Proyek Sampah Menjadi Listrik Dibutuhkan Untuk Kurangi Darurat Sampah dan Penuhi Kebutuhan Energi Terbarukan

Proyek sampah menjadi listrik sangat dibutuhkan untuk mengurangi darurat sampah dan memenuhi kebutuhan energi terbarukan.

Proyek Sampah Menjadi Listrik Dibutuhkan Untuk Kurangi Darurat Sampah dan Penuhi Kebutuhan Energi Terbarukan
Petugas mengolah sampah organik di Pusat Pengolahan Organik (PPO) Djarum Oasis, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/11/2025). Bakti Lingkungan Djarum Foundation lewat program PPO memastikan mampu mengolah sampah organik sebanyak 50 ton per hari dan hasil pengolahan sampah organik tersebut dijadikan pupuk kompos untuk didistribusikan kepada masyarakat serta program penghijauan. ANTARA FOTO/Nirza/agr/YU

Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lain dalam hal pemanfaatan sampah menjadi sumber energi listrik, padahal wacana tersebut sudah muncul 11 tahun lalu. Proyek sampah menjadi listrik sangat dibutuhkan untuk mengurangi darurat sampah dan memenuhi kebutuhan energi terbarukan.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengajak para pengusaha untuk menjadi investor proyek Pengolahan Sampah jadi Energi Listrik (PSEL) atau waste to energy (WTE). Nantinya, lanjut Zulkifli, investor itu bisa menggandeng Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Ia menjamin proses perizinannya bisa berjalan dengan cepat. Setidaknya, prosesnya bisa selesai dalam waktu 3 bulan setelah pengajuan. Proses perizinan dipermudah pasca terbitnya Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025.

“Prosesnya perizinan akan dipercepat, proyek pengolahan sampah jadi energi listrik ini harus jadi,” ujar dia dalam acara CNBC Waste to Energy Investment Forum 2025, di Menara Bank Mega, Jakarta (19/11).

Ia menambahkan, salah satu syarat agar proyek ini untung adalah pasokan sampah minimal 1.000 ton karena sudah sesuai standar pengolahan.

Zulkifli mengatakan, dirinya memberikan dukungan terhadap percepatan proyek PSEL di berbagai daerah, termasuk PSEL Tangerang Selatan (Tangsel) sebagai salah satu proyek prioritas. 

Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie,menegaskan dukungan penuh pemkot terhadap pelaksanaan proyek. Berdasarkan Surat Penunjukan Pemenang Lelang (SPPL) pada April 2025, pihaknya telah menetapkan pihak konsorsium swasta yang akan bertindak sebagai pelaksana pekerjaan.

Pelaksana proyek tersebut, PT Indoplas Energy Hijau (IEH) - anak usaha OASA - bersama mitra teknologinya melalui joint venture PT Indoplas Tianying Energy, menyampaikan kesiapan teknis untuk memasuki tahap pembangunan.

Tidak Hanya Melihat Profit Semata

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) meminta agar proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (waste to energy) tidak dijalankan semata-mata dengan orientasi keuntungan (profit). KLH menilai proyek ini merupakan kebutuhan mendesak negara dalam mengatasi darurat sampah, sehingga idealisme lingkungan harus ditempatkan sebagai prioritas utama.

Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara KLH Edward Nixon Pakpahan mengatakan, pendekatan profit justru akan menghambat percepatan implementasi teknologi pengolahan sampah.

"Kalau hanya bicara profit, maka proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik ini tidak akan berjalan,” ujar dia.

Ia meminta semua pihak, baik Danantara sebagai pelaksana teknis maupun calon investor, untuk tidak terlalu fokus pada profit.

Danantara Mendukung Proyek PSEL

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) memastikan dukungannya terhadap program unggulan pemerintah yakni Waste To Energy atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Indonesia.

Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja menyebutkan Program Waste to Energy (WtE) yang didukung Perpres 109/2025 sebagai terobosan untuk mengatasi isu darurat sampah di Indonesia.

Danantara berfokus dalam pengembangan WtE lewat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PSEL) yang menggunakan teknologi dan investasi yang tepat tidak hanya mengolah sampah namun juga bertujuan mengurangi gas rumah kaca, menghemat lahan, dan menghasilkan solusi energi bersih.

Danantara juga berperan dalam melakukan tender untuk masing-masing PSEL di setiap kota dan daerah yang sudah siap untuk membangun WtE dan saat ini sudah ada 4 kota yang siap memulai tender program WtF yakni Bogor, Bekasi, Denpasar dan Yogyakarta.

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menuturkan Indonesia telah memasuki fase mendesak penanganan sampah.Indonesia memproduksi 56 juta ton sampah per tahun, namun hanya 40% yang dikelola sementara 60% dibuang ilegal.

"Sumber sampah terbesar berasal dari rumah tangga dan pasar, terutama plastik dan sisa makanan," ujar dia

PSEL dianggap solusi hilir yang langsung menekan volume sampah.Namun, pembenahan kebijakan dan pendanaan menjadi tantangan. Eddy menyoroti lemahnya kapasitas fiskal pemda.

Eddy menilai carbon credit dapat menambah keekonomian proyek, sehingga investor semakin tertarik.

Baca selengkapnya