Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% year-on-year (YoY) pada Kuartal-III 2025, tumbuh 1,43% dibandingkan pertumbuhan Kuartal-II 2025 yang mencapai 5,12% YoY. Komponen penopang pertumbuhan utama masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi. Ekspektasi perlambatan pertumbuhan tahunan masih dapat dicegah dengan memanfaatkan momentum dan seluruh kesempatan yang ada.
Capaian ekonomi tersebut diumumkan Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Mohamad Edy Mahmud dalam konferensi pers rilis Berita Resmi Statistik di Jakarta, Rabu (5/11/2025). Selain capaian pertumbuhan ekonomi, BPS juga mengumumkan Indeks Pembangunan Manusia 2025 dan Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia bulan Agustus 2025.
"Pada Kuartal-III 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan pola musiman seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu lebih rendah dari Kuartal-II. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi 5,04% lebih tinggi dibandingkan Kuartal-III 2024 yang tumbuh 4,95%," ujar Edy.
Pada sisi pengeluaran, seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif, dengan konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar dengan distribusi terhadap PDB mencapai Rp3.220 triliun atau 53,14%, tumbuh 4,89% YoY. Ini diikuti kontribusi PMTB/investasi yang menyumbang Rp1.762,8 triliun atau 29,09%.
"Dengan demikian, 82,23% PDB Kuartal-III 2025 berasal dari komponen dalam negeri. Meski demikian, komponen ekspor tetap tumbuh 9,91% YoY, terutama didorong volume dan nilai ekspor barang nonmigas serta ekspor jasa," ucapnya.
Dalam catatan BPS, komponen pertumbuhan konsumsi rumah tangga terbesar adalah kebutuhan transportasi dan komunikasi yang tumbuh 6,41% YoY, tercermin dari peningkatan mobilitas penduduk, indeks penjualan bahan bakar, serta peningkatan jumlah penumpang angkutan kereta api dan kapal laut.
Hal serupa terjadi pada komponen PMTB/investasi yang ditopang pertumbuhan subkomponen mesin dan perlengkapan sebesar 17,00%; subkomponen kendaraan sebesar 6,24% berkat peningkatan investasi domestik dan impor kendaraan; serta realisasi investasi BKPM sebesar 13,89%.
"Secara spasial, ekonomi tumbuh positif di seluruh wilayah. Sulawesi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 5,84%, diikuti Pulau Jawa yang tumbuh 5,17%, keduanya di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, wilayah Maluku dan Papua tetap tumbuh positif 2,68%, meski mengalami perlambatan dibandingkan Kuartal-III tahun sebelumnya," pungkas Edy.
Sementara itu, pada sisi produksi, berkat dorongan permintaan domestik dan luar negeri, industri manufaktur yang tumbuh 5,54% YoY menjadi kontributor pertumbuhan terbesar, dengan distribusi terhadap PDB mencapai 19,15%.
Peringkat ini diikuti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 4,93% YoY dan menyumbang 14,35% terhadap PDB; serta sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh 5,49% dan menyumbang 13,19% terhadap PDB.
Dalam komponen manufaktur, industri makanan-minuman tumbuh 6,49% didorong peningkatan produksi crude palm oil (CPO) dan turunannya; industri logam dasar tumbuh 18,62% sejalan peningkatan permintaan besi dan baja dari luar negeri; serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 11,65% untuk memenuhi permintaan dalam dan luar negeri.
Patience and precision
Dunia usaha mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi yang sanggup menjaga momentum hingga mencapai di atas 5% selama dua kuartal berturut-turut. Di tengah momentum pemulihan yang semakin menjanjikan, dunia usaha akan menjaga patience and precision, tetap bersabar menunggu dampak, sambil mengawal kebijakan agar tepat sasaran.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan, dengan lanskap perekonomian yang mencerminkan situasi yang lebih stabil, dunia usaha melihat green shoots of recovery, dengan aktivitas industri bergerak menembus zona ekspansi dan investasi menunjukkan gairah baru dengan nilai mencapai Rp491 triliun, mencerminkan tumbuhnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi Indonesia.
"Bagi dunia usaha, capaian pertumbuhan di atas 5% dalam dua kuartal terakhir menjadi sinyal bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup solid, meskipun tekanan eksternal masih ada," cetus Shinta saat dihubungi SUAR, Rabu (5/11/2025).
Kepercayaan mancanegara terhadap produk Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekspor 9,9% dengan nilai mencapai USD 74,39 miliar, diikuti penguatan permintaan domestik yang hanya melambat sedikit, dari 4,97% pada Kuartal-II menjadi 4,89% pada Kuartal-III.
Shinta menggarisbawahi, dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang menurun dari level 121,7 ke 115 pada bulan September menandakan sekalipun konsumsi mulai pulih, konsumen masih cenderung berhati-hati. Demikian pula kebijakan moneter dan fiskal ekspansif yang berusaha menjaga daya beli sambil meningkatkan kapasitas produksi dan investasi mulai menunjukkan pengaruhnya.
"Saat ini yang paling dibutuhkan adalah kecepatan transmisi kebijakan ke sektor riil, agar dampak pelonggaran moneter dan stimulus fiskal benar-benar terasa di lapangan," ucapnya.
Untuk menjaga momentum sekaligus mempersiapkan lompatan ekonomi, tak jemu-jemu Shinta mendorong pemerintah memprioritaskan kepastian berusaha dengan kejelasan regulasi, meningkatkan efisiensi cost of doing business yang menjadi hambatan struktural daya saing industri, serta menguatkan daya beli masyarakat.
"Ketiganya adalah 'trisula kebijaksanaan ekonomi'. Dengan 'trisula' ini, dunia usaha optimistis Indonesia mampu menjaga momentum pemulihan dan akan memasuki fase ekspansi yang lebih kuat tahun depan," tandas Shinta.
Siap hadapi perlambatan
Capaian pertumbuhan ekonomi 5,04% pada Kuartal-III 2025 terjadi sedikit di atas konsensus ekonom yang memperkirakan pertumbuhan melambat hingga 4,9-5,0%. Namun, terlepas dari kemungkinan berlanjutnya perlambatan yang memengaruhi kinerja pertumbuhan tahunan, terdapat sejumlah antisipasi yang dapat dilakukan.
Kepala Departemen Makroekonomi dan Penelitian Pasar Keuangan Permata Bank Faisal Rachman menengarai dua gelombang normalisasi sebagai penyebab pelemahan pertumbuhan ekonomi di Kuartal-III 2025. Pertama, normalisasi setelah permintaan tinggi dari AS sebelum penerapan tarif timbal balik pada Agustus 2025. Kedua, normalisasi setelah peningkatan pengeluaran musiman pada Kuartal-II 2025.
"Prospek pertumbuhan PDB Indonesia terus dihadapkan pada beberapa hambatan, yang menekankan pentingnya mempertahankan kebijakan ekonomi ekspansif, terutama melalui peningkatan belanja pemerintah, khususnya di sektor-sektor produktif dengan efek pengganda yang tinggi," jelas Faisal saat dihubungi SUAR, Rabu (5/11/2025).
Hingga pengujung 2025, menurut Faisal, terdapat sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi perlambatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung. Pertama, perbaikan kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi terjaga akan mendorong konsumsi rumah tangga.
Kedua, ekspektasi pemotongan suku bunga yang menurunkan biaya dana akan memperkuat kepercayaan dan prospek investasi, serta membuka peluang ekspansi bisnis. Ketiga, ketegangan perdagangan yang mereda berkat keterbukaan AS bernegosiasi, di samping usaha proaktif pemerintah mendiversifikasi mitra dagang dan pemulihan harga komoditas guna mendukung kinerja ekspor secara signifikan.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan pertumbuhan PDB akan berada dalam kisaran 5,0–5,1% untuk tahun 2025 (dibandingkan dengan 5,03% pada tahun 2024). Ini menandai revisi ke atas dari perkiraan sebelumnya, yang memperkirakan pertumbuhan PDB sepanjang tahun akan sedikit di bawah 5%," ujarnya.
Meski demikian, Faisal menganjurkan agar dunia usaha dan pemerintah bersiap-siap menghadapi konsekuensi sejumlah risiko ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik, pemulihan ekonomi Tiongkok yang lambat, serta stagnasi perekonomian global yang dapat mendorong sentimen risiko terhadap pasar berkembang seperti Indonesia.
"Meskipun masih ada ruang ekspansi fiskal dan moneter lebih lanjut, pemangku kebijakan harus memastikan pertumbuhan dan stabilitas makroekonomi tetap berimbang, karena defisit neraca berjalan berpotensi melebar di tengah gesekan perdagangan dan defisit fiskal dapat meningkat di bawah kebijakan pro-pertumbuhan," tutupnya.