Kisah Bos Properti Mantan Office Boy yang Curi Perhatian Karena Dipuji Presiden Prabowo

Nama Angga Budi Kusuma mendadak mendapat sorotan karena menerima pujian dari Presiden Prabowo Subianto pada acara Akad Massal 26.000 KPR FLPP. Angga sebelumnya adalah office boy tapi kini dia Direktur Utama Pesona Kahuripan Group.

Kisah Bos Properti Mantan Office Boy yang Curi Perhatian Karena Dipuji Presiden Prabowo
Direktur Utama Pesona Kahuripan Group Angga Budi Kusuma (Foto: Instagram pribadi Angga Budi Kusama)
Daftar Isi

Mendongkrak penjualan perusahaan hingga delapan kali lipat hingga membuka lapangan pekerjaan untuk orang sekampung agaknya lebih mirip dongeng Raja Midas daripada kenyataan. Sebagian orang akan serta-merta menganggapnya keajaiban. Sebagian lain bisa jadi bertanya-tanya dan meragukan. Tetapi itulah yang dilakukan Angga Budi Kusuma, Direktur Utama Pesona Kahuripan Group.

"Saya hanya memerankan apa yang Tuhan tetapkan untuk saya. Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa kebesaran Tuhan," ujar Angga dengan nada merendah, ketika dihubungi SUAR, Jumat (3/10/2025).

Betapa tidak. Lintasan hidup yang dia alami dari seorang pesuruh kantor menjadi direktur utama dalam waktu delapan tahun muskil dibayangkan jika tidak ada campur tangan ilahi. Bagi Angga, kerja keras tidak akan cukup tanpa semangat berserah kepada Yang Mahakuasa.

Nama Angga Budi Kusuma mendadak mendapat sorotan karena menerima pujian dari Presiden Prabowo Subianto pada acara Akad Massal 26.000 KPR FLPP dan Serah Terima Kunci di Perumahan Pesona Kahuripan 10, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (29/9/2025).

Presiden menyatakan hormat terhadap prestasi Direktur Utama Pesona Kahuripan Group Angga Budi Kusuma yang telah membangun hampir 15.000 unit rumah dalam waktu 8 tahun. Prabowo menyebut Angga, yang pernah menjadi seorang office boy, sebagai warga negara yang membanggakan dan menjadi inspirasi kerja keras untuk orang muda.

"Kalau seorang yang dulu office boy bisa menghasilkan keuntungan sampai Rp120 miliar setahun, tidak pakai nyolong, tidak pakai korupsi, seorang yang sangat sederhana dan tidak punya koneksi, maka inilah putra Indonesia yang harus kita banggakan! Saya jenderal, saya hormat sama kau. Saya percaya akan ada Angga-Angga yang lain karena kerja keras. Kau sudah berhasil," ucap presiden.

Cerita sukses

Dalam kesempatan wawancara eksklusif bersama SUAR pada Jumat (3/10/2025), Angga mengungkapkan berbagai strategi yang dia lakukan untuk membesarkan pengembang tersebut, hingga berhasil membangun hampir 15.000 unit rumah dalam satu dekade.

Di tengah iklim persaingan berbagai pengembang saat ini, membangun perumahan subsidi bukanlah pilihan yang jamak ditempuh. Dengan margin laba yang tidak sebesar pengembang perumahan cluster atau apartemen, mengapa Angga tetap melakukannya?

"Selagi kita mempunyai prinsip bahwa keuntungan saya haruslah menguntungkan bagi orang lain dan memiliki pondasi mental yang kuat, tantangan apapun tidak akan menjadi rintangan," ungkapnya.

Prinsip yang Angga pegang secara konsekuen tersebut tentunya tidak jatuh dari langit, melainkan akumulasi pengalaman dan jatuh-bangunnya meniti karier dari jenjang terbawah: seorang pesuruh kantor alias office boy tanpa gelar apapun, kecuali selembar ijazah SMA.

Warga berdaya

Perusahaan pengembang Pesona Kahuripan Group didirikan pada 2013. Angga baru bergabung dalam perusahaan pengembang tersebut empat tahun setelah didirikan, yakni pada 2017. Sejak awal, Pesona Kahuripan telah menggarap segmen perumahan untuk penerima bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

"Hanya saja, realisasinya saat itu hanya terjual 1.000 unit dalam waktu 4 tahun. Saat itu, saya masuk sebagai office boy. Dengan memperhatikan cara kerja dari dekat, saya diangkat menjadi tenaga pemasaran, dan mulai mencari cara untuk meningkatkan penjualan," kisah Angga membuka ceritanya.

Ketika itu, tidak ada ilmu pemasaran khusus yang Angga pelajari dari sekolah. Semuanya autodidak. Sesudah menguasai keterampilan dasar, dia terjun langsung memasarkan rumah dengan prinsip melayani semua orang sebaik-baiknya. Kepercayaan menjadi tenaga pemasaran yang dia peroleh ketika itu tidak ingin disia-siakannya.

"Saya melayani semua yang datang, dari konsumen marah-marah, konsumen yang perlu dibantu, konsumen dari tenaga marketing lain yang angkat tangan. Di sisi lain, saya juga gerilya ke berbagai perusahaan dan menawarkan rumah-rumah ini," lanjutnya.

Bagai tubuh kekurangan darah, Angga memutuskan untuk mendorong laju perusahaan yang hanya bisa menjual 250 rumah setahun itu dengan modal pinjaman sebesar Rp700.000.000 dari seorang kenalan. Sebidang tanah seluas 1 hektare di Dusun Cibeber, Desa Kahuripan, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat pun menjadi miliknya. Di sanalah, Pesona Kahuripan membuka kanvas baru dengan proyek 68 rumah. Ternyata, laris manis!

"Penjualan sejak saat itu meningkat tajam. Dalam 7 tahun, kami telah mampu menjual 14.000 unit rumah. Sangat signifikan, dari rata-rata setahun 250 unit, kini setahun menjadi 2.000 unit terjual, atau delapan kali lipat. Kuncinya, memanfaatkan media sosial secara masif dan gencar." Bagaimana caranya?

Angga menugaskan setiap tenaga penjualan (sales) untuk membuat unggahan 4 kali sehari, dan memiliki minimal 3 akun media sosial. Artinya, satu orang sales bisa membuat sekurang-kurangnya 12 unggahan media sosial dalam waktu sehari. Target pun ditetapkan tidak terlalu besar: setiap sales ditargetkan menjual 1 rumah setiap bulan.

"Saya memberdayakan warga Pesona Kahuripan menjadi tenaga sales dengan syarat belum pernah menjadi sales sebelumnya. Saya ajari dan bina mereka. Dengan total 400 tenaga sales saat ini, jika setiap orang mengunggah 12 kali, berarti ada 4.800 pos penjualan rumah Pesona Kahuripan di media sosial setiap hari secara konsisten," ungkapnya.

Warga berada di depan rumah KPR bersubsidi miliknya di Perumahan Pesona Kahuripan 10, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (29/9/2025). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nz

Tidak ada iming-iming yang Angga gunakan untuk menarik warga Pesona Kahuripan bekerja padanya selain uang operasional sebesar Rp50.000 sehari dan komisi penjualan sebesar Rp3.500.000 untuk setiap rumah terjual. Ternyata, tawaran tersebut dianggap menarik dan warga pun mendaftarkan diri. Sesudah mendapatkan pembekalan intensif selama sepekan, mereka dikirim ke lapangan.

"Alhamdulillah, penghasilan mereka sekarang rata-rata Rp12.000.000 setiap bulannya," tukas Angga.

Manajemen turun tangan

Tanpa canggung, Angga mengakui perusahaannya tidak memiliki minat untuk bersaing dan mendefinisikan persaingan bisnis secara berbeda. Pun, Pesona Kahuripan Group tidak pernah menetapkan corporate culture atau visi yang muluk-muluk. Seperti air, bisnis itu dia biarkan mengalir dengan hanya mempertahankan dua hal: mutu dan pelayanan.

"Contoh sederhana saja. Saat pengembang lain itu membangun jalan sesudah rumah-rumah selesai, kami sebaliknya: jalan sudah dibangun sebelum rumah disiapkan. Selain itu, kalau dinding rumah subsidi lain hanya punya tembok satu lapis, tembok rumah Pesona Kahuripan pasti dua lapis, jadi lebih kokoh," cetus Angga mengungkap sedikit rahasia dapurnya.

Angga sendiri menilai, perusahaannya laku bukan hanya karena kualitas, tetapi juga dari segi lokasi yang dekat dengan pusat perputaran ekonomi dan jalan raya. Memang, Angga mengakui, harga tanah yang dekat dengan pusat keramaian lebih mahal, tetapi dia mengaku itu bukan masalah.

"Lokasi strategis itu artinya sederhana saja: berada di lingkungan dekat dengan pembeli. Kalau harganya mahal, beli saja, yang penting ada untung. Sudah pasti lokasi dekat lingkungan pembeli itu akan cepat habis. Bisnis akan terus berputar, karena jualannya tidak susah," tegasnya.

Ketika angka pencapaian terus meningkat, Angga tidak menjadikan kedudukan direktur utama sebagai titel yang perlu dibanggakan, melainkan kepercayaan yang harus dipikulnya sebagai pemimpin. Karena itu, alih-alih berpangku tangan duduk manis di belakang meja, Angga menerapkan manajemen turun tangan dalam penjualan.

Praktik ini kelihatan sederhana, tetapi tidak semua direktur utama mampu melakukannya. Manajemen turun tangan berarti tidak ada batasan antara direktur dan anak buah. Turun langsung menghadapi nasabah yang mengajukan komplain, memberikan penjelasan kepada warga saat perumahan kebanjiran, atau melihat proses perbaikan jalan, bukanlah sesuatu yang asing bagi Angga.

Pola ini bukan hanya menjadikan pemimpin dekat dengan anak buah, tetapi membuat seorang atasan memiliki pengetahuan mendetail dan mampu melakukan troubleshooting secara tepat sasaran. Menurut Angga, mengharapkan bisnis tumbuh dengan membiarkan anak buah bertempur sendirian sambil berharap mereka tetap loyal pada perusahaan tidak lebih dari mimpi di siang bolong.

"Saya melakukan manajemen turun tangan karena satu alasan: saya sama seperti mereka. Saya lahir dari keluarga miskin, berangkat dari jenjang terbawah, dan ingin memberi contoh bahwa menjadi pemimpin berarti berdiri di depan, bukan hanya duduk menonton di belakang," ucap Angga yakin.

Mengharapkan bisnis tumbuh dengan membiarkan anak buah bertempur sendirian sambil berharap mereka tetap loyal pada perusahaan tidak lebih dari mimpi di siang bolong.

Takkan berkekurangan

Di tengah maraknya persaingan antarperusahaan pengembang rumah, Angga tidak menampik bahwa menomorsatukan kualitas menjadi tantangan tersendiri. Dia mengaku tidak mempersalahkan jika ada pengembang perumahan subsidi yang membuat rumah asal jadi dalam jumlah banyak, tetapi tidak mempertimbangkan keselamatan pembeli.

Baginya, kualitas rumah yang dibangun adalah harga mati untuk bisa memperoleh kepercayaan pembeli. Demi mempertahankannya, Angga menanamkan modal besar tanpa takut rugi. Sebab, ketika pembeli sudah percaya, tidak sesuatupun dapat menghalangi kemajuannya.

"Saya tidak perlu harta. Yang memerlukan adalah orang lain. Jika Dia mengizinkan, harta itu akan disalurkan melalui saya. Saya juga perlu ilmu, tetapi tujuannya untuk saya bagikan kembali, karena bagi saya, tidak boleh ada yang saya kuasai sendirian," paparnya.

Angga membuktikan komitmen itu dengan merancang sebuah konsep yang menindaklanjuti visi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait. Konsep itu dia tuangkan dalam sebuah manual book yang dia bagikan gratis tentang bisnis Pesona Kahuripan. Menurutnya, jika dipahami dengan baik, akan banyak orang tertarik merintis bisnis properti dan menjadi pengembang rumah subsidi.

"Saya harus besar, saya harus kaya, agar saya dapat leluasa dalam berbagi kepada sesama. Berbagi itu tidak mengurangi rezeki. Ketika kita berbisnis untuk menguntungkan orang lain, di situ keberuntungan dan kemudahan akan hadir," jelas Angga. Seorang perintis yang menang, bagi Angga, memiliki satu modal yang tidak akan pernah dikalahkan orang lain: mental baja.

"Saya yakin, semua orang punya hak untuk kaya, tetapi kesempatannya belum ada. Saat ini, saya menjadi seorang pengusaha, mudah-mudahan Tuhan memerankan saya menjadi orang yang memberikan kesempatan itu bagi orang lain menjadi seperti saya saat ini," pungkasnya.

Saya harus besar, saya harus kaya, agar saya dapat leluasa dalam berbagi kepada sesama

Penulis

Chris Wibisana
Chris Wibisana

Wartawan Makroekonomi, Energi, Lingkungan, Keuangan, Ketenagakerjaan, dan Internasional