sebesar Rp 395,40 miliar. 

Sementara bisnis F&B justru mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 193,93 miliar, dibandingkan Rp 190,77 milar. Begitu juga dengan event & advertiser yang naik menjadi Rp 34,71 miliar. 

Finance Team Leader BLTZ Arie Hartomo Putra mengatakan dari sisi bottom line, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tercatat mencapai Rp 25,21 miliar. Angka ini justru meroket hingga 155,48% dibandingkan Rp 9,86 miliar pada tahun 2024.

Pertumbuhan signifikan dari sisi laba bersih didorong oleh inovasi dan efisiensi operasional yang dijalankan perusahaan. Salah satu contohnya, yakni digantinya proyektor bioskop, dari yang sebelumnya menggunakan lampu model lama menjadi proyektor laser. 

“Sehingga biaya untuk pembelian atas lampu-lampu tersebut untuk tahun ini lebih menurun. Jadi hal itu ber-impact dari laba kita yang lebih meningkat dari tahun sebelumnya,” ujar dia.

Arie mengatakan hingga kuartal II-2025, BLTZ masih mengoperasikan 71 bioskop di seluruh Indonesia dengan total 405 layar, jumlah ini tidak berubah dari posisi akhir 2024.

"Kalau memang memungkinkan ada penambahan, kita akan kejar untuk selesai di tahun ini," ujar dia.

Cinema XXI Juga Stabil

Pada kesempatan berbeda, pengelola Cinema XXI, PT. Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) juga mencatatkan kinerja stabil dengan membukukan pendapatan Rp2,8 triliun dengan laba bersih sebesar Rp324 miliar pada Semester I 2025.

Perseroan juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp842,4 miliar yang mencerminkan stabilitas kinerja di tengah situasi ekonomi yang dinamis. 

Direktur Utama Cinema XXI Suryo Suherman menyampaikan bahwa capaian kinerja positif selama Semester I 2025 ini merupakan hasil dari pondasi bisnis yang solid dan strategi perseroan yang dijalankan secara terukur dan konsisten. 

Pencapaian ini turut didukung oleh langkah Perseroan dalam mengoptimalkan  strategi bisnis yang berfokus pada peningkatan layanan menonton dan ekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia.

“Stabilitas kinerja Perseroan merupakan hasil dari efektivitas implementasi strategi yang terarah dan adaptif terhadap dinamika industri, serta penguatan jaringan operasional secara konsisten dan berkelanjutan,” kata Suryo dalam siaran persnya yang diterima SUAR di Jakarta (2/10)

Kinerja pada semester pertama tahun 2025 tentunya didorong oleh total jumlah penonton yang  mencapai 42,5 juta penonton, di mana total penonton pada kuartal kedua melonjak lebih dari dua kali lipat dari total penonton di kuartal pertama. Peningkatan ini didukung oleh momentum Lebaran dan antusiasme penonton terhadap film-film box office, baik film nasional maupun internasional.

Tren positif performa film nasional yang masih berlanjut di semester pertama 2025, juga berperan positif bagi Cinema XXI. Hal ini tercermin dari kontribusi film nasional yang mencapai lebih dari 65% dari jumlah penonton di semester pertama 2025. “Sebagai jaringan bioskop terbesar di Indonesia, kami bangga dapat menjadi bagian dari ekosistem yang mendukung kemajuan film Indonesia,” lanjut Suryo.  

Berdasarkan data yang dipublikasikan filmindonesia.or.id, terdapat 9 film nasional yang meraih lebih dari 1 juta penonton pada semester I tahun 2025 di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

Tiga film nasional dengan penonton terbanyak pada periode ini, antara lain Jumbo yang berhasil mencatatkan rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan jumlah penonton mencapai 10.197.790, Pabrik Gula (4.726.760), dan Petaka Gunung Gede (3.242.843). 

Adapun kontribusi pendapatan Cinema XXI masih berasal dari dua lini bisnis utama yaitu penjualan tiket bioskop sebesar 62,4%, dan penjualan makanan-minuman sebesar 33,6%.

Suryo mengatakan pada Semester I 2025 ini terjadi peningkatan penjualan produk makanan. Hal itu dilihat dari rata-rata spend per head (SPH) untuk makanan dan minuman naik menjadi Rp 25 Ribuan, dibanding Rp23 Ribuan pada Semester I 2024. “Peningkatan SPH ini menjadi indikator penting bahwa minat penonton terhadap produk F&B kami terus tumbuh secara sehat,” jelas Suryo.

Di tengah pencapaian kinerja yang positif pada kuartal kedua tahun 2025, Perseroan kembali membayarkan dividen final untuk tahun buku 2024 sebesar Rp4 per saham atau setara dengan nilai pembayaran mencapai Rp333 miliar.

Sebelumnya, Perseroan juga telah membayarkan dividen interim sebesar Rp5 per saham pada bulan November 2024, sehingga secara total, Perseroan telah membayarkan Rp9 per saham atau setara dengan 103% rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2024.

“Pembagian dividen merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk memberi nilai tambah kepada para pemegang saham sembari menjaga kesehatan posisi keuangan dan keberlanjutan pertumbuhan Perseroan,” pungkas Suryo.

the walking dead dvd movie
Photo by Samuel Regan-Asante / Unsplash

Dukungan Pemerintah

Pengamat Ekonomi Indef Eko Listiyanto mengatakan agar industri bioskop tetap tumbuh maka diperlukan dukungan dari pemerintah.

Bentuk dukungannya bisa berupa Insentif,pemerintah berupaya memberikan insentif bagi pengusaha bioskop dan mendukung kampanye "kembali ke bioskop" untuk membangkitkan minat masyarakat. 

Pajak tiket bioskop diatur melalui peraturan daerah sebagai pajak hiburan, dan pemerintah daerah dapat memiliki tarif yang bervariasi, biasanya antara 10 hingga 15 persen. 

“Pemerintah akan berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan korporasi untuk mengembangkan infrastruktur bioskop, seperti penambahan layar di daerah-daerah yang masih kekurangan,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (2/10)