Walau Ekonomi Melambat, Kinerja Bank Digital Tak Ikut Tersendat

Kinerja bank digital yang apik ini didorong dengan jumlah transaksi yang terus meningkat, peningkatan jumlah nasabah, hingga penyaluran kredit.

Di tengah ekonomi yang melambat, sejumlah bank digital masih mencatat pertumbuhan laba pada kuartal III-2025. Kinerja bank digital yang apik ini didorong dengan jumlah transaksi yang terus meningkat, peningkatan jumlah nasabah, hingga penyaluran kredit.

Sejumlah bank digital seperti PT Bank SeaBank Indonesia, Bank Saqu, dan PT Bank Jago Tbk pun mencatatkan pertumbuhan bisnis yang konsisten hingga akhir kuartal III-2025.

SeaBank mencatat banyak capaian positif di kuartal III-2025, terlihat dari peningkatan laba bersih hingga 40% secara YoY, dengan laba setelah pajak sebesar Rp408,5 miliar. Total aset SeaBank hingga September 2025 pun mencapai Rp39,6 triliun, meningkat sebesar 20% (YoY). Kenaikan aset ini terutama berasal dari optimalisasi penyaluran kredit untuk joint financing, channeling dengan P2P lending, serta direct lending.

SeaBank mencatat pertumbuhan kredit sebanyak 45% YoY sebesar Rp28,6 triliun dengan rasio non-performing-loan (NPL) terjaga di angka 1,9%. Total DPK juga naik 20% YoY menjadi Rp30,5 triliun, disebabkan oleh pertumbuhan DPK dalam bentuk giro korporasi dan tabungan ritel yang berdampak kepada rasio CASA menjadi 68% dari 65% YoY.

Direktur Utama SeaBank Indonesia Sasmaya Tuhuleley, menjelaskan pihaknya juga terus berupaya untuk menjaga bisnisnya tetap untung dengan cara menghadirkan berbagai layanan yang aman untuk para nasabahnya.

“Selain karena strategi bisnis yang tepat dan aman, tumbuhnya bisnis SeaBank juga didukung oleh semakin meningkatnya kepercayaan nasabah. Terima kasih kepada seluruh nasabah yang terus mendukung SeaBank, dukungan Anda merupakan motivasi terbesar kami dalam menghadirkan inovasi layanan keuangan yang aman dan terdepan,” ucap Sasmaya dalam keterangan persnya, Jumat (14/11/2025).

Peningkatan laba SeaBank Indonesia pada kuartal III-2025 juga didukung dengan efisiensi operasional bank, di mana rasio cost-to-income (CIR) membaik menjadi 21,5% dari 25,8%. Rasio lain seperti likuiditas dan permodalan juga tercatat tetap stabil dan kuat di atas ketentuan regulator. Selain itu, SeaBank hingga akhir September 2025 juta telah melayani 9 juta transaksi per harinya, dengan perputaran uang mencapai hingga Rp4,6 triliun.

Kinerja positif juga dicatat oleh Bank Saqu, bank digital milik Astra Financial dan WeLab. Sejak diluncurkan pada dua tahun yang lalu, tepatnya pada 20 November 2023, Bank Saqu telah mencatatkan berbagai pencapaian penting, menegaskan posisinya sebagai mitra finansial yang terpercaya.

Chief Digital Business Officer Bank Saqu Angela Lew Dermawan, mengungkapkan bahwa Bank Saqu berkomitmen untuk menghadirkan pengalaman perbankan modern yang mudah dan solutif, serta berperan sebagai katalisator bagi solopreneur dan pelaku bisnis di Indonesia.

“Kami percaya bahwa peran bank di era digital bukan sekadar tempat menabung, tetapi menjadi katalisator bagi individu dan pelaku usaha untuk tumbuh bersama,” ujar Angela dalam keterangan persnya, Jumat (14/11/2025).

Bank Saqu selama dua tahun terakhir ini telah melayani 3,2 juta lebih nasabah, di mana 40% di antaranya merupakan solopreneur.  Tingkat kepuasan nasabah juga mencatatkan persentase yang luar biasa, di angka 99% dari total nasabah.

“Dalam dua tahun ini, kami melihat bagaimana semangat aktif dan produktif telah menjadi bagian dari gaya hidup nasabah kami. Kami ingin terus mendampingi mereka untuk mencapai tujuan finansialnya dan menjadi versi terbaik dari dirinya melalui finansial yang sehat,” lanjutnya.

Berbagai inovasi dan layanan baru pun terus diperkenalkan oleh Bank Saqu untuk mempermudah nasabahnya, seperti melalui inovasi fitur Tabung Matic, serta patungan dengan fitur Undang Teman dan Set Target. Maka dari itu, Bank Saqu terus berupaya untuk menghadirkan solusi finansial sederhana untuk para nasabah.

“Dua tahun perjalanan ini baru permulaan. Kami akan terus menghadirkan produk, komunitas, dan ekosistem yang membuat finansial menjadi bagian dari kehidupan yang menyenangkan dan bermakna,” tutupnya.

Kemajuan teknologi dan tren pembayaran digital pun membuat masyarakat kini lebih memilih layanan perbankan yang praktis, mudah, dan cepat diakses melalui aplikasi digital, tanpa perlu datang ke gerai fisik. Namun, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi oleh bank digital agar semakin menguatkan posisinya.

Bank Jago di kuartal III-2025, berhasil membuat ekosistem keuangan digital yang mendorong kinerja bank di berbagai lini. Hingga periode tersebut, Bank Jago memiliki total nasabah sebanyak 18,6 juta, termasuk 14,5 juta nasabah funding pengguna aplikasi Jago dan Jago Syariah, yang mana meningkat 4,5 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu atau year-on-year (YoY).

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung, mengatakan penambahan jumlah nasabah funding ini juga sejalan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp23,9 triliun hingga akhir September 2025. Jumlah ini pun mengalami peningkatan 41% atau sebesar Rp17 triliun (YoY).

“Hasil positif ini merupakan bukti nyata bahwa inovasi dan kolaborasi yang kami lakukan dengan berbagai ekosistem keuangan digital mampu memberikan nilai tambah bagi nasabah. Melalui solusi keuangan digital yang kami sediakan, banyak nasabah terbantu untuk mengelola keuangan dan kehidupannya dengan lebih baik,” kata Arief.

Selain itu dari sisi penyaluran kredit, Bank Jago telah mencatatkan kredit sebesar Rp23,5 triliun hingga akhir September 2025 yang mana tumbuh 36% persen YoY. Total aset Bank Jago per September 2025 juga naik 28% YoY menjadi Rp34,5 triliun.

Kombinasi antara pertumbuhan DPK dan kredit yang positif di Bank Jago juga membuat peningkatan dari sisi laba bersih setelah pajak sebanyak 132% hingga September 2025 secara YoY sebesar Rp199 miliar.

Bank Jago menunjukkan tingkat likuiditas yang sehat serta kuatnya permodalan, terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada 98% dan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 32,9%.

“Kami bersyukur dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas secara berkelanjutan. Ini terus memotivasi kami untuk berinovasi dan berkolaborasi menyediakan produk dan layanan keuangan digital yang dapat meningkatkan kehidupan jutaan nasabah di Indonesia,” jelasnya.

Keunggulan dana murah

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, menilai bahwa terdapat sejumlah faktor yang menopang kinerja bank digital di kuartal III-2025, salah satunya yang berperan penting adalah agresifitas bank digital dalam mencari nasabah melalui dana murah.

"Dana murah masih menjadi incaran bank digital terutama yang tercatat ada hubungan dengan ekosistem digital lainnya. Pertumbuhan pembiayaan juga naik seiring dengan meningkatnya permintaan alternative financing. Dengan proses yang lebih mudah, saya melihat financing melalui bank digital lebih dicari," kata Huda.

Meski begitu, peningkatan kinerja bank digital dari sisi pertumbuhan kredit hingga jumlah nasabah disebut harus diiringi dengan perkembangan di sisi kualitasnya. Dijelaskan oleh Huda, masih ada risiko dari sisi kualitas pendanaan seperti kredit macet yang bisa meningkat.

"Selain itu, dengan masih mengandalkan promo, efisiensi pendanaan dan rekrutmen nasabah masih menjadi PR. Risiko tersebut harusnya dilihat oleh bank digital karena memang masih belum optimal," lanjutnya.

Baca juga:

Jadi Target Utama Serangan Siber, Ini Kiat Perbankan Jaga Keamanan Digital
Dalam riset “Cybersecurity Economics for Emerging Markets” yang dirilis Bank Dunia pada 2024, menunjukkan, serangan siber secara global didominasi oleh motif finansial.

Bank digital dengan kemudahannya, juga belum menjadikannya sebagai bank utama bagi nasabah. Nasabah masih memerlukan interaksi personal atau keandalan transaksi pada bank konvensional untuk kebutuhan finansial tertentu.

"Bank digital masih terkendala, bahwa bank digital belum menjadi akun perbankan utama. Dengan hanya menginginkan promo, nasabah hanya menggunakan untuk pembayaran sekali dua kali. Fungsi bank digital tidak lebih dari dompet digital bagi sebagian nasabah," tutupnya.