Sports tourism merupakan agenda perjalanan yang menggabungkan kegiatan olahraga dan pariwisata, di mana seseorang melakukan perjalanan ke suatu negara untuk berpartisipasi atau hanya sekadar menyaksikan event olahraga seperti lari maraton, sepak bola, dan balapan.
Di Indonesia, sports tourism memiliki potensi yang sangat besar dengan menggabungkan kekayaan alam yang dimiliki dengan beragam event olahraga yang menarik.
Salah satu event di Indonesia yang terbukti berhasil mendatangkan wisatawan mancanegara dan mendorong perputaran ekonomi adalah MotoGP Mandalika yang diselenggarakan di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, sejak tahun 2022. Event tersebut pun dikembangkan oleh InJourney, menjadikannya sebagai daya tarik wisata.
CEO Injourney Maya Watono, mengatakan sektor pariwisata ke depannya bisa menjadi motor penggerak perekonomian nasional, terutama apabila didukung dengan kehadiran sports tourism.
“Dengan adanya sports event seperti ini, bisa mendongkrak GDP sebenarnya dari 4% ke 6% dan membuka lapangan kerja yang sangat luar biasa besarnya,” kata Maya saat sesi Main Forum Indonesia Sport Summit 2025 di Indonesia Arena, Jakarta, Minggu (7/12/2025).
Maya pun mengungkapkan dengan sektor pariwisata yang didongkrak oleh sport tourism, bisa membuka lapangan pekerjaan sebanyak 30 juta hingga tahun 2029 mendatang,.
Dalam satu tahun, InJourney menyelenggarakan 540 event olahraga yang pastinya bisa mendatangkan wisatawan mancanegara. Contoh event yang berhasil menarik ribuan hingga ratusan pengunjung adalah F1 Powerboat & Aquabike Championship, Pocari Sweat The Run With A View, Borobudur Marathon, dan MotoGP Mandalika Series.
MotoGP Mandalika menjadi yang paling berhasil dalam hal total pengunjung dari keempat event besar tersebut, sports event berhasil dikunjungi oleh 140.324 pengunjung, dan memberikan dampak ekonomi sebesar Rp4,96 triliun.
“Kita tidak melihat ini hanya sebagai suatu event, tapi juga sebagai katalis pembangunan destinasi,” jelasnya.
Selain MotoGP Mandalika, Borobudur Marathon juga menjadi contoh keberhasilan terselenggaranya sports event di Indonesia dari sisi meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
“Kabupaten Magelang di tempat Borobudur ini, Desa Borobudur, ini sejak kami melakukan transformasi, ini peningkatan dan perputaran ekonomi dan economic growth year-on-year di Kabupaten Magelang ini sangat signifikan, meningkat hampir 10% which is higher than national average,” ungkap Maya.
Indonesia dengan keberagaman budaya dan kekayaan alam yang melimpah pun perlu memanfaatkannya sebagai nilai keunikan yang tidak dimiliki negara lain dalam hal menyelenggarakan sports event. Dengan memanfaatkan hal tersebut, peluang keberlanjutan sport tourism menjadi semakin besar, tidak hanya mengandalkan event-event internasional seperti MotoGP yang didatangkan ke Indonesia.
Seluruh pihak terkait perlu bekerja sama menggali potensi keunikan yang ditawarkan oleh alam Indonesia dan masyarakatnya, sehingga keunikan tersebut bisa diubah menjadi sebuah event yang bertaraf internasional.
“Dari 540 event mungkin event internasional yang kami bawa itu hanya segelintir, lainnya IP lokal yang diciptakan, dan ini akan sustainable. Kita harus melihat uniqueness, targeting-nya, positioning-nya, segmentation-nya, antara mass market dan special interest ini harus kita lihat,” tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, COO Danantara Indonesia Donny Oskaria, menyebut saat ini terjadi perubahan fundamental terkait dengan bagaimana masyarakat memandang sebuah pariwisata. Menurutnya, ada beberapa event internasional yang perlu direspons oleh Indonesia untuk dijadikan sebagai motor perekonomian, mulai dari exhibition, global forum, konser musik, hingga olahraga.
“Dari semua itu, sport menjadi magnet yang luar biasa. Sport tourism ini menjadi tidak lagi sebagai sebuah event swasta yang tujuannya hanya untuk ekonomi kecil, tetapi dia di dunia hari ini menjadi kebijakan sebuah negara,” kata Donny.
MotoGP Mandalika disebut memberikan dampak terhadap perekonomian secara signifikan, contohnya dari peningkatan okupansi hotel di Pulau Lombok yang meningkat hingga 93% selama periode balapan tersebut, serta memberikan Rp312 miliar terhadap perekonomian daerah di Nusa Tenggara Barat.
Namun, Donny menyoroti pentingnya aspek keberlanjutan dari terselenggaranya acara-acara olahraga tersebut. Ia pun menjelaskan beberapa model yang bisa dilakukan oleh Indonesia dalam menyelenggarakan event bertaraf internasional tersebut, sehingga seluruh pihak terkait dapat bekerja sama mendorong sport tourism untuk menjadi motor perekonomian.
“Umumnya di luar negeri event sports yang membutuhkan license fee yang cukup mahal ini dibiayai oleh negara. Ini terjadi di Singapura dan di negara lain, itu semuanya dibiayai oleh negara karena memang license fee besar dan yang mendapatkan manfaat daripada event itu adalah negara sebetulnya, banyak multiplier effect ekonominya,” ucapnya.
Ada pula model penyelenggaraan event secara hybrid, di mana negara melakukan intervensi untuk hal-hal yang bersifat besar dan penting, sementara pihak swasta berperan sebagai penyelenggara, partners, sponsor, dan lain sebagainya. Ada pula model penyelenggaraan yang murni dilakukan oleh pihak swasta.
“Tidak bisa sebuah event besar tidak dibawa dalam perspektif negara, pada akhirnya kita akan kalah berkompetisi. Artinya, keempat pilar tadi harus menjadi bagian daripada kebijakan pertumbuhan ekonomi suatu negara,” ujarnya.

Di satu sisi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta kementerian dan lembaga terkait lainnya, juga secara aktif mendorong dan mengembangkan sport tourism sebagai strategi dalam pertumbuhan ekonomi dan mempromosikan keunikan daerah.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri, mengatakan sektor pariwisata nasional terus menunjukkan momentum pertumbuhan yang kuat. Hingga akhir tahun 2025 ini, jumlah wisatawan diproyeksikan meningkat 18,89% untuk wisatawan Nusantara, dan 10,13% untuk wisatawan mancanegara jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dalam ekosistem kepariwisataan nasional, disebut terdapat banyak tema dan keunikan yang bisa dikembangkan.
“Dan salah satu yang paling menjanjikan adalah sport tourism. Secara global, olahraga telah terbukti menjadi magnet pariwisata yang sangat efektif. Survei Expedia menyebutkan bahwa 44% wisatawan rela berpergian ke luar negeri untuk menghadiri event olahraga yang mereka mau,” ungkap Widiyanti.
Dalam survei Expedia (2025) yang berjudul New Study: How to Win Big with Sport Tourism tersebut juga disebutkan wisatawan olahraga ini dikenal sebagai high spenders, di mana mereka rata-rata bisa mengeluarkan USD 1.500 per kunjungannya.
“Karena itulah Indonesia harus bergerak cepat dan strategis memanfaatkan potensi sports tourism kita,” lanjutnya.
Dari berbagai cabang olahraga yang ada, sepak bola menjadi yang paling potensial untuk dijadikan sebagai solusi cepat menjadi destinasi wisata olahraga. Apalagi, kecintaan masyarakat Indonesia terhadap olahraga tersebut juga sangat tinggi.
“Kita melihat contoh sukses dari berbagai negara tentang destinasi berbasis sepak bola, Anfield Stadium di Liverpool misalnya, stadium ini membuka stadium tur, museum, dan berbagai pengalaman. Hasilnya impresif, hampir 400.000 kunjungan pada tahun 2024 dan menjadi top 10% destinasi global ke TripAdvisor dan dinobatkan sebagai UK’S Best Landmark,” ucap Widiyanti.
Saat ini pemerintah juga tengah berupaya untuk melakukan transformasi fasilitas olahraga menjadi daya tarik wisata. Indonesia sendiri memiliki fasilitas olahraga ikonik yang tersebar di sejumlah daerah seperti Stadion Harapan Bangsa Aceh, Stadion Andi Mattalatta Makassar, Stadion Sriwedari Solo, dan juga Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
“Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Bandung sedang dikembangkan menjadi destinasi sports tourism kelas dunia melalui pembahasan antara Pemerintah Kota Bandung, DPRD Jawa Barat, dan World Bank,” jelasnya.
Event olahraga ataupun destinasi olahraga yang dikemas secara lebih atraktif pun dapat menjelma menjadi magnet wisata yang lebih memikat wisatawan. Salah satu komponen penting dalam mewujudkan potensi sports tourism ini adalah kolaborasi antarpihak.
“Indonesia ini memiliki peluang besar untuk menjadikan sports tourism sebagai mesin ekonomi baru,” tutupnya.
Sementara itu, seorang peneliti sports tourism dan juga akademisi dari Universitas Jambi Endarman, mengusulkan Indonesia bisa memanfaatkan kekayaan alam dan budayanya sebagai potensi keunikan yang ditawarkan kepada wisatawan mancanegara.
“Kami rasa sports tourism yang cocok itu adalah adventure and nature, karena kekayaan alam dan budaya kita di Indonesia, jadi kita mungkin bisa mengusung green sports tourism untuk Indonesia,” ucap Endarman.