Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi umum pada Oktober 2025 sebesar 2,86% secara tahunan (Year on Year/YoY). Kurang dari dua bulan menuju berakhirnya 2025, inflasi Indonesia masih berada di bawah batas atas dari target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakni 3,5%.
Secara bulanan, BPS mencatat inflasi sebesar 0,28%, sedangkan inflasi tahun kalender (year to date) mencapai 2,10%. Jika dilihat dari sisi bulanan, inflasi kali ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk periode Oktober, setelah pada 2021 sampai 2024 inflasi bulan yang sama selalu berada di bawah 0,20%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menjelaskan seluruh komponen pengeluaran mengalami inflasi pada Oktober 2025, dengan porsi terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok ini mencatat inflasi 3,05% dan memberikan andil 0,21% terhadap inflasi nasional.
“Kelompok ini menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar, dan komoditas dominannya adalah emas perhiasan,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/11/2025).
BPS mencatat emas perhiasan sebagai komoditas utama pendorong inflasi Oktober 2025 dengan andil 0,21%. Kenaikan harga emas perhiasan telah berlangsung selama 26 bulan berturut-turut, dengan tingkat inflasi pada Oktober 2025 mencapai 11,97%. “Ini merupakan inflasi tertinggi sejak 26 bulan berturut-turut sejak terjadinya inflasi,” kata Pudji.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, inflasi emas perhiasan meningkat tajam. Pada Oktober 2023 inflasinya tercatat 0,92% dengan andil 0,01%, sementara pada Oktober 2024 sebesar 4,44% dengan andil 0,06%.
Secara historis, BPS mencatat bahwa pada setiap Oktober sejak 2021 selalu terjadi inflasi, kecuali pada 2022 yang mengalami deflasi 0,11%. Tingkat inflasi bulan Oktober 2025 sebesar 0,28% menjadi yang tertinggi dibandingkan periode 2021 sampai 2024, di mana inflasi masing-masing tercatat 0,12%, 0,17%, dan 0,08%. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pudji mengatakan komoditas utama penyumbang inflasi pada Oktober 2024 dan 2025 adalah emas perhiasan.
Harga emas
Selain emas, beberapa komoditas lain turut berkontribusi terhadap inflasi Oktober 2025, seperti cabai merah dengan andil 0,06%, telur ayam ras 0,04%, dan daging ayam ras 0,02%. Berdasarkan komponennya, inflasi terbesar berasal dari komponen inti sebesar 0,39% dengan andil 0,25%, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi. Komponen harga diatur pemerintah memberi andil 0,02%, sedangkan harga bergejolak memberikan andil 0,01%.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi menjelaskan lonjakan harga emas pada Oktober 2025 dipicu oleh keterbatasan pasokan di pasar resmi. Stok emas di Antam dan Pegadaian menipis sehingga masyarakat beralih membeli di toko-toko perhiasan dengan harga jauh lebih tinggi. Kondisi itu, katanya, mendorong harga emas eceran menyentuh sekitar Rp3 juta per gram, memperbesar tekanan pada harga di tingkat konsumen.
Dalam perkiraannya, hampir separuh dana tabungan masyarakat di perbankan berpindah ke logam mulia dan emas perhiasan. “Karena dianggap lebih aman dan tidak kehilangan nilai,” ujarnya. Menurutnya, masyarakat melihat emas sebagai sarana investasi jangka panjang yang lebih stabil dibanding menyimpan uang tunai, sehingga permintaan tetap tinggi meski harga naik.
Dari sisi ekonomi global, Ibrahim menilai ketegangan geopolitik menjadi pendorong utama kenaikan harga emas dunia yang kemudian berdampak pada inflasi di dalam negeri. Dia menyebut konflik antara Israel dan Iran, situasi di Eropa setelah serangan Ukraina ke pelabuhan Rusia, serta rencana Amerika Serikat menyerang Venezuela sebagai faktor yang mengerek harga minyak dan meningkatkan minat terhadap emas.
“Sebenarnya yang membuat harga logam mulia itu terbang tinggi itu perang antara Israel dan Iran,” kata Ibrahim.
Selain faktor global, pelemahan nilai tukar rupiah juga memperkuat tekanan harga emas di pasar domestik. Ibrahim menjelaskan penguatan dolar Amerika Serikat akibat penutupan sementara pemerintahan federal membuat rupiah melemah. Intervensi Bank Indonesia di pasar valuta belum cukup kuat untuk menahan tekanan itu, sehingga harga emas terus naik.
Ibrahim menambahkan kombinasi faktor global dan domestik tersebut menjadikan emas perhiasan berperan besar dalam pembentukan inflasi 2025. Masyarakat di berbagai daerah, dari desa hingga kota besar, tetap membeli emas sebagai bentuk investasi jangka panjang di tengah ketidakpastian ekonomi. “Bukan logam mulia saja, tapi juga emas perhiasan. Di kota kecil sampai kota besar, masyarakat tetap memilih perhiasan karena dianggap lebih aman,” katanya.
Bukan satu-satunya
Sementara itu, peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan menilai peningkatan inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh emas perhiasan, melainkan juga oleh komoditas pangan seperti cabai merah, telur ayam, dan daging ayam yang tergolong bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Menurutnya, inflasi Indonesia masih sangat bergantung pada perubahan harga kebutuhan pokok yang cepat berdampak pada daya beli masyarakat.
Baca juga:

Deni menambahkan dorongan permintaan dari program Makan Bergizi Gratis dan realisasi belanja pemerintah menjelang akhir tahun turut memberi tekanan pada harga. Ketika belanja meningkat sementara pasokan belum siap, harga akan terdorong naik. “MBG berkontribusi pada peningkatan inflasi karena supply kita tidak bisa mengimbangi kenaikan permintaan,” ujarnya. Menurutnya, perlu ada kehati-hatian dalam kebijakan fiskal agar dorongan pertumbuhan tidak menimbulkan inflasi baru.
Kontribusi emas terhadap inflasi memang ada, tetapi Deni menilai tidak besar karena porsi emas dalam perhitungan inflasi relatif kecil. Kenaikan harga emas lebih banyak disebabkan faktor global, seperti aksi bank sentral di berbagai negara yang membeli emas sebagai lindung nilai terhadap dolar Amerika Serikat. “Harga emas di Indonesia naik karena dua hal, harga emas dunia meningkat dan nilai rupiah terdepresiasi terhadap dolar,” katanya.