Selamat pagi, Chief…
Berikut informasi penting terkait pengembangan semesta dunia usaha yang perlu mendapat perhatian hari ini berdasarkan kurasi Tim SUAR.

Belajar dari Masa Lalu, Kejar Ekonomi 8% Lewat Peningkatan TFP
- Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mencatat pertumbuhan ekonomi 8% melalui faktor produktivitas total (total factor productivity/TFP) yang optimal. TFP adalah alat ukur efisiensi dan efektivitas penggunaan semua faktor produksi (seperti modal dan tenaga kerja) dalam menghasilkan output barang dan jasa. Peningkatan TFP berarti unit input yang sama kini mampu menghasilkan lebih banyak output. Ini adalah indikator utama kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi dalam suatu perekonomian.
- Ketika perekonomian Indonesia bisa tumbuh hingga 8,2% antara 1971-1975, itu adalah kontribusi dari total factor productivity (TFP). Sejak 1998, kontribusi TFP menurun, menunjukkan industrialisasi cenderung melemah dari segi jumlah maupun kontribusi terhadap PDB. TFP ini bisa dikerek melalui penguatan riset dan pengembangan (R&D) sehingga mendorong industrialisasi yang ujungnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca selengkapnya di sini.

"Duo Mesin" Ekonomi Hijau untuk Kejar Pertumbuhan 8%
- Di tengah maraknya bencana, kian deras pula bertumbuhnya kesadaran untuk menjalankan ekonomi hijau. Tak hanya menciptakan perekonomian yang selaras dengan pelestarian lingkungan, ekonomi hijau punya dua "mesin" yang bisa dioptimalkan untuk dorong pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Dua hal itu adalah investasi pada ekonomi hijau dan pasar karbon Indonesia. Memitigasi iklim dari sisi manufaktur dan perdagangan karbon menjadi dua strategi utama bagi Indonesia untuk menambah daya tarik bagi investor mancanegara yang lebih tertarik pada ekonomi hijau.

Baca selengkapnya di sini.
Perjanjian Dagang Indonesia-EAEU Bakal Diteken, Nilai Perdagangan Naik Dua Kali Lipat
- Indonesia siap menandatangani Kesepakatan Perdagangan Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia-Eurasia Economic Union Free Trade Agreement/I-EAEU FTA). Dengan adanya perjanjian dagang Indonesia dengan negara-negara lintas kawasan Eropa dan Asia ini ditargetkan nilai perdagangan naik dua kali lipat. Kerjasama ini diperkirakan akan mendorong ekspor produk pertanian (CPO, kopi, kakao) dan manufaktur berbasis sumber daya, serta meningkatkan daya saing produk Indonesia seperti tekstil dan elektronik. Adapun target penandatanganan I-EAEU FTA paling cepat pada 20-21 Desember 2025 di St. Petersburg, Rusia.

Baca selengkapnya di sini.
'Kilat Pajajaran' Dinilai Lebih Optimal sebagai Kereta Logistik Barang
- Rencana pengoperasian kereta cepat baru Jakarta-Bandung "Kilat Pajajaran" yang digagas pemerintah Jawa Barat dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menuai kontroversi. Berbagai kalangan menilai kurang tepat dalam hal kelayakan permintaan pernumpang di tengah persaingan yang ketat.
- Kereta Api Kilat Pajajaran yang diresmikan pada 25 November 2025 itu akan menghubungkan rute Jakarta-Bandung dengan pemangkasan waktu tempuh menjadi 1 jam sampai 1,5 jam perjalanan. Layanan kereta cepat rencananya juga akan diterapkan pada rute Garut-Tasikmalaya-Banjar dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Baca selengkapnya di sini
Video Pilihan: Layanan Kesehatan Internasional D-Hub BSD, Optimistis Pikat 100.000 WNI yang Berobat ke Luar Negeri


Prioritaskan Fintech untuk Sektor Produktif
- Tren pinjaman daring terus meningkat. Namun, persentase penjalurannya ke sektor produktif cenderung menurun. Agar pinjaman daring optimal untuk menggerakkan ekonomi dan mendorong penciptaan lapangan kerja, penyaluran ke sektor produktif harus jadi prioritas. Hingga Agustus 2025, jumlah penyaluran pinjaman mencapai puncak baru, yaitu sebesar Rp 29.623,31 miliar.
- Persentase penyaluran ke sektor produktif mencapai puncaknya pada Februari 2022 yang mencapai 69% dengan nilai pinjaman Rp 11.328,84 miliar. Namun, persentase tersebut terus turun menjadi hanya 20% pada Agustus 2025. Penurunan signifikan ini terjadi meskipun jumlah pinjaman secara nominal untuk sektor produktif relatif fluktuatif di kisaran Rp 5 triliun hingga Rp 9 triliun. Hal ini menyiratkan bahwa laju pertumbuhan pinjaman untuk sektor konsumtif jauh lebih pesat dibandingkan sektor produktif, sehingga proporsi pinjaman produktif menjadi semakin kecil dalam total pinjaman fintech.

Baca selanjutnya di sini.

EKRAFTECH SUMMIT 2025. Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia ini akan kembali hadir pada tanggal 16-17 Desember 2025 di Hotel Pullman, Jakarta. Ada serangkaian agenda yang bertujuan membuka wawasan baru, mempercepat kolaborasi, dan mendorong inovasi di sektor mobilitas cerdas Indonesia. Para peserta akan mendalami ekosistem teknologi melalui beberapa sesi utama, yang meliputi Sesi Keynote, Diskusi Panel dengan fokus pada Mobilitas Cerdas dan Ekosistem Teknologi, serta Innovation Challenge yang mencakup pameran, demo, dan sesi pitching. Selain itu, acara ini juga menyediakan Sesi Jaringan dan Sesi Penghargaan sebagai platform untuk bertukar perspektif, menemukan peluang, dan terhubung dengan para penggerak industri. Informasi lebih lanjut dapat langsung diakses melalui media sosial Instagram resmi Ekraft Tech Summit 2025.
Round Table Discussion Menghitung Risiko dan Harapan Super Holding BUMN Danantara. Nagara Institute akan menggelar acara ini pada Selasa, 16 Desember 2025, pukul 09.00 WIB bertempat di Ballroom Bima 1 & 2, Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta. Acara ini bertujuan membedah secara kritis arah strategis, tantangan implementasi, serta peluang yang terkandung dalam rencana pembentukan Super Holding BUMN Danantara. Dalam diskusi ini akan hadir pemantik dan narasumber kredibel dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, praktisi, dan pengamat kebijakan publik. Untuk informasi lebih lanjut dapat langsung mengakses media sosial Instagram AFU ID.

“You don’t learn to walk by following rules. You learn by doing, and by falling over.” (Richard Branson - Pengusaha Inggris/Pendiri Virgin Group)
Selamat beraktivitas, Chief.
Tim SUAR