Kisah Sukses Tiga Jagoan UMKM Naik Level Berkat Live E-Commerce

Fitur 'live' di dalam e-commerce membuat usaha UMKM bangkit dan mendapatkan ratusan ribu pesanan

Kisah Sukses Tiga Jagoan UMKM Naik Level Berkat Live E-Commerce
Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sacrafodri Sabang menata hasil karya ecoprint yang dijajakan pada Meuseuraya festival 2025 di Banda Aceh, Aceh, Rabu (24/9/2025). (FOTO/Irwansyah Putra/nz.)
Daftar Isi

Ryansa Fikri, pemilik brand busana muslim Zenitha ingat betul masa-masa sulit saat usahanya hampir gulung tikar. Ia cerita mulai berjualan secara online sejak 2017, tetapi toko digitalnya sempat “mati suri” karena penjualan merosot tajam.

Titik balik terjadi ketika ia mencoba fitur live di Shopee, meski awalnya hanya ditonton segelintir orang. Perlahan strategi iklan yang konsisten membuat usahanya bangkit dan kini mampu meraih ratusan ribu pesanan setiap bulan.

“Dulu live yang nonton cuma satu atau dua orang, sebulan paling dua orderan, tapi sekarang alhamdulillah sudah ratusan ribuan per bulan,” ujar Fikri kepada SUAR di Jakarta.

Ia menuturkan keberhasilan itu lahir dari kombinasi antara iklan di Shopee, promosi gencar di media sosial, serta pemanfaatan maksimal semua fitur yang tersedia di platform. 

Fikri memang sempat minder karena latar belakangnya tidak sesuai dengan yang dia kerjakan sekarang. Fikri merupakan engineer di bidang material dan sempat bekerja di bidang itu.

“Belum lagi ketika melihat kawan-kawan saya yang sudah jalan-jalan ke luar negeri dan lanjut studi,” ujarnya.

Meski demikian, Fikri akhirnya yakin sepenuhnya dengan yang dia lakukan saat ini. Berdagang, baginya, tidak hanya tempat mencari cuan, tapi turut berkontribusi membuka lapangan pekerjaan. 

Bagi Fikri, program kompetisi UMKM yang digelar Shopee menjadi ajang belajar yang mempercepat kematangan usahanya. Ia mendapatkan banyak ilmu, baik dari mentor, juri, maupun sesama peserta.

Tantangan-tantangan yang diberikan membuatnya terpaksa beradaptasi cepat dan menggali strategi baru. Ia percaya pengalaman ini bisa menginspirasi orang lain bahwa usaha dari nol sekalipun bisa berkembang besar dengan tekad dan pemanfaatan teknologi.

Kisah serupa datang dari Michael Wok, pemilik usaha tas bulu tangkis dengan merek Maritim Bag Indonesia.

Ia menilai ikut dalam live program salah satu e-commerce bukan hanya memberi panggung untuk produknya, tetapi juga membuka akses ke jejaring pelaku usaha lain.

Dari interaksi itu, ia belajar langsung bagaimana bisnis berskala lebih besar bisa dijalankan.

“Ketemu sama teman-teman yang usahanya sudah super besar itu bikin saya dapat ilmu yang sebelumnya nggak pernah saya tahu,” kata Michael.

Michael mengungkapkan keberadaan mentor yang berpengalaman juga menjadi kunci penting dalam program ini. Menurutnya, ilmu dari para praktisi itu sangat membantu pelaku UMKM kecil seperti dirinya melakukan scale-up bisnis.

Ia optimis pengetahuan yang diperoleh bisa memperluas pasar produknya ke level yang lebih besar.

Sementara itu, Yudiana Lyn dari homLiv mengisahkan perjalanan berbeda. Ia memulai bisnis peralatan masak kayu di penghujung 2020 dengan hanya dua pengrajin. Dalam waktu empat tahun, usahanya tumbuh pesat hingga memberdayakan sekitar 50 pengrajin di Desa Wisata Krebet, Yogyakarta.

Produk homLiv kini telah tersebar di lebih dari seribu outlet di Indonesia dan bahkan tembus pasar Jepang.

Ekspor Ke Jepang

Menurut Yudiana, keberhasilan ekspor ke Jepang menjadi bukti bahwa kualitas produk lokal mampu bersaing dengan barang luar negeri.

“Negara Jepang itu standarnya tinggi sekali, tapi produk kami bisa diterima, bahkan di tengah persaingan dengan barang dari China,” ucapnya.

Ia menjelaskan, kekuatan homLiv terletak pada bahan baku kayu jati serta keterampilan pengrajin lokal yang menghasilkan kualitas halus.

Yudiana juga menekankan pentingnya mengikuti standarisasi internasional untuk mendukung ekspansi bisnis. HomLiv telah mengantongi sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001, serta tengah mengurus lisensi Forest Stewardship Council (FSC) untuk memperkuat penetrasi ke pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Saat ini produksi Homliv mencapai 30 ribu unit per bulan, dengan rekor ekspor 64 ribu unit dalam dua bulan ke Jepang. Ia tengah bersiap memperluas pasar ke Malaysia dan Singapura melalui jalur ekspor yang disediakan Shopee.

Jagoan UMKM

Tiga kisah UMKM tersebut masuk dalam 20 finalis yang akan terpilih akan bersaing memperebutkan modal usaha Rp1 miliar dalam program Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas.

Program ini diikuti lebih dari 1.300 pendaftar dari berbagai kota. akan melewati enam tantangan bisnis, mulai dari presentasi pertumbuhan, pengembangan produk bertema “Cinta Indonesia”, hingga konten pemasaran kreatif. Tantangan lain mencakup “logistic race”, pitching satu menit ke investor, dan penjualan live di babak grand final.

Shopee menyebut program Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas sebagai wujud dukungan berkelanjutan bagi UMKM untuk naik kelas.

Head of Corporate Affairs Shopee Indonesia, Satrya Pinandita, menegaskan pentingnya promosi dan pembelajaran publik lewat tayangan atraktif agar kualitas produk dan pelaku UMKM makin dikenal. Ia berharap pengusaha lain dapat mengambil pelajaran dari tantangan pada setiap episode.

“UMKM merupakan pilar penting bagi perekonomian Indonesia, karenanya penting untuk terus memberikan dukungan bagi perkembangan mereka agar bisa naik kelas,” ujar Satrya.

Di jajaran juri, hadir Host & Entrepreneur Daniel Mananta dan Founder & CMO BLP Beauty, Lizzie Parra. Selain itu, setiap episode menghadirkan juri tamu dan mentor berbeda dari kalangan pengusaha, konten kreator, dan praktisi e-commerce.

Menurut Lizzie, ajang ini membuka pertemuan langsung dengan puluhan pengusaha UMKM yang berdedikasi tinggi dan menawarkan banyak pengetahuan praktis.

"Saya berharap semakin banyak orang yang mengapresiasi dan bangga untuk membeli produk UMKM setelah menonton acara ini,” kata Lizzie.

Program Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas tayang mulai 5 Oktober 2025 setiap Minggu pukul 19.00 WIB di YouTube Shopee Indonesia. Penonton juga bisa mengikuti “Kuis Jagoan UMKM” setiap Senin pukul 11.30 WIB hingga Rabu pukul 23.59 WIB untuk berkesempatan mendapat hadiah iPhone 16 dan jutaan voucher.

Dukungan untuk peserta favorit tersedia melalui voting di laman khusus program. Rangkaian ini melengkapi inisiatif Shopee lain seperti Program Sukses UMKM Baru, Kampus UMKM Shopee Kelas Online, dan Program Ekspor Shopee Flexi.

Digitalisasi dan Pendanaan

Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics, Yusuf Rendy Manilet, menilai kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia sangatlah signifikan. Merujuk data Badan Pusat Statistik atau BPS, jumlah UMKM di Indonesia pada 2025 mencapai sekitar 65,5 juta unit. Jumlah itu menyumbang 61,9% terhadap produk domestik bruto nasional serta menyerap lebih dari 119 juta tenaga kerja.

“Bisa kita katakan UMKM sejauh ini memang relatif menopang perekonomian kita,” ujar Yusuf.

Salah satu hal yang digarisbawahi Yusuf terkait pengembangan UMKM adalah aspek digitalisasi. Setelah pandemi, merujuk data Bank Dunia, 80% UMKM yang sudah berada pada ekosistem digital memiliki ketahanan yang lebih baik. Di samping itu, penggunaan internet dan pemilik smartphone yang besar di Indonesia merupakan ceruk pasar yang bisa diambil oleh pelaku UMKM.

BPS mencatat 72,78% penduduk Indonesia mengakses internet pada 2024 dan 68,65% penduduk menggunakan smartphone. “Belum lagi kalau kita bicara mengenai pergeseran pola belanja setelah pandemi,” ujar Yusuf.

Merujuk data Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce nasional pada Juli 2025 mencapai Rp44,4 triliun. Angka itu tumbuh 6,41% secara bulanan dan 2,32% secara tahunan. Dengan demikian, Yusuf menilai program pembinaan yang dilakukan Shopee akan berdampak positif terhadap pelaku UMKM. “Itu langkah yang bagus. Tinggal bagaimana mereplikasi program semacam ini di platform-platform lain supaya bisa terus mendorong UMKM kita untuk naik kelas,” ujarnya.

Selain itu, Yusuf menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam menyediakan market intelligence bagi UMKM. Pemerintah dinilai punya kemampuan memetakan pasar ekspor potensial sekaligus memahami hambatan regulasi di tiap negara. “Kalau ingin mendorong UMKM masuk ke pasar ekspor, pemerintah harus memperhatikan hal ini,” ujarnya.

Selain faktor digitalisasi, tantangan mendasar lain yang kerap dihadapi UMKM adalah pendanaan. Yusuf menilai pendanaan sangat krusial bagi UMKM jika ingin memperluas pangsa pasar melalui ekspor. OJK belakangan ini baru menerbitkan POJK 19/2025 guna mempermudah akses pembiayaan UMKM, dengan ketentuan mulai berlaku dua bulan setelah 2 September 2025. Dalam catatan OJK, kredit UMKM bertumbuh sebesar 1,82% secara tahunan pada Juli 2025.