Punya potensi energi geotermal terbesar di dunia, Indonesia menata langkah untuk memanfaatkan cadangan tersebut sebagai energi masa depan. Berkat keunggulan panas bumi sebagai sumber energi bersih dan terbarukan, serta efisiensi pengelolaan yang teruji, pemerintah pun yakin mengundang investasi dari dalam dan luar negeri.
Gambaran besarnya potensi dan rencana ke depan tersebut terpapar jelas dalam pameran dan konvensi 11th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2025. Acara yang diselenggarakan Asosiasi Panasbumi Indonesia dengan dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ini berlangsung di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Rabu (17/9/2025).
Sejak digelar pertama kali pada 2013, IIGCE menjadi platform strategis untuk mempercepat pengembangan geotermal di Indonesia. Tahun ini, dihadiri 1.500 peserta dari 22 negara, IIGCE menjadi forum pertemuan antarpemangku kepentingan industri geotermal terbesar di dunia. Secara khusus, IIGCE tahun ini sukses mengundang mitra dari tiga negara baru, yakni Tiongkok, Taiwan, dan Kenya.
Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Julfi Hadi menyatakan, selama lebih dari tiga dekade, API secara konsisten mendorong pengembangan geotermal dengan target kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terpasang sebesar 4 gigawatt (GW) pada 2030. Sejumlah langkah pun API siapkan untuk mendukung penyelenggaraan IIGCE tahun ini.
"Kami mendapati peningkatan partisipasi dari perusahaan services sebesar 20%, pertambahan partisipasi baru dari tiga negara, serta inisiasi skema bisnis kerjasama panasbumi dan produksi hidrogen hijau (green hydrogen) sebagai sebuah ekosistem terintegrasi," ujar Julfi saat memberikan sambutannya.
Menurut Julfi, keunggulan panas bumi sebagai sumber energi terletak pada tiga aspek. Pertama, potensi cadangan geotermal Indonesia mencapai 23,74 GW, atau 40% cadangan geotermal dunia.
Kedua, pembangkit listrik tenaga geotermal dapat beroperasi andal selama 24 jam terus-menerus tanpa kendala dan sangat efisien.
Ketiga, geotermal memiliki potensi kontribusi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 426,5 miliar per tahun.
Guna memaksimalkan keunggulan tersebut, industri geotermal membutuhkan analisis risiko pengeboran dan penentuan commercial operation date (COD) secara terukur. Di samping itu, proyek eksplorasi panas bumi harus mendapatkan tarif dan insentif yang menarik sehingga bisa lebih kompetitif.
Tak lupa, terobosan teknologi baru dan sinergi dengan PLN untuk revisi skema tarif geotermal untuk meningkatkan keekonomian dan daya saing perusahaan.
"Dengan peta jalan industrialisasi di dalam negeri, kami siap mendukung pemerintah dan satgas untuk mengakselerasi pengembangan panas bumi sebagai indigenous resources dan pilar strategis menuju swasembada energi untuk Indonesia Emas 2045," pungkas Julfi.
Percepat izin, tarik investor
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menyatakan, saat ini, Indonesia berhasil meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 2,71 GW dari target 5,2 GW pada 2035. Capaian ini tidak lepas dari kerja keras Kementerian ESDM membantu percepatan perizinan dari 1.5 tahun menjadi hanya 7 hari dengan online single submission.
"Dengan target RUPTL sebesar 5,2 GW dalam 10 tahun ke depan, Indonesia dapat menjadi penghasil geotermal nomor satu di dunia," ujar Eniya.
"Saat ini, Amerika Serikat memiliki kapasitas 3,6 GW. Artinya, dengan tambahan kapasitas 1 GW, kita bisa mengalahkan AS dan menjadi tempat belajar negara-negara lain," jelas Eniya.
Tidak hanya untuk pendapatan negara, keuntungan hasil produksi geotermal juga dapat menjadi tambahan pendapatan asli daerah (PAD). Eniya menyatakan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menandatangani keputusan menteri yang mengalirkan bonus produksi sebesar Rp 1,5 miliar, melanjutkan aliran bonus sebesar Rp 1 triliun yang telah dialirkan ke daerah.
"Ke depan, platform ESDM akan mendukung industri lokal, terutama karena TKDN industri geotermal, komponen maupun jasa, sudah 50%. Di bidang pendidikan, kami juga akan berkontribusi karena masih banyak yang belum memahami manfaat geotermal," ucapnya.
Kesempatan bagi Indonesia menggarap produksi geotermal telah tiba di saat yang tepat. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sambutan peresmian IIGCE mengungkapkan, di saat negara-negara lain semakin tidak konsisten dalam menjalankan amanat Paris Agreement 2015 tentang penyelamatan bumi dari krisis iklim, Indonesia justru berusaha mematuhi dengan eksplorasi geotermal.
"Masih ada 90% potensi geotermal yang belum dikelola karena pembiayaan yang sulit, peraturan regulasi yang berbelit, dan tidak disukai investor. Kami memangkas regulasi yang menghambat percepatan, di samping mengadakan jaringan transmisi listrik ke titik-titik wilayah kerja hasil konsesi," cetus Bahlil.
Bahlil menjelaskan, saat ini, sejumlah pembangkit listrik geotermal telah beroperasi dalam kapasitas 100%. Sebutlah PLTP Sarulla Unit 1 dan Unit 2 yang menghasilkan total 330 MW, PLTP Muara Laboh sebesar 86 MW, PLTP Lumut Balai sebesar 55 MW, PLTP Ijen sebesar 34 MW, serta PLTP Salak Binary yang menghasilkan 16 MW. Di samping itu, masih ada PLTP Kamojang, PLTP Ulu Belu, PLTP Bonjol, dan eksplorasi di Hamiding, Halmahera, Maluku Utara.
"Anda tidak perlu takut berinvestasi. Datang, bawa modal, bawa teknologi, kami akan layani baik-baik. Sudah pasti kami akan berpihak pada teman-teman investor. Harga cincai, PLN yang langsung akan menyiapkan marketnya," ujar Bahlil disambut tawa hadirin.
Dengan target ambisius tersebut, pemerintah semakin mantap menetapkan bauran energi fosil dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Tentu, dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian, agar percepatan berlangsung sesuai dengan rencana dan tidak menyebabkan selisih biaya yang dapat menjadi beban konsumen maupun beban negara.
Besar untung daripada rugi
Tidak hanya besar dalam ukuran kuantitatif, manfaat panas bumi telah dirasakan oleh pekerja maupun penduduk sekitar. Bergabung secara daring dalam acara pembukaan, Project Manager PLTP Lumut Balai 2 Achmad Sri Fadli menyatakan, dengan kapasitas produksi 100%, pembangkit di tempatnya telah beroperasi selama 3,3 juta jam kerja tanpa insiden sama sekali.
Cerita manfaat PLTP untuk masyarakat sekitar pembangkit disampaikan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung Kawaludin, yang juga bergabung secara daring. Bersumber dari PLTP Geo Dipa, penduduk sekitar Gunung Patuha, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memanfaatkan panas dan uap yang dihasilkan PLTP untuk mendukung pertanian.
"Uap bertekanan dari PLTP bisa membantu mengawetkan ikan. Sementara panasnya bisa dimanfaatkan sebagai food dehydrator untuk mengeringkan sayur-sayuran, stroberi, dan teh sehabis panen supaya lebih tahan terhadap pembusukan," kisah Kawaludin.
Tak lupa, sebagai desa wisata, tenaga panas dari PLTP juga dimanfaatkan untuk membangun kolam air panas yang menjadi daya tarik wisatawan ke Patuha.
Ditemui SUAR di sela acara, pengajar program magister geotermal Institut Teknologi Bandung Nenny Miryani Saptadji menilai, pengembangan geotermal di Indonesia sebenarnya menghasilkan keuntungan lebih besar daripada kerugian yang selama ini dikeluhkan oleh orang-orang yang memprotes eksplorasi geotermal.
Sebagai salah satu sumber energi yang dapat menekan emisi gas rumah kaca, tata kelola panas bumi di Indonesia hampir semuanya beroperasi aman dan tanpa masalah. Seandainya ada kekurangan, itu merupakan akibat perencanaan dan monitoring yang tidak tepat sejak awal. Sayangnya, kekurangan itu justru dibesar-besarkan dan lebih sering dikeluhkan.
"Kalau sebuah PLTP didirikan di sebuah hutan, tidak seluruh areal hutan itu yang ditebang untuk mendirikan power plant. Hanya 20 kilometer persegi atau 3%β4% seluruh areal hutan. Investor pun memahami bahwa dengan nilai investasi satu sumur geotermal mencapai US$ 6 juraβUS$ 8 juta, mereka memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan sekitar," jelas Nenny kepada SUAR.
Sebagai langkah preventif untuk mencegah kesalahan pengembangan tersebut, menurut Nenny, ITB menjadi salah satu perguruan tinggi yang telah mempersiapkan sumber daya manusia cakap dan andal dengan program Magister Geotermal sejak 2008. Pendidikan, ujarnya, menjadi penting agar eksplorasi geotermal berhasil sejak perencanaan, implementasi, sampai perawatan.
"Sayang sekali jika orang-orang tidak paham dan menolak. Kalaupun ada aspek negatif, pengembang yang berpengalaman dan teruji mampu akan mengatasi masalah yang dapat dicegah sebelum terjadi. Mereka mampu karena memiliki idealisme mewujudkan energi bersih, sekalipun keuntungannya baru dirasakan bertahun-tahun kemudian," papar Nenny.