Di Tengah Era AI, Manusia Masih Dibutuhkan Atur Strategi Bisnis

Perusahaan tak cukup hanya merekrut talenta baru, tetapi juga memastikan seluruh karyawan memahami tujuan dan arah bisnis secara menyeluruh

Perkembangan teknologi yang cepat membuat startup berlomba menciptakan inovasi baru di tengah persaingan bisnis. Hal ini membuat pertumbuhan perusahaan ditentukan bukan hanya oleh ekspansi, melainkan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia di dalamnya.

Komisaris PT Datascrip mengatakan teknologi secanggih apa pun tak akan bermakna tanpa strategi yang menempatkan manusia sebagai penggerak utama.

It’s no longer about having people as assets, but about having people with the right mindset,” ujar Mery T. Oetomo, Komisaris PT Datascrip, ketika membuka acara Smart Growth: Aligning People Strategy with Business Strategy yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan PT Datascrip.

Acara ini merupakan bagian dari members gathering antar anggota APINDO. Tema yang berhubungan dengan Human Resources (HR) ini dipilih karena menjadi tulang punggung organisasi, dan waktunya dinilai tepat, bertepatan dengan masa perencanaan korporasi untuk tahun 2026.

Direktur Eksekutif APINDO Rudolf Saut mengatakan APINDO ingin membantu perusahaan merancang strategi bisnis sekaligus strategi manusia yang selaras.

Dalam paparannya, HR & Learning and Development Manager Kompas.id Dinda Richfiela menegaskan kecepatan perubahan teknologi menuntut dunia kerja untuk lebih lincah menyesuaikan arah strateginya.

Menurutnya, perusahaan tak cukup hanya merekrut talenta baru, tetapi juga memastikan seluruh karyawan memahami tujuan dan arah bisnis secara menyeluruh. “Yang paling sulit sebagai HR adalah mengubah mindset bekerja,” ujarnya.

Dinda mencontohkan transformasi Kompas dari media cetak menuju digital sebagai tantangan nyata dalam menyelaraskan kesiapan sumber daya manusia (SDM) dengan strategi bisnis.

Perubahan itu membuat perusahaan harus menyeimbangkan karyawan lama dengan talenta baru yang membawa kompetensi berbeda. Kombinasi rekrutmen dan upskilling, kata Dinda, menjadi jalan tengah agar percepatan digital tidak meninggalkan siapa pun di belakang.

Menurut Dinda, keberhasilan HR kini tidak lagi diukur dari fungsi administratif, tetapi dari kontribusinya dalam menggerakkan produktivitas dan menjaga arah bisnis tetap berbasis data. HR, katanya, harus menjadi business partner yang terlibat sejak awal pengambilan keputusan, agar kebijakan SDM selaras dengan kebutuhan dan target perusahaan.

Di Kompas.id, konsep itu diterapkan melalui sistem Key Performance Indicator (KPI) yang berlaku dari manajer hingga staf.

Setiap divisi diwajibkan memiliki jam belajar tahunan dan menghasilkan inovasi, termasuk dalam topik kecerdasan buatan. Pendekatan berbasis data dan budaya belajar menjadi kunci agar people dan bisnis benar-benar tumbuh searah.

Dari kiri ke kanan: Rani Desiana, Sales Department Head Andal, Indra Sosrodjojo, CEO Andal dan Dinda Richfiela, HR & Learning & Development Manager Kompas.id dalam acara Smart Growth: Aligning People Strategy with Business Strategy yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan PT Datascrip di Jakarta, Kamis (09/10/2025). (Foto: SUAR: Harits Arrazie)

Senada dengan Dinda, Indra Sosroardjo, Chief Executive Officer Andal, menekankan pentingnya penyelarasan strategi bisnis dan SDM agar pertumbuhan berjalan seimbang.

Dia mencontohkan pengalaman Andal pada awal 2000-an, ketika penjualan meningkat pesat setelah serangkaian pelatihan, namun tim internal tidak siap menghadapi lonjakan itu.

Akibatnya, perusahaan justru mengalami tekanan finansial setahun kemudian. Dari situ, dia menyimpulkan pertumbuhan harus diikuti dengan kesiapan SDM yang berperan sebagai penggerak perusahaan. 

Indra menceritakan pengalaman salah satu dari dari penerapan tersebut. Beberapa tahun terakhir, Andal mulai mengintegrasikan AI dalam proses kerja.

“Head of Engineering saya bilang, ‘Pak, kita nggak bisa nggak pakai AI,’” ujar Indra.

Menurut Indra, teknologi itu diterapkan untuk fungsi seperti coding, code review, dan debugging, sambil memastikan tim memahami cara berinteraksi dengan AI melalui pertanyaan yang tepat.

Setelah tiga bulan, produktivitas naik dua kali lipat dengan jumlah orang yang sama. “Kunci AI itu produktivitas,” kata Indra.

Dia menambahkan, penyelarasan antara people strategy dan business strategy hanya dapat berjalan jika perusahaan memiliki arah yang jelas di tingkat visi, nilai, dan budaya.

Pilar utamanya mencakup rekrutmen yang selaras dengan nilai, pengembangan terstruktur, penilaian kinerja yang akurat, serta penghargaan dan keterlibatan karyawan yang adil.

Melengkapi paparan Indra dan Dinda, Rani Desiana, Sales Department Head Andal, membahas sisi teknologi yang menopang strategi pengembangan SDM.

Dalam salah satu platform Andal, data langsung dimasukkan oleh karyawan atau departemen terkait, sementara sistem otomatis memberi pengingat bila ada data yang belum lengkap. Dengan pendekatan ini, karyawan bisa memantau rincian remunerasi secara harian tanpa menunggu akhir bulan.

Sistem otomatisasi itu, lanjut Rani, memberi ruang bagi HR untuk beralih dari fungsi administratif ke peran strategis.

Dengan fitur task reminder, pengingat masa kontrak, hingga integrasi langsung dengan bank untuk penggajian, HR dapat fokus pada analisis dan pengambilan keputusan.

“Peran HR sekarang bukan lagi seperti call center, tetapi mitra strategis yang memastikan proses pengembangan bisnis dan karyawan berjalan efisien dan akurat,” katanya.

Ditemui setelah acara, Rudolf Saut menilai perkembangan AI yang kini banyak dibahas di ruang bisnis adalah keniscayaan yang tak terhindarkan.

APINDO, kata dia, bahkan menyiapkan program nasional bernama AI Fluency bekerja sama dengan Microsoft untuk memberikan pelatihan daring gratis. “Kami mulai dari anggota APINDO terlebih dahulu, lalu ke sekolah-sekolah,” ujarnya.

Direktur Eksekutif APINDO, Rudolf Saut. Foto: (Harits Arrazie/SUAR)

Program ini merupakan komitmen APINDO untuk memperluas pemahaman teknologi di dunia usaha. Rudolf menilai kemampuan memahami dan memanfaatkan AI akan menjadi pembeda dalam produktivitas dan daya saing perusahaan.

Karena itu, APINDO mendorong pelaku usaha agar tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga kesiapan manusianya untuk beradaptasi dengan perubahan.