PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan siap memulai proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) pada tahun 2026. Proyek ini merupakan bagian dari hilirisasi batubara yang diharapkan bisa menggantikan impor LPG.
Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto mengatakan pasokan batubara cukup melimpah sehingga pihaknya mulai mengembangkan proyek tersebut.
“Semoga proyek gasifikasi batubara menjadi DME ini bisa dimulai tahun depan karena cadangan sudah siap, teknologi pun sudah siap,” ujar dia ketika ditemui dalam acara “ HIPMI-Danantara Business Forum di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta (20/10/2025).
Proyek DME batubara yang digagas PTBA tersebut menjadi salah satu dari enam proyek hilirisasi batubara yang sedang dikaji oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara
Kebutuhan cadangan batubara untuk proyek gasifikasi menjadi dimethyl ether (DME) mencapai 5 juta-6 juta ton per tahun atau 100 juta-120 juta ton untuk 20 tahun. Perusahaan sudah mengamankan 800 juta ton cadangan batu bara untuk kebutuhan hilirisasi termasuk untuk proyek DME.
Untuk membangun satu pabrik pengolahan batubara menjadi DME, kebutuhan investasi diperkirakan mencapai US$ 2,5 miliar atau Rp40 triliun. Pihaknya sedang mencari mitra kerja untuk berinvestasi di proyek ini.
PTBA juga masih mematangkan nilai keekonomian dari DME tersebut. Pembahasan hal tersebut dilakukan perusahaan bersama-sama dengan Danantara.
Produksi meningkat pesat
PTBA berhasil membukukan kinerja operasional yang solid hingga periode kuartal III 2025 di tengah tantangan volatilitas pasar global.
Kinerja yang solid itu tercermin dari volume produksi batubara PTBA yang mencapai 35,90 juta ton hingga akhir September 2025 atau meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama di 2024, yaitu sebanyak 32,97 juta ton.
Turino mengatakan capaian produksi tersebut turut didorong oleh peningkatan kontribusi dari anak perusahaan yang bergerak di jasa penambangan, yakni PT Satria Bahana Sarana.
Anak usaha PTBA tersebut berkontribusi sebanyak 21 persen terhadap total produksi perseroan.
Penjualan batubara tersebut sebanyak 56 persen terserap oleh pasar domestik dan selebihnya bagi kebutuhan ekspor.
"Peningkatan kinerja penjualan ini menunjukkan masih solidnya permintaan pasar atas batu bara PTBA," kata dia.
Sejalan dengan peningkatan produksi dan penjualan, volume angkutan batubara sampai dengan kuartal III 2025 mencapai 30,02 juta ton, naik 8 persen dari realisasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 27,83 juta ton.

Kajian mendalam
Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Roeslani menyatakan Danantara tengah mengkaji sejumlah skema pendanaan untuk 6 proyek gasifikasi batubara menjadi DME senilai Rp 164 triliun, termasuk mengajak pihak swasta dan perusahaan pelat merah berinvestasi pada proyek itu.
Danantara juga tengah mempertimbangkan berinvestasi langsung pada proyek tersebut, atau justru menggabungkan pendanaan pihak swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) dengan pendanaan yang dilakukan Danantara.
“Danantara masih mengkaji seluruh skema pendanaan tersebut. Saat ini, Danantara tengah melakukan evaluasi terhadap dokumen pra-feasibility study (FS) atau studi kelayakan yang diberikan Kementerian ESDM,” ujar dia ketika ditemui dalam acara “ HIPMI-Danantara Business Forum di Jakarta (20/10)
Rosan menegaskan Danantara akan mendorong pihak swasta maupun BUMN untuk ikut berinvestasi pada proyek DME batubara tersebut. Namun, dia enggan menyebut pihak mana saja yang telah berminat ikut menggelontorkan dana pada proyek hilirisasi batubara itu.
Pada Kesempatan yang sama di acara HIPMI-Danantara Business Forum 2025, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pemerintah akan mulai menggencarkan program hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME). DME sendiri bisa berperan sebagai pengganti bahan baku Liquefied Petroleum Gas (LPG) dalam negeri.
kebutuhan LPG nasional saat ini terus meningkat, sementara kapasitas produksi dalam negeri masih sangat terbatas, jauh dari tingkat kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan LPG, saat ini Indonesia masih mengandalkan impor yang mencapai 7 juta ton per tahun.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah akan mendorong pemanfaatan batubara berkalori rendah menjadi DME sebagai bahan baku pengganti LPG.
“Upaya tersebut dinilai sejalan dengan strategi besar pemerintah dalam swasembada energi, sekaligus menekan impor yang membebani neraca perdagangan,” ujar dia
Menurutnya, hilirisasi batubara menjadi DME akan mengikuti jejak keberhasilan hilirisasi nikel yang terhitung meningkatkan nilai ekspor Indonesia hingga sepuluh kali lipat.