Lebih Laku Berkat Jastip

Berkat Jastip yang beredar di PRJ, dagangan pedagang disana tak hanya bisa dibeli orang Jakarta, tapi juga seluruh Nusantara.

Lebih Laku Berkat Jastip
Pengunjung di Jakarta Fair 2025 (Dok. jakartafair.co.id)
Daftar Isi

Gelaran Jakarta Fair Kemayoran (JFK) atau yang lebih akrab disapa PRJ, telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar pameran tahunan. Ia kini menjelma menjadi motor penggerak sirkulasi ekonomi yang lebih luas berkat fenomena bisnis jasa titip.

Jastip adalah model bisnis di mana seorang individu yang disebut sebagai jastiper, menawarkan diri untuk membelikan dan mengirimkan barang dari suatu lokasi tertentu (misalnya pameran, kota lain, atau toko eksklusif) kepada pelanggan yang tidak bisa mengakses lokasi tersebut secara langsung. Jastiper mendapatkan biaya jasa dari setiap transaksi, memungkinkan pelanggan mendapatkan barang incaran tanpa perlu datang sendiri, sekaligus menciptakan peluang ekonomi fleksibel bagi jastiper.

Foto Dian Puspita Sari Jastiper PRJ 2025 (Arfan Tarigan/ SUAR)

Cuan Tebal Sang Broker

Salah Satu jastiper (pelaku bisnis jastip ) adalah Dian Puspitasari, 32 tahun, seorang ibu rumah tangga. Ia bersama temannya telah menjalani bisnis jastip selama 3 tahun pada event PRJ. Ia melihat peluang berbisnis jastip karena banyak teman-temanya yang tidak bisa datang langsung ke PRJ karena terkendala jarak dan kesibukan masing-masing.

Dian harus mengumpulkan minimal 50 orderan per harinya agar dapat berangkat ke PRJ. Orderan para pelanggan akan didaftarkan dalam grup whatshapp. Produk yang didaftarkan juga beragam seperti, parfum, baju, skincare, dan sepatu. Setelah itu, para pelanggan membayar uang muka secara sukarela. Saat ini, jumlah pelanggan jastip Dian mencapai 200 orang. Hal tersebut atas perhitungan kesesuaian ongkos dan keuntungan yang didapatkan.

Keuntungan yang diperoleh dalam setiap orderan bersifat akumulatif. Misalnya ia mengambil fee Rp3.000,- dari produk dengan harga Rp10.000 sampai Rp40.000. Sedangkan produk senilai Rp50.000 sampai Rp100.000 mendapat untung Rp10.000 dan tingkatan keuntungan sangat tergantung oleh nilai dan bobot suatu produk.

Menurut Dian, penghasilan yang didapatkan dari tahun ke tahun terus meningkat dari bisnis jastip seiring dengan bertambahnya pelanggan. "Di hari kedua, sekarang ada 85 paket, kisaran keuntungan Rp800.000-Rp900.000. Kemarin itu (hari pertama) total omzet lebih dari 5 juta," kata Dian saat di jumpai di tengah keramaian pengunjung PRJ.

Bisnis jastip juga digeluti oleh Husna, yang berprofesi sebagai pekerja medis di Jakarta yang juga meraih cuan di bisnis jasa ini. Ia telah menekuni bisnis jastip sejak tahun 2023. Ia memulai bisnis jastip dengan membuat konten di sosial media seperti Instagram dan TikTok. Kemudian para pelanggan akan diundang dalam satu grup whatsapp untuk mengikuti perkembangan produk-produk terbaru yang ia temui di PRJ. Produk makanan dengan kemasan unik, alat kecantikan, sepatu bahkan perabotan menjadi produk incaran para pelanggannya.

Besaran keuntungan yang diperolehnya sangat bergantung pada skala dan dampak dari acara atau pameran yang diselenggarakan. Keuntungan yang ia dapat dari Jastip PRJ bisa sampai 10 juta selama 3 hari kunjungan. Ia mengambil fee sebesar Rp5000,- sampai Rp50.000 tergantung dengan harga dari produk pesanan pelanggan. Semakin mahal produknya keuntungan yang ia dapat juga semakin besar.

"Latar belakang bisnis jastip karena hobi belanja, daripada hanya belanja untuk diri sendiri, mending belanjain orang-orang. Apalagi banyak banyak yang pesan dari luar kota, misalnya dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan," katanya saat ditemui di Jakarta International Expo, Selasa, 8 Juli 2025.

Jastip di PRJ bekerja dengan cerdik menjembatani kesenjangan akses pasar. Di satu sisi, ada beragam produk menarik dengan diskon dan promo eksklusif yang hanya tersedia di lokasi pameran.

Di sisi lain, jutaan konsumen di seluruh Indonesia mungkin terhambat oleh berbagai faktor: jarak geografis yang jauh, keterbatasan waktu karena kesibukan, atau bahkan biaya perjalanan dan akomodasi yang tidak sebanding dengan potensi penghematan dari diskon tersebut.

Di sinilah peran jastiper menjadi krusial; mereka bertindak sebagai agen ekonomi mikro yang menghubungkan penawaran menarik dari tenant PRJ dengan permintaan konsumen yang tersebar luas, tanpa memandang batasan geografis. Melalui jaringan media sosial dan komunikasi digital, jastiper membuka "gerbang" PRJ virtual bagi siapa saja yang ingin berburu diskon, mengubah hambatan fisik menjadi peluang transaksi.

Partner Menguntungkan Pemilik Tenant

Bagi para pelaku usaha atau tenant yang berpartisipasi di PRJ, keberadaan jastiper adalah anugerah. Jastiper secara efektif berfungsi sebagai saluran distribusi tambahan yang mampu memperluas jangkauan pasar secara signifikan di luar pengunjung fisik pameran.

Lukman Hakim PIC Tenant Kusuka/(Suar.id/Arfan Tarigan)

Fenomena jastip di PRJ 2025 ini juga dianggap para pemilik tenant di ajang PRJ, Salah satunya Lukman Hakim, penanggung jawab tenant Kusuka. Ia mengaku, produknya tas bulat Kusuka, lebih laris melalui jasa penjulan via jastiper.

"Kami tidak memprediksikan ini (tas bulat Kusuka) bisa membludak, awalnya kami hanya menjual 300 unit. Ternyata di hari pertama sudah habis karena viral di TikTok." ujarnya kepada Suar.id saat ditemui di tenant Kusuka.

Produk-produk mereka yang tadinya hanya dijangkau oleh ribuan orang yang datang langsung ke JIExpo, kini bisa tersebar ke ratusan ribu, bahkan jutaan konsumen potensial di berbagai kota dan daerah terpencil di seluruh Indonesia. Ini berarti peningkatan volume penjualan dan optimalisasi potensi diskon yang ditawarkan, memastikan perputaran barang yang lebih cepat dan pada akhirnya, peningkatan pendapatan bagi tenant. Jastip membantu tenant mengoptimalkan investasi mereka dalam berpartisipasi di pameran besar, mengubahnya menjadi event dengan jangkauan nasional.

"Kami terbantu dari kehadiran jastip karena belinya borongan, paling sedikit beli 10 dan yang paling banyak 60 dari jastiper. Akibatnya penjualan lebih meningkat," ucap Valencia, staf penjualan di tenant Khong Guan.

Valencia sebagai staf penjualan di tenant Khong Guan (Suar.id/Arfan Tarigan)

Dari perspektif konsumen, jastip PRJ membawa manfaat ekonomi yang sangat konkret. Mereka yang berada di luar Jakarta atau tidak memiliki kesempatan untuk datang ke PRJ kini bisa mendapatkan produk incaran dengan harga promo yang menarik, tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk transportasi, akomodasi, makan, dan lain-lain.

Biaya jasa titip yang dikenakan oleh jastiper, yang bervariasi antara persentase harga barang atau biaya tetap per item, seringkali jauh lebih efisien dibandingkan total pengeluaran jika harus datang sendiri. Dengan demikian, jastip secara efektif meningkatkan daya beli riil konsumen karena mereka bisa mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga total yang lebih rendah.

Ini berarti uang yang dimiliki masyarakat dapat membeli lebih banyak barang atau jasa yang bernilai, yang secara langsung berdampak positif pada kesejahteraan mereka. Mekanisme ini memastikan bahwa uang masyarakat tetap berputar, tetapi dengan efisiensi yang lebih tinggi, mengarah pada penghematan yang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain.

Peluang Ekonomi Baru

Lebih dari sekadar memfasilitasi transaksi, fenomena jastip juga menjadi pencipta peluang ekonomi baru yang signifikan. Ribuan individu, mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, pekerja lepas, hingga mereka yang terdampak langsung oleh tantangan ekonomi, kini menemukan sumber pendapatan tambahan, bahkan utama, melalui bisnis jastip.

Mereka bertransformasi menjadi wirausaha mandiri yang mengasah berbagai keterampilan, mulai dari manajemen order yang presisi, negosiasi dengan tenant, pemilihan produk yang cermat, hingga pemasaran digital yang efektif melalui platform media sosial.

Ini adalah contoh konkret bagaimana ekonomi gig atau ekonomi berbagi memberdayakan masyarakat untuk menjadi penggerak ekonomi di level paling dasar. Para jastiper ini menjadi titik sentral dalam sirkulasi uang: uang mengalir dari konsumen ke jastiper sebagai upah jasa, kemudian jastiper menggunakan pendapatan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari atau sebagai modal untuk mengembangkan bisnis mereka, menciptakan efek riak ekonomi yang positif di komunitas.

Menurut Nailul Huda, Ekonom Center of Economics and Law Studies, fenomena jastip PRJ memberikan dampak positif. Salah satunya, terjadi peningkatan penjualan dari tenat-tenant yang ada di PRJ karena kehadiran jastip menambah transaksi dan perputaran uang serta  jangkauan pasar juga semakin luas dan dapat menjangkau wilayah-wilayah di luar pulau Jawa. Namun, Huda jmenambahkan bahwa fenomena jastip juga akan berdampak pada jumlah pengunjung yang datang ke PRJ atau event lainnya akan menurun karena kehadiran jastiper.

"Saya rasa malah fenomena jastip dari dalam negeri ada dua dampak. Dampak negatifnya adalah orang yang berkunjung akan semakin sepi karena perilaku jastip ini. Akhirnya EO dan tenant yang di PRJ akan sepi dan dampak multiplier bagi tenant dan EO akan menyusut. Dampak positifnya adalah tenant untuk jastip akan tambah penjualan karena semakin banyak transaksi jastipan. Jangkauan pasarnya juga lebih luas dan bisa menjangkau orang di luar jawa. Namun in total saya rasa dampak multiplier effect negatifnya lebih besar karena tenant acara seperti F&B akan cukup sepi," ungkapnya.

Optimalisasi sirkulasi uang di tingkat mikro adalah salah satu dampak paling signifikan dari bisnis jastip di PRJ. Setiap transaksi yang difasilitasi oleh jastiper berarti uang berputar dari kantong konsumen, melalui jastiper, dan akhirnya sampai ke tenant PRJ. Ini menunjukkan bahwa uang tidak hanya terkumpul di satu titik, melainkan berputar secara dinamis di berbagai lapisan masyarakat.

Keuntungan yang didapat jastiper, meskipun seringkali dalam jumlah kecil per transaksi, jika dikalikan dengan ratusan atau ribuan transaksi selama PRJ berlangsung, dapat menjadi agregat pendapatan yang substansial. Pendapatan ini kemudian dibelanjakan lagi, menciptakan efek berganda yang menggerakkan aktivitas ekonomi di luar pameran itu sendiri.

Tentu, bisnis jastip bukan tanpa tantangan.  Fenomena hit and run kerap kali terjadi dalam bisnis jastip. Para jastiper rentan mengalami penipuan, karena pelanggan tidak membayar atau sebaliknya. Fenomena tersebut karena hubungan pelanggan dan jastiper semata-mata karena kepercayaan.

Lebih dari itu,beban fisik yang sangat menguras tenaga, mulai dari berjalan kaki berjam-jam, mengantri panjang, hingga membawa banyak barang belanjaan yang berat, adalah realitas yang harus dihadapi. Risiko logistik, seperti barang rusak atau hilang, serta tantangan dalam manajemen order yang kompleks, juga memerlukan ketelitian ekstra.

Namun, jastiper yang berhasil adalah mereka yang menunjukkan solusi inovatif dalam mengatasi hambatan ini. Mereka mengadopsi manajemen waktu yang cerdas, memanfaatkan platform media sosial secara optimal untuk pemasaran dan customer service responsif, serta bahkan membangun jaringan antara konsumen dan jastiper untuk berbagi informasi, tips, dan strategi dalam menghadapi tantangan lapangan.

Ada pula yang mulai mengintegrasikan teknologi digital seperti melakukan live order melalui platform TikTok dan penggunaan jasa ekspedisi untuk melacak pesanan dan pengiriman, guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan.