Menangkap Peluang di Rantai Pasok Mineral Kritis, Ekonomi Hijau, dan Pariwisata

Kurasi peristiwa terpenting yang perlu diketahui semesta dunia usaha untuk mengawali hari.

Menangkap Peluang di Rantai Pasok Mineral Kritis, Ekonomi Hijau, dan Pariwisata
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/YU
Daftar Isi

Selamat pagi, Chief… 

Berikut informasi penting terkait pengembangan semesta dunia usaha yang perlu mendapat perhatian hari ini berdasarkan kurasi Tim SUAR.

Lewat G20, Indonesia Kian Mendekati Rantai Pasok Mineral Kritis Dunia

  • Menjadi salah satu penyambung lidah Selatan Bumi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, 22-23 November 2025 mendatang, Indonesia mengusung sejumlah usulan penting dan mendesak. Antara lain, reformasi institusi keuangan global dan rekonstruksi rantai pasok global yang rusak akibat perang dagang. Tak hanya mengangkat reputasi, aspirasi ini mendekatkan Indonesia ke dalam rantai pasok mineral kritis dunia.
  • Selain itu, Indonesia bersatu suara dengan anggota BRICS lain untuk mendorong reformasi arsitektur keuangan global, termasuk IMF dan Bank Dunia. Yakni, menolak keberlanjutan pinjaman bilateral tertutup dan tidak transparan, serta mendorong G20 untuk menaruh perhatian pada akumulasi utang negara-negara berkembang yang mencapai USD 102 triliun pada 2024.

Baca selengkapnya di sini.

Bisnis Wisata Pulih, Belanja Wisatawan Tumbuh

  • Kinerja pariwisata sepanjang 2025 menunjukkan tren pemulihan yang menguat dengan peningkatan kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara (wisman). Rata-rata pengeluaran wisman sudah mencapai USD 1.297. Ini melampaui target tahun ini, yaitu USD 1.220. Untuk tahun 2026, pemerintah memproyeksikan tingkat kunjungan wisman berada di antara 16 juta–17,6 juta orang dengan potensi devisa pariwisata sebesar USD 22 miliar–USD 24,7 miliar. Adapun belanja wisatawan ditargetkan mencapai kisaran USD 1.372–USD 1.404 per kedatangan. Selain itu, Indonesia pasang target masuk ke dalam Top 20 dalam Travel and Tourism Development Index atau TTDI.

Baca selengkapnya di sini.

Insentif Pembangunan Rumah Dongkrak Kinerja Industri Keramik

  • Berbagai program dan insentif pembangunan perumahan berdampak positif pada kenaikan kinerja industri keramik. Volume produksi industri ini pada Januari-Oktober 2025 mencapai 392,7 juta meter persegi, bertumbuh 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan produksi keramik nasional tidak lepas dari kebijakan pemerintah, antara lain, PPN ditanggung pemerintah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kontraktor dan pengusaha bangunan, dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 350.000 unit rumah. Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) juga membantu industri keramik dalam negeri bisa bersaing dengan impor keramik yang membanjir.

Baca selengkapnya di sini.

Dari Brasil Menjaring Peluang Ekonomi Hijau

  • Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, yang digelar dari 10 November 2025 hingga 21 November 2025, menjadi momen penting bagi Indonesia sebagai pendorong dalam menghimpun dana untuk pembiayaan energi terbarukan. Indonesia memiliki modal hijau besar, mulai dari tenaga surya, hidro, waste-to-energy (WtE), panas bumi, hingga penyerapan karbon hutan. Ini bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan bahkan devisa melalui ekspor listrik hijau serta kredit karbon

Baca selengkapnya di sini.

Video Pilihan: Banyak Sarjana Menganggur, Peluang Usaha ke Depan Terbuka - Part 2

Sarjana Banyak Menganggur, Peluang Usaha Ke Depan Terbuka. Part 2
Fenomena peningkatan persentase pengangguran pada lulusan berpendidikan tinggi (D4, S1, S2, S3) dari Agustus 2023 hingga Agustus 2025 menjadi anomali yang perlu dicermati, mengingat kelompok ini idealnya lebih mudah terserap. Menurut Badan Pusat Statistik , tren ini pertama-tama harus dilihat dari sisi jumlah, di mana populasi lulusan D4 hingga S3 memang

Tumbuh Tinggi, Besi dan Baja Topang Industri Manufaktur

  • Industri logam dasar di Indonesia terbukti menjadi jangkar pertumbuhan manufaktur nasional, kendati kondisi pasar lagi penuh gejolak. Sektor yang didominasi oleh olahan nikel, aluminium, dan terutama besi serta baja ini menunjukkan ketahanan yang baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai produk domestik bruto (PDB) sektor industri logam dasar terus tumbuh signifikan. Pada kuartal II–2025, pertumbuhan sektor ini melonjak hingga 19,72% (yoy), dengan nilai PDB harga berlaku mencapai Rp 67.801,30 miliar. Di kuartal III sektor ini tumbuh 18,62%.
  • Kinerja positif tersebut dicapai di tengah kondisi pasar global yang penuh tantangan. Sebutlah fluktuasi harga energi, kebijakan moneter ketat di negara maju, hingga perlambatan ekonomi Tiongkok yang merupakan konsumen baja terbesar dunia. Namun, Indonesia berhasil memanfaatkan posisi strategisnya melalui program hilirisasi. Fokus pada produk turunan bernilai tambah tinggi, seperti stainless steel dari nikel dan berbagai produk baja, menciptakan permintaan baru yang lebih tahan dari gejolak harga komoditas mentah. 

Baca selengkapnya di sini.

Future Gas Economy 2025 yang mengusung tema "Strengthening The National CNG & LNG Framework" akan diselenggarakan pada Selasa, 18 November 2025, pukul 14.00–18.00 WIB di Energy Hub, Epiwalk Lt.6 B-603, Kuningan, Jakarta. Acara ini menjadi ruang strategis untuk merumuskan arah kebijakan gas Indonesia ke depan, terutama dalam momentum transisi energi. Penguatan ekosistem compressed natural gas (CNG) dan liquefied natural gas (LNG) dianggap kunci untuk menjamin ketahanan pasokan dan daya saing industri nasional. Fokus bahasan utama meliputi ketersediaan gas, keberlanjutan suplai, serta penentuan harga yang kompetitif sebagai fondasi bagi industri masa depan, yang akan diperkaya dengan paparan kajian studi dari Lemigas, keynote speech dari Dirjen Migas, dan sesi diskusi publik. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui Instagram Aspebindo.

Rapat Kerja Komisi V DPR dengan Menteri Perhubungan. Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dijadwalkan mengadakan rapat kerja (raker) dengan Menteri Perhubungan pada hari Selasa, 18 November 2025 pukul 13:00 WIB. Agenda utamanya meliputi dua poin penting, yaitu Evaluasi Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2025 hingga bulan November 2025, dan Pembahasan Rencana Program/Kegiatan untuk Tahun Anggaran 2026 di sektor perhubungan. Selain itu terdapat beberapa agenda parlemen lainnya yang dapat diakses melalui situs resmi DPR RI.

"Hidup itu sangat sederhana, tapi kita yang membuat hidup menjadi rumit." (Konfusius – Filsuf Tiongkok)

Selamat beraktivitas, Chief.

Tim SUAR