Di tengah penjualan mobil dan motor yang lesu, perusahaan komponen otomotif masih bertahan dan bisa cetak laba. Salah satu resep keberhasilannya adalah dengan bertransformasi melihat tren yang berkembang memproduksi barang yang betul-betul dibutuhkan konsumen.
Presiden Direktur PT Astra Otoparts Tbk Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengatakan, pihaknya tetap optimis bisa menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dengan fondasi bisnis yang dinilai cukup baik. Astra Otoparts juga melakukan transformasi dan selalu beradaptasi mengikuti arah pasar dan permintaan konsumen.
"Di tengah dinamika industri otomotif tahun ini, Astra Otoparts terus berupaya untuk menjaga pertumbuhannya, kami sangat berharap tahun ini kami juga akan mencetak rekor yang baru, jadi tahun yang tertinggi buat kami untuk top line untuk revenue, maupun untuk bottom line," kata Hamdhani saat acara Public Expose yang diselenggarakan pada Jumat (31/10/2025).
Astra Otoparts mencatat kinerja yang positif dan terus menunjukkan pertumbuhan hingga kuartal III 2025. Berdasarkan catatan, pendapatan Astra Otoparts naik 4,5% Year on Year (Yoy) menjadi Rp14,8 triliun. Hal ini membuat perusahaan masih mencatat bertumbuhan laba bersih 2,6% YoY menjadi Rp1,56 triliun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Segmen manufaktur masih menjadi penyumbang utama dengan kontribusi terhadap total pendapatan sebesar 53%, sementara 47% lainnya dari segmen perdagangan.
Hamdhani menyampaikan pihaknya dapat terus bertahan dan bahkan perkembang di tengah tantangan industri otomotif nasional yang tengah lesu, dengan melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan memperluas produksi komponen hingga infrastruktur pendukung ekosistem kendaraan listrik nasional.
"Kami pada saat ini sedang dan akan terus memproduksi komponen-komponen yang dipakai untuk kendaraan listrik, baik itu roda dua maupun roda empat. Karena kami menganggap bahwa itu adalah komponen-komponen yang potensial untuk masa depan ya," ujarnya.
Setidaknya, Astra Otoparts telah memiliki lebih dari 71 part number untuk kendaraan roda dua. Selain itu, sejumlah komponen elektrik untuk EV dan hybrid seperti electric oil pump, auxiliary battery, battery case, dan komponen-kompen lainnya juga telah diproduksi oleh Astra Otoparts.
Astra Otoparts dalam memproduksi komponen yang berkaitan dengan EV melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri yang sudah memiliki kemampuan di bidang tersebut, sehingga produk-produk yang dihasilkan berkualitas.
Di sisi infrastruktur pendukung ekosistem kendaraan listrik, Astra Otoparts juga memproduksi charging machine yakni home charging dan ultra fast charging.
"Home charging ini kami jual ke OEM (original equipment market) di mana kami menjadi satu-satunya supplier untuk Toyota dan Lexus. Kami juga membuat ultra fast charging yang kami pasang di beberapa tempat umum," katanya.
Astra Otoparts terus berupaya melakukan transformasi perusahaan dan beradaptasi dengan terjadinya disrupsi teknologi dan perubahan kebutuhan pelanggan, sehingga perusahaan terus menunjukkan kinerja yang positif.
Lebih lanjut, Hamdhani mengatakan pihaknya yang dikenal sebagai perusahaan komponen otomotif terkemuka di Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan berbagai suku cadang kendaraan, kini telah memasuki sektor lain yang dinilai potensial, yaitu alat kesehatan.
Sejumlah alat kesehatan mulai dari yang sederhana hingga berteknologi tinggi pun mulai dikembangkan seperti ultrasonografi dan elektrokardiograf.
"Kami juga berusaha melakukan diversifikasi, di mana kami menganggap salah satu sektor yang cukup potensial untuk kami adalah medical devices. Kami sudah memasuki bisnis ini, di mana kami memulai dengan alat-alat yang sederhana sampai kepada alat-alat yang cukup canggih," jelas Hamdhani.
Maka dari itu, Astra Otoparts terus optimis untuk tumbuh lebih baik di tahun 2025 ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, mengingat jumlah kendaraan roda dua dan empat di Indonesia cukup banyak sehingga menjadi potensi pasar yang bagus.
"Unit in operation daripada roda empat kalau kami mengasumsikan itu misalnya dari 12 tahun ke belakang angkanya itu kurang lebih 12 juta mobil yang ada di Indonesia. Kalu kita ngomong sepeda motor itu mencapai angka lebih dari 70 unit sepeda motor di Indonesia, tentunya itu menjadi potensi market buat kami," katanya.
Memasuki era kendaraan listrik, pihak pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan kebijakan untuk mendorong program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk kendaraan jalan.
Laba bersih perusahaan juga dicatat oleh produsen filter dan radiator mobil PT Selamat Sempurna Tbk. Pada triwulan ketiga tahun ini, perusahaan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 3,92 triliun bertumbuh 2,65% YoY. Mayoritas penjualan atau 65,04% penjualan berasal dari pasar ekspor, sisanya baru pasar dalam negeri.
Dari jenis komoditasnya, penjualan terbesar dari produk penyaring yakni sebesar 75,04%. Sisanya dibagi untuk produk lainnya seperti radiator, karoseri, jasa distribusi, dan lain-lain.
Dengan kinerja tersebut, PT Selamat Sempurna Tbk berhasil mencatat laba usaha sebesar Rp 1,08 triliun bertumbuh 12,47% YoY.
Adaptasi
Pengamat otomotif, Yannes Martinus Pasaribu, menilai bahwa kondisi industri otomotif di Indonesia saat ini sudah mulai menuju titik awal pemulihan, berawal dari penurunan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) yang memberikan kelonggaran pada pembiayaan kredit.
"Penurunan ini memberi ruang bernapas bagi sektor otomotif yang sangat bergantung pada pembiayaan kredit yang sekitar 80% dari total transaksi," kata Yannes saat diwawancara, Jumat (31/10/2025).
Terlepas dari tekanan bunga yang mulai mereda dan harapan bahwa industri otomotif akan membaik secara makro, daya beli konsumen yang masih tertekan disebut akan membutuhkan beberapa waktu lagi untuk pulih.
Pasar mobil internal combustion engine (ICE) yang mendominasi pasar juga tetap menghadapi risiko perlambatan akibat transisi menuju electric vehicle (EV).
"Pelemahan daya beli dan transisi EV berdampak signifikan, tapi berbeda antarsegmen pasarnya. Segmen terbesar ada di low cost car dan entry level vehicle yang ICE. Sedangkan EV ada di segmen use yang memiliki multiple car dan mostly bukan middle low segment," jelasnya.
Berkurangnya pembelian mobil dan pendapatan rill disebut mengurangi jumlah pesanan suku cadang, menekan utilisasi pabrik, dan arus kas pemasok. Namun, sisi aftermarket masih tertopang akibat perawatan dari mobil-mobil lama.
"Transisi EV juga tampak mengubah struktur permintaan, walau masih kecil, tetapi ke depannya akan membesar. Turunnya kebutuhan komponen konvensional seperti mesin, knalpot, diganti dengan naiknya permintaan baterai, BMS (battery management system), motor inverter, konektor Hv, serta thermal management," lanjutnya.
Perusahaan pemasok komponen ICE secara perlahan dapat tertinggal apabila tidak melakukan adaptasi dan transformasi. Perusahaan di Indonesia pun disebut perlu menjalin kemitraan teknologi baru dengan perusahaan di luar negeri yang sudah terbukti dalam pengembangan komponan dan EV.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang melakukannya, adalah PT Astra Otoparts Tbk. Meskipun tahun 2025 ini industri otomotif Indonesia dihadapi dengan berbagai tantangan, Astra Otoparts tetap mencatat kinerja positif hingga kuartal III 2025.
Kendaraan listrik
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan hal tersebut telah tertuang dalam Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian No.27 Tahun 2020 tentang Spesisikasi Teknis, Roadmap EV, dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN) sebagai peta jalan pengembangan industri kendaraan listrik.
"Dalam Rencana Pengembangan Industri Nasional, prioritas pengembangan industri otomotif pada periode 2020-2035 adalah pengembangan kendaraan listrik beserta komponen utamanya seperti baterai, motor listrik, dan inverter," kata Agus, Jumat (15/10/2025).
Indonesia sebagai negara dengan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta yang memiliki cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan alumunium pun bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kebutuhan baterai kendaraan listrik, yang nantinya akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik.
"Saat ini, ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, yang meliputi lima perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain, serta empat perusahaan adalah produsen baterai," ungkapnya.
Di tahun 2030, pemerintah menargetkan produksi EV untuk roda empat mencapai 600 ribu unit, sementara untuk roda dua sebanyak 2,45 juta unit. Produksi kendaraan listrik ini diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 ton untuk roda empat atau lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua.