Indonesia-Kanada membuka peluang perluasan kerjasama di bidang agrifood seperti teknologi pertanian, inovasi dan praktik berkelanjutan menjelang penandatanganan perjanjian dagang Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA).
Indonesia, negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, memiliki potensi pasar dengan pengaruh kuat di kawasan. Kanada juga mencatat hubungan dagang yang kuat dalam sektor ini. Pada 2024, ekspor agrifood dan hasil laut Kanada ke Indonesia mencapai lebih dari US$1,2 miliar. Komoditas seperti gandum, kedelai, dan potash berperan penting dalam menjaga stabilitas pangan Indonesia serta mendukung produktivitas pertanian nasional
Asia Regional Director, Asia Pacific Foundation of Canada (AFP Canada) Barret Bingley mengatakan Kanada telah membentuk Indo-Pacific Agriculture and Agrifood Office (IPAAO) di Filipina.
“Kantor ini menjadi pusat koordinasi strategi agri food Kanada di kawasan, dan Indonesia sebagai salah satu negara kunci dalam pengembangannya,” ujar dia ketika ditemui dalam acara Canada-Indonesia Agri food Success Story, di Four Season Hotel, Jakarta (10/12).

ICA-CEPA akan memperkuat dasar kerja sama kedua negara. Saat perjanjian ini mulai berlaku penuh, lebih dari 95% ekspor Kanada ke Indonesia akan memperoleh tarif preferensial, termasuk akses bebas bea untuk gandum serta berbagai produk pertanian lainnya.
Selain manfaat tarif, Kanada juga menyiapkan paket dukungan ekonomi dan teknis senilai US$25 juta yang dialokasikan selama lima tahun.
Dana ini difokuskan untuk memperkuat Usaha Kecil dan Mikro (UKM) Indonesia, menjadikannya salah satu program dukungan bilateral terbesar di sektor agri food dalam sejarah Kanada.
Sektor agri food telah lama menjadi ruang kolaborasi yang sukses bagi kedua negara dan masih menyimpan potensi besar, terutama melalui ICA-CEPA.
Perkuat ketahanan pangan
Pada Kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan kerja sama agri food Indonesia-Kanada penting karena memperkuat ketahanan pangan (food security) di tengah tantangan global, membuka akses pasar yang lebih luas untuk produk unggulan seperti sawit, kakao, makanan olahan dari RI, gandum, susu dari Kanada serta memfasilitasi transfer teknologi pertanian modern.
Ia mendukung modernisasi pertanian inklusif, dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta investasi bilateral melalui perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), yang diharapkan meningkatkan ekspor RI secara signifikan.

Kanada menawarkan teknologi pertanian modern, terutama di peternakan susu, sapi hidup, sementara Indonesia fokus pada peningkatan ekspor sawit dan diversifikasi produk.
“Perjanjian ICA-CEPA menjadi platform untuk meningkatkan perdagangan, investasi, inovasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar dia.
Ketua Umum Kadin Bidang Agrikultur Devi Ratchmawati mengatakan Indonesia bisa belajar teknologi pertanian dari Kanada terutama dalam pertanian presisi dengan sensor, drone, dan satelit untuk pemantauan lahan, mesin pertanian modern seperti bor gandum inovatif, serta teknologi pengolahan biji-bijian dan manajemen lahan skala besar.

Kanada banyak menggunakan drone untuk penyemprotan pupuk/pestisida presisi dan sensor tanah/cuaca untuk data real-time, mengurangi pemborosan dan meningkatkan hasil.
“Kanada memiliki teknologi canggih untuk penyimpanan dan pengolahan komoditas biji-bijian (gandum) yang bisa diadaptasi untuk hasil pertanian lain di Indonesia agar kualitasnya terjaga,” ujar dia.
Kanada mengembangkan teknologi yang meningkatkan efisiensi dan produktivitas, cocok untuk membantu modernisasi pertanian Indonesia.