Menumbuhkan Karakter Baik dari Mendaki Gunung

Berdasarkan penelitian, mendaki gunung bisa menumbuhkan beberapa sikap baik dalam karakter hidup seseorang.

Menumbuhkan Karakter Baik dari Mendaki Gunung
Photo by photo nic / Unsplash
Daftar Isi

Kabar baik datang bagi penggemar aktivitas di luar ruangan khususnya mendaki gunung atau menjelajah alam (hiking). Berbagai penelitian menunjukkan kalau hiking bukan sekadar menaklukkan ketinggian, memompa adrenalin, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. 

Berjalan kaki melewati berbagai rute di pegunungan, perbukitan dan pedesaan juga menawarkan pengalaman tak ternilai. Pemandangan hijau dan udara sejuk pegunungan kerap kali memanjakan mata yang biasanya hanya menatap layar laptop atau kemacetan di tengah Ibu Kota. 

Berdasarkan penelitian, mendaki gunung bisa menumbuhkan beberapa sikap baik dalam karakter hidup seseorang. Beberapa contoh antara lain melatih bekerja sama, tanggung jawab, menghormati, rasa kebersamaan, bersyukur, jujur, lebih peduli, berani, tangguh, toleransi dan lebih waspada. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa mendaki gunung dapat menjadi terapi tambahan dan membantu orang yang sedang depresi berat dan bisa mengurangi rasa putus asa. 

Tak mengherankan, aktivitas yang memadukan kebugaran dan tantangan alam ini digemari berbagai kalangan mulai dari gerasi muda, tua, hingga pejabat dan pengusaha. 

Tim SUAR berhasil mewawancarai beberapa pengusaha yang hobi menjalani olahraga mendaki gunung. 

Herry Sulianto, Founder Kopi Ijen Lestari

Herry Sulianto merupakan General Manager dan Owner Kopi Ijen Lestari, UMKM yang berfokus pada produksi kopi berkualitas tinggi dengan praktik pascapanen yang terstandar, serta telah beroperasi selama 10 musim dalam pengolahan kopi Ijen.

Selain karena bisnisnya berlokasi di lereng Gunung Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Herry suka menghabiskan waktu luang dengan mendaki gunung bersama karyawan.

Herry mengatakan manfaat utama yang dirasakan dari mendaki gunung yang tidak ditemukan di aktivitas lainnya adalah meningkatkan rasa pencapaian dalam hidup, mencapai puncak gunung memberikan perasaan puas dan meningkatkan rasa percaya diri.

“Ketika sudah berada di puncak gunung, hati dan pikiran merasa damai dan tenang, rasa kagum terhadap sang pencipta juga muncul karena di atas puncak, semua bisa terlihat mulai dari matahari terbit dan terbenam, lautan,awan dan langit malam berbintang atau istilahnya milky way,” ujar dia ketika diwawancarai tim SUAR di suatu pameran di Jakarta, Kamis (30/10/2025).

Herry Sulianto (Dok.Pribadi)

Beberapa gunung yang pernah ia taklukkan masih sekitar Jawa Timur mulai dari Gunung Kawi, Lawu dan tentunya Ijen. 

Gunung paling berkesan adalah gunung ijen karena terdapat fenomena api biru (blue fire),Fenomena api biru yang unik di dunia ini menjadi daya tarik utama. Api ini muncul dari semburan belerang dan terlihat pada dini hari sekitar pukul 02.00–03.00 WIB.

Kemudian, di Gunung Ijen juga terdapat danau kawah hijau toska, pada siang hari, pendaki akan disuguhi pemandangan danau kawah dengan air berwarna hijau toska yang sangat indah dan menjadi danau kawah asam terbesar di dunia.

“Pendaki dapat menyaksikan secara langsung pekerjaan para penambang belerang yang mempertaruhkan nyawa untuk membawa bongkahan belerang dari dalam kawah,” ujar dia. 

Herry mengatakan hobi mendaki gunung ini, sudah dilakukan sejak remaja, tanpa paksaan dari siapapun, sampai sekarang di usianya yang tidak lagi muda, ia masih menyempatkan mendaki gunung meskipun staminanya tidak sekuat dulu.

Herry membagikan tips mendaki gunung untuk pemula, adalah persiapan fisik dan mental yang matang, memilih gunung yang ringan, serta melengkapi diri dengan peralatan yang tepat dan mengutamakan keselamatan. Pastikan untuk tidak mendaki sendirian, selalu periksa perkiraan cuaca, membawa perlengkapan yang sesuai, dan patuhi aturan pendakian.

Herry mengatakan hobi mendaki gunung ternyata memberikan dampak terhadap pekerjaannya yaitu terbentuk mindset "harus mencapai sesuatu", ketika mendaki gunung ia harus mencapai puncak, dalam pekerjaan ia harus mencapai target.

Target utamanya saat ini dalam mengelola bisnis kopi ijen lestari adalah menjadikan kopi lokal asli Indonesia mendunia dan menjadi produk primadona di kancah global.

Ijen Lestari telah mengukir prestasi internasional sebagai pemenang Cup of Excellence (COE), termasuk peringkat ke-1 pada tahun 2023. Dengan komitmen terhadap kualitas dan keberlanjutan, Ijen Lestari melayani pasar domestik maupun internasional dengan pengiriman ke seluruh dunia.

Cup of Excellence (CoE) adalah kompetisi dan lelang kopi internasional paling bergengsi di dunia yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan merayakan kopi berkualitas tertinggi dari berbagai negara. Kopi pemenang dipilih melalui proses seleksi yang ketat oleh juri nasional dan internasional, dan kemudian dijual melalui lelang online untuk memberikan penghargaan yang setimpal kepada para petani kopi. 

Kopi Ijen Lestari diekspor dan telah mencapai pasar internasional dengan pasar utama Jerman,Ekspor kopi dari Ijen merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar mancanegara.

Petrus Gunarso Belajar Rendah Hati Gunung

Di mata seorang pengamat kehutanan dan lingkungan, Petrus Gunarso, mendaki gunung tak sekadar menakhlukan puncak, melainkan menjadi sarana dirinya menimba ilmu kehidupan. 

Saat ditemui setelah acara Round Table Decision yang digelar oleh Suar di Hotel JS Luwansa pada Kamis (18/9), mata Petrus berbinar-binar seakan rindu dengan masa lalu ketika menceritakan kegiatan mendaki gunung yang aktif dilakukannya sejak tahun 1980 silam.

Petrus Gunarso yang merupakan ketua pertama dari organisasi mahasiswa pencinta alam (mapala) di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu pun menceritakan perjuangannya membangun organisasi tersebut dan aktif berkegiatan di alam.

“Dulu saya waktu di kampus itu menjadi ketua pencinta alam, mapala. Nah mapala itu pertama menjadi mapala yang terorganisir untuk di kampus kami yang di Fakultas Kehutanan di UGM, itu adalah mulainya dari saya. Tadinya sudah dimulai kegiatan naik gunung tapi belum terorganisir,” jelas Petrus yang juga menjabat sebagai Business Development Advisor PT. Transportasi Gas Indonesia (Transgasindo).

Petrus Gunarso (Dok.Pribadi)

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi kemudian dibentuk di masa kepemimpinan Petrus. Tak hanya soal belajar mendaki, Petrus bersama dengan rekan-rekan mapala bahkan juga langsung mulai mencari pendanaan untuk melakukan survei di sejumlah gunung Tanah Air.

Pada saat itu, Petrus setiap dalam pendakian gunungnya selalu membawa misi, untuk mengajak para mahasiswa ataupun penggiat alam lainnya untuk belajar mencari nilai-nilai kehidupan yang jauh lebih bermakna.

“Tahun 1980 saya jadi ketua, itu sudah mendapatkan pendanaan ke Gunung Rinjani, ke Merapi, dan akhirnya jadi taman nasional. Itu awal-awalnya untuk mengajak mahasiswa itu untuk aware jangan naik gunung sekadar naik doang,” ucapnya.

Mulai dari udara dingin yang menempel di kulit, hingga suara serangga pada malam hari yang datang dari segala arah, ternyata memberikan makna tersendiri yang mendalam untuk seorang Petrus Gunarso.

“Nilai keheningan kemudian nilai alam yang terasa bahwa kita itu kecil banget gitu, melihat gunung yang sebesar itu dan kita menyendiri di puncak gunung, kita rasanya ternyata gak ada apa-apanya,” katanya.

Petrus menyadari bahwa ketinggian dan tantangan yang diberikan oleh gunung membuat dirinya sebagai manusia merasa kecil, sehingga menumbuhkan rasa rendah hati, semakin menghargai alam, dan terus bersyukur dengan segalanya hingga saat ini.

Semakin tinggi seseorang mendaki gunung, semakin membuatnya sadar bahwa manusia hanyalah sebagian kecil dari alam semesta yang luas ini.

Exactly,” singkatnya.

Petrus Gunarso saat menjelajahi hutan di Indonesia (Dok Pribadi)

Hobi mendaki dan rasa menghargai alam itu pun kini berubah di usianya yang ke-67 tahun sebagai profesi.  Meski usianya sudah tak lagi muda, tubuhnya masih tegap dan bugar, seakan waktu tidak meruntuhkan semangatnya berkat hobinya tersebut.

Petrus meskipun sudah tidak serutin dahulu dalam mendaki tetapi ia tidak memilih untuk duduk diam. Pada waktu senggangnya, ia terus menyatu dengan alam dengan berolahraga ringan, sambil menjernihkan pikirannya.

“Sekarang jalan kaki aja rutin, pasti menyegarkan pikiran. Jalan yang enak itu di alam bebas, kalau di perkotaan gini kan kurang ya, udaranya lebih segar di alam,” ujarnya.

Ia juga mempercayai bahwa aktivitas di alam bebas merupakan sarana pendidikan karakter yang alami. Selain memberikan nilai-nilai kehidupan, dijelaskan olehnya, berkegiatan di alam juga ternyata bisa menjernihkan pikiran sejenak dari hiruk-pikuk perkotaan.

Anak-anak muda yang sehari-harinya bekerja di kota besar pun diajak untuk menjalankan kegiatan tersebut. Bukan tanpa sebab, berkegiatan di alam bebas seperti mendaki gunung dinilai bisa menambah kesegaran batin, tak hanya soal fisik.

“Kalau memang anak muda bisa memanfaatkan waktu untuk mendaki gunung, ke dalam hutan, atau menyusuri sungai, sebenarnya selain menambah kesegaran fisik, kesegaran batin juga luar biasa. Kejenuhan soal macet kan itu bisa hilang sejenak,” jelas Petrus.