Dalam tradisi Timur, orang yang lebih tua adalah sumber hikmah. Memberdayakan mereka bukan sekadar strategi sumber daya manusia, tapi bentuk adab dan keberkahan organisasi. Walau kebiasaan ini kadang juga tak dijalankan di semua negeri Timur.
Di Jepang, misalnya, dalam norma masyarakat, warga senior memang tetap harus dihormati. Namun, di dunia kerja para karyawan senior terkadang malah dipinggirkan dengan cara yang kadang juga bisa dibilang brutal.
Kondisi ini terjadi bukan karena niatan secara sadar. Di Jepang perusahaan-perusahaan dibatasi oleh nilai sosial dan aturan hukum yang membuat pemecatan karyawan menjadi sangat sulit. Secara historis, hal ini memicu fenomena madogiwazoku – yang bisa diterjemahkan bebas sebagai bahasa Indonesia sebagai suku atau kelompok yang duduk di dekat jendela.
Biasanya, karena sudah tidak diperlukan lagi jasanya, sedangkan perusahaan tidak dapat atau tidak ingin memecat mereka, maka karyawan di ambang masa pensiun ini akan diberikan tempat yang nyaman di dekat jendela untuk menghabiskan waktu kerja. Mungkin salah satunya dengan membaca koran hingga selesai jam kerja.
Namun, karena ekonomi Jepang harus menghadapi resesi selama bertahun-tahun, dan persaingan global yang semakin ketat, banyak perusahaan Jepang mendapati diri mereka memiliki lebih banyak staf yang harus segera di-PHK daripada yang bisa dapat ditampung di kursi dekat jendela.
Maka jalan agar bisa menyingkirkan karyawan yang sudah hampir berakhir masanya ini adalah dengan dibuat tak betah di kantor.
Istilahnya oidashibeya, merupakan madogiwazoku yang lebih ekstrem. Mereka, karyawan yang hampir kedaluwarsa, biasanya ditempatkan di sebuah ruangan, seringkali tanpa jendela, di mana mereka tidak perlu melakukan apa pun.
Sering kali, kartu nama mereka disita, dan mereka dipaksa melakukan tugas-tugas kasar yang membosankan, atau bahkan tidak diberi pekerjaan sama sekali. Tujuannya dengan ikatan dengan kolega dibatasi, pekerjaan dilucuti, maka karyawan yang ditempatkan di sana pada akhirnya akan berhenti karena malu dan bosan.
Begitulah, fenomena yang bisa jadi tanpa disadari juga terjadi di sekitar kita. Seiring waktu, karyawan senior, mulai minim diberdayakan. Tentu karena banyak alasan, dari perspektif kesehatan, hingga skill-nya yang sudah tidak kompatibel dengan zaman.
Ini yang bisa memicu kesalahan perusahaan-perusahaan zaman sekarang. Mereka kadang membuat perlakuan kurang bijak kepada karyawan yang hampir pensiun ini. Hal ini seharusnya juga tak perlu terjadi, jika sebuah organisasi bisnis bisa membuat perencanaan dan antisipasi atas perjalanan karier karyawan yang ada di dalamnya.
Dalam ruang filosofis perlu disadari, jika semua orang memahami tentang keseimbangan, dalam konteks hubungan antara yang senior dengan junior, antara yang tua dengan yang muda, maka yang muda wajib menghormati, sedangkan yang tua diperlukan bimbingannya. Dengan begitu, organisasi akan tumbuh dalam keseimbangan.
Karyawan senior bisa menjadi penjaga ingatan institusi, setidaknya dalam menggali hikmah saat perusahaan menghadapi masalah. Libatkan para senior ini dalam mentoring, dokumentasi proses, dan pelatihan generasi muda.
Pengalaman mereka adalah emas bagi perusahaan. Karenanya perlu dibentuk program reverse mentoring di mana mereka berbagi pengalaman, sementara belajar teknologi atau pendekatan baru, bisa dilakukan junior.
Seorang yang berpengalaman biasanya juga punya pendapat yang matang, tidak emosional. Maka perlu sering-sering melibatkan karyawan senior dalam penyusunan SOP, refleksi budaya kerja, atau menggali sejarah organisasi. Usia bukan penghalang, tapi perlu penyesuaian ritme dan tanggung jawab.
Karenanya peran strategis atau konsultatif yang tidak terlalu menuntut fisik harusnya bisa diberikan kepada karyawan senior, bukan malah dimasukkan kotak. Jika perlu berikan ruang untuk bekerja paruh waktu, remote, atau berbasis proyek.
Karyawan senior bisa menjadi penjaga etika, spiritualitas kerja, dan budaya gotong royong. Mereka akan pas jika dilibatkan dalam dalam forum reflektif, pembinaan karakter, atau kegiatan sosial kantor. Mereka adalah duta nilai yang menghidupkan semangat kerja yang bermakna. Jangan sia-siakan.