Realisasi PMA Menguat, tapi Butuh Kerja Ekstra Mengejar Target 2025

Realisasi investasi dari triwulan ke triwulan selalu tumbuh positif. Namun, setelah realisasi investasi asing sempat melambat di triwulan I-II, perlu kerja ekstra agar target sebesar hampir Rp 2.000 triliun di tahun ini dapat tercapai.

Realisasi PMA Menguat, tapi Butuh Kerja Ekstra Mengejar Target  2025

Realisasi investasi Indonesia hingga triwulan III-2025 mencapai Rp 1.434,3 triliun atau 75,3% dari target. Angka penanaman modal dalam negeri (PMDN) mendominasi realisasi dengan proporsi 55,1%. Namun, realisasi penanaman modal asing (PMA) di triwulan ketiga tumbuh lebih tinggi, yakni 4,8% setelah dua triwulan sebelumnya mengalami penurunan.

Realisasi investasi triwulan III-2025 mencapai Rp 491,4 triliun atau meningkat 2,8% dibandingkan triwulan sebelumnya. Capaian ini meningkat sebesar 13,9% secara tahunan (y-on-y). Akumulasi total realisasi investasi hingga triwulan III telah mencapai Rp 1.434,3 triliun, atau setara dengan 75,27% dari target tahunan. Untuk bisa mencapai target investasi tahun 2025 sebesar Rp 1.905,6 triliun, realisasi investasi di triwulan IV minimal sekitar Rp 471 triliun. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan III.

Kenaikan investasi PMA di triwulan III tahun ini sebesar 4,8% juga diikuti penyerapan tenaga kerja lebih banyak. Sebanyak 28,1 ribu tenaga kerja masuk ke dalam proyek-proyek PMA atau naik 12,9% dibandingkan triwulan II. Sektor-sektor terkait Industri Logam, Pertambangan, Industri Kimia dan Farmasi, Transportasi Gudang, dan Jasa lainnya menjadi sektor yang mendapatkan suntikan PMA dengan porsi terbesar. Lebih dari 50% realisasi PMA digelontorkan untuk mendukung lima sektor tersebut.

Meski secara keseluruhan realisasi investasi domestik dan asing menunjukkan kinerja yang positif, pencapaian realisasi PMA menghadapi tantangan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, realisasi PMA Indonesia selama triwulan I-III justru menurun sebesar -1,4% (y-on-y).

Penurunan realisasi PMA juga tercermin dari tren lima negara utama investor yang masuk ke Indonesia. Singapura, misalnya, yang rata-rata investasi tahun-tahun sebelumnya mencapai 5 miliar dollar AS per kuartal, kini hanya berkisar 4 miliar dollar AS per kuartal. 

Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang sempat mencatatkan rata-rata 2 miliar dollar AS per kuartal, kini menunjukkan realisasi yang tidak lagi mencapai angka tersebut di setiap triwulan. Penurunan signifikan juga terlihat pada posisi Jepang, yang sejak triwulan II 2025 tidak lagi masuk dalam daftar lima besar negara dengan realisasi PMA tertinggi di Indonesia.

Singapura menjadi negara dengan realisasi investasi PMA tertinggi berturut-turut di tiga triwulan pertama tahun 2025, dengan nilai 4,6 miliar dollar AS (triwulan I), 4,2 miliar dollar AS (triwulan II), dan 3,8 miliar dollar AS (triwulan III). Diikuti oleh Hong Kong dan RRT yang menempati posisi kedua dan ketiga dengan nilai yang stabil di sekitar 2 miliar dollar AS dan 1 miliar dollar AS.

Meski realisasi PMA tahun ini masih rendah dibandingkan tahun 2024, peningkatan yang terjadi di triwulan ketiga ini menunjukkan minat investor asing untuk masuk ke Indonesia mulai pulih. Daya tarik berinvestasi di Indonesia masih ada. Terutama dari investor utama seperti Singapura dan RRT.

Diperlukan strategi yang lebih agresif untuk mencapai realisasi PMA triwulan IV minimal Rp 471 triliun. Pemulihan kepercayaan investor asing harus dilakukan dengan menyederhanakan regulasi dan mempercepat layanan perizinan.

Juga dengan promosi investasi yang lebih tertarget kepada negara-negara yang sedang mengalami penurunan nilai realisasi investasi di Indonesia. Upaya ini penting tidak saja untuk mengejar target, tetapi juga untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.