Bandara Siap Perpanjang Jam Operasional Buntut Recall Airbus A320

Seluruh bandara di Indonesia siap memperpanjang jam operasional bandara sebagai buntut ditariknya pesawat Airbus A320 Famility beberapa waktu lalu.

Bandara Siap Perpanjang Jam Operasional Buntut Recall Airbus A320
Pesawat Super Air Jet mendapatkan guyuran air saat tradisi water salute atau penyambutan pesawat saat penerbangan perdana di Bandara Dhoho Kediri, Jawa Timur, Senin (10/11/2025). (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/bar)

Seluruh bandara di Indonesia siap memperpanjang jam operasional bandara sebagai buntut dari ditariknya ribuan armada dan perbaikan software pesawat Airbus A320 Family beberapa waktu lalu.

Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi lonjakan penumpang dalam liburan natal dan tahun baru di akhir tahun 2025. Sementara sejauh ini dilaporkan belum ada dampak serius terhadap penerbangan atau pariwisata Indonesia

Dilansir Reuters, Airbus mengumumkan penarikan kembali (recall) terhadap 6000 pesawat A320 di seluruh dunia akhir November lalu yang berpotensi membuat pilot kehilangan kendali pesawat. Pengumuman ini diprediksi menyebabkan gangguan penerbangan global, mulai dari keterlambatan hingga pembatalan penerbangan, terutama saat trafik penerbangan melonjak jelang natal dan tahun baru.

Kejadian ini menjadi yang terbesar selama 55 tahun sejarah perusahaan raksasa Amerika Serikat itu. Diperkirakan maskapai dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Eropa, India, Asia Pasifik serta Selandia Baru.

Tak lama perbaikan software, Airbus kembali mengumumkan adanya masalah baru pada jenis pesawat terlaris di dunia itu, namun diperkirakan hanya beberapa armada saja yang perlu penanganan lebih lanjut.

PGS Corporate Secretary Group Head InJourney Airports Arie Ahsanurrohim mengatakan gangguan jadwal penerbangan diperkirakan hanya terjadi pada 30 November - 4 Desember 2025.

“Apabila diperlukan, bandara-bandara InJourney Airports dapat memperpanjang jam operasi yang menjadi bagian dari prosedur delay management untuk meminimalisir dampak penundaan penerbangan. Saat ini sejumlah bandara yang dikelola InJourney Airports juga sudah beroperasi 24 jam,” ujar Arie Ahsanurrohim kepada SUAR di Jakarta (4/12).

Kementerian Perhubungan menginstruksikan maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat Airbus A320 Family untuk melakukan perbaikan perangkat lunak terhadap armadanya dalam rangka memenuhi perintah Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA). Kondisi ini diperkirakan menyebabkan gangguan penerbangan mengingat banyaknya pesawat Airbus A320 yang beroperasi di Indonesia. 

Instruksi dari EASA tersebut turut disampaikan kepada seluruh operator penerbangan di seluruh dunia yang mengoperasikan armada pesawat Airbus A320.

Saat ini terdapat 6 maskapai yang mengoperasikan pesawat Airbus A320 yakni Batik Air, Super Air Jet, Citilink Indonesia, Indonesia AirAsia, Pelita Air dan Transnusa.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, Indonesia tercatat memiliki lebih dari 207 unit pesawat Airbus jenis A320. Dari jumlah tersebut 38 diantaranya harus digrounded untuk perbaikan.

InJourney Airports berkolaborasi dengan seluruh pihak terkait untuk memastikan kesiapan operasional di lapangan. 

“Penyesuaian skenario operasional akan dilakukan mengikuti dinamika jadwal penerbangan untuk tetap menjamin aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan sesuai regulasi yang berlaku,” ujar dia.

Terkait adanya kondisi ini, InJourney Airports mengimbau calon penumpang pesawat dengan tiket penerbangan antara 30 November - 4 Desember 2025 untuk mengonfirmasi kembali jadwal keberangkatan atau memperhatikan informasi terbaru dari maskapai.

Arie menambahkan, apabila jadwal keberangkatan sudah terkonfirmasi, pihaknya mengimbau agar calon penumpang pesawat dapat tiba lebih awal di bandara sekitar 2-3 jam sebelum keberangkatan. 

“Kepada maskapai, kami mengimbau agar dapat menginformasikan calon penumpang secara cepat apabila ada perubahan jadwal keberangkatan.” ujar dia.

InJourney Airports saat ini mengelola 37 bandara termasuk 5 bandara tersibuk di Indonesia yakni Soekarno-Hatta Tangerang, I Gusti Ngurah Rai Bali, Juanda Surabaya, Sultan Hasanuddin Makassar, dan Kualanamu Deli Serdang.

Calon penumpang berjalan untuk lapor diri di Terminal keberangkatan 1C Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (11/11/2025). 

Layak terbang

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan pun menginstruksikan kepada seluruh operator penerbangan agar pesawat yang dioperasikan memiliki komputer Aileron Elevator (ELAC) yang "layak pakai" sebelum penerbangan selanjutnya.

“Arahan ini didasarkan pada pesan Airbus pada 28 November 2025 kepada semua operator penerbangan, " kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Lukman F. Laisa dalam keterangan tertulis di Jakarta (29/11).

Lukman menyebutkan, arahan dari Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) dikeluarkan pada 28 November 2025 dan berlaku efektif tanggal 29 November 2025 pukul 23.59 UTC atau tanggal 30 November 2025 pukul 06.59 WIB.

Lukman menjelaskan terkait arahan EASA tersebut, regulator penerbangan di seluruh dunia termasuk Ditjen Hubud akan mengadopsi mandat EASA ini.

"Kondisi ini diperkirakan akan menyebabkan gangguan penerbangan mengingat banyaknya pesawat A320 yang beroperasi di Indonesia dan juga armada sejenis di seluruh dunia," ujar Lukman.

Total pesawat berjumlah 207 pesawat dan yang beroperasi sebanyak 143 pesawat. Sedangkan pesawat yang terdampak dengan perintah Kelaikudaraan ini berjumlah 38 pesawat, lebih kurang 26% dari total pesawat yang beroperasi

Pihak maskapai sedang melakukan perbaikan pesawat yang terdampak dalam rangka memenuhi perintah kelaikudaraan ini dan segera melakukan mitigasi jika terjadinya penundaan maupun pembatalan penerbangan.

Perbaikan pesawat terdampak diperkirakan akan memerlukan waktu 3 hari hingga 5 hari sejak informasi ini diterbitkan.

Lukman juga menyampaikan agar seluruh pengelola bandar udara dan maskapai penerbangan melakukan penyesuaian operasional secara cermat apabila terjadi penundaan (delay) dan pembatalan (cancel) penerbangan dengan tetap memprioritaskan keselamatan penerbangan sebagai aspek utama serta memastikan seluruh prosedur mitigasi risiko dijalankan secara konsisten.

Menanggapi hal tersebut, AirAsia Aviation Group telah memulai proses implementasi rollback perangkat lunak yang diwajibkan terhadap armada yang terdampak di tingkat Grup mulai 29 November 2025.

Hasil verifikasi kami memastikan bahwa: komponen perangkat lunak spesifik yang menjadi objek AD EASA tersebut tidak terpasang (not embodied) pada pesawat Indonesia AirAsia.

“Oleh karena itu, seluruh pesawat Indonesia AirAsia dinyatakan tetap layak dan aman untuk beroperasi, dan tidak memerlukan proses rollback perangkat lunak,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Indonesia AirAsia, Captain Achmad Sadikin Abdurachman dalam rilis yang diterima SUAR di Jakarta (29/11).

Indonesia AirAsia terus berkoordinasi dengan Ditjen Hubud, Airbus, serta AirAsia Aviation Group untuk memastikan seluruh ketentuan keselamatan terpenuhi secara penuh.