Pangkas Suku Bunga, BI Beri Sinyal Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poins menjadi sinyal bahwa bank sentral sedang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pangkas Suku Bunga, BI Beri Sinyal Dorong Pertumbuhan Ekonomi
(Dari kiri ke kanan) Jajaran Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) Deputi Gubernur BI Aida S Budiman, Deputi Gubernur BI Doni P Joewono, Gubernur BI Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti, Deputi Gubernur BI Juda Agung, dan Deputi Gubernur BI Filianingsih, dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (18/6/2025). Foto: Dokumentasi BI

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Juli 2025 pada Rabu (16/7/2025) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poins menjadi 5,25 persen. Keputusan ini mengindikasikan BI ingin meniupkan angin segar dorongan pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi yang lesu.

Ini merupakan kali kedua BI menurunkan tingkat suku bunga acuan. Pada Januari 2025 tingkat suku bunga acuan pada posisi 5,75 persen. Penurunan suku bunga acuan pertama sebesar 25 basis poins pada Mei 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat inflasi yang masih terjaga, pihaknya melihat ada ruang untuk menurunkan suku bunga sehingga memberi stimulus pada pertumbuhan ekonomi.

Mengutip data BI, tingkat inflasi pada Juni 2025 sebesar 1,87 persen secara tahunan. Angka ini masih di dalam kisaran sasaran BI yakni 1,5 persen - 3,5 persen.

"Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus didorong di tengah prospek perekonomian global yang melemah," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan berada dalam kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen didukung oleh permintaan domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang positif pasca perundingan tarif dengan pemerintah AS. Adapun pada triwulan pertama 2025 pertumbuhan ekonomi pada level 4,87 persen secara tahunan.

Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.

Salah satu upaya BI mendorong laju pertumbuhan ekonomi adalah dengan melalui kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Stimulus perekonomian

Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyambut baik keputusan BI menurunkan suku bunga acuan. Pemangkasan suku bunga acuan akan mendorong likuiditas lebih banyak berputar dan daya beli masyarakat akan terjaga dengan baik.

"Harapannya, sektor konsumsi mengalami penguatan dan menjadi momentum untuk menjaga pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen pada kuartal ketiga 2025 ini," ujar Ajib dihubungi Rabu (16/7/2025).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menilai bahwa penurunan BI Rate ini akan memiliki dampak signifikan dalam menurunkan biaya modal bagi dunia usaha. "Secara teoritis, penurunan BI Rate sebesar 25 bps ini akan mendorong suku bunga kredit perbankan turun, sehingga mengurangi biaya pinjaman bagi perusahaan dalam mendanai kegiatan investasi maupun ekspansi bisnisnya," katanya kepada Suar, (16/7/2025).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede (Dokumentasi Pribadi)

Ia menambahkan bahwa sektor-sektor yang sangat sensitif terhadap biaya modal, seperti manufaktur, konstruksi, properti, dan otomotif, akan merasakan dampak yang lebih besar.

Menurut Josua, penurunan biaya modal ini dapat meningkatkan arus kas perusahaan dan profitabilitas proyek-proyek baru, sekaligus memberikan insentif bagi perusahaan untuk merealisasikan investasi yang sebelumnya tertunda. Namun, ia mengingatkan bahwa keputusan investasi tetap bergantung pada ekspektasi permintaan dan prospek bisnis secara keseluruhan.

Ia juga melihat bahwa langkah BI ini mengindikasikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah.

Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan moderat di sekitar 4,8 persen hingga akhir 2025, didorong oleh pulihnya optimisme bisnis pasca-perjanjian dagang antara Indonesia dan AS serta meredanya ketegangan geopolitik global.

"BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut sebanyak 25-50 basis poins hingga akhir tahun," ujarnya, mengacu pada inflasi domestik yang terjaga dan rupiah yang relatif stabil. Meskipun demikian, langkah BI ke depan akan tetap berhati-hati, bergantung pada dinamika kebijakan moneter The Fed dan aliran modal asing.

Ekonom Senior & Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan, penurunan sukua bunga akan menjadi stimulus bagi sektor riil.

BI, menurut Ryan, menyokong pemulihan dan penguatan ekonomi ketika sinyal-sinyal pelemahan sudah terasa atau terlihat. Sinyal itu antara lain seperti Indeks Belanja Manager (Purchasing Managers Index/PMI) Juni 46,9 persen. Indeks di bawah 50 mengindikasi dunia usaha manufaktur tengah kontraksi, sementara di atas 50 mengindikasikan sebaliknya.

Ryan menambahkan, stabilnya posisi nilai tukar rupiah juga menjadi tambahan pertimbangan BI karena valuasi rupiah terhadap dolar AS sudah priced-in dengan perkembangan faktor global dan domestik. Maka turunnya BI rate diharapkan mampu menjadi stimulus untuk perbankan agar menyesuaikan bunga kredit searah dengan BI Rate sehingga mendorong permintaan kredit.

"Semoga langkah dovish BI yang pro economic growth dan tetap pro stability tersebut diikuti oleh perbankan untuk melandaikan suku bunga simpanan dan kredit secara terukur guna mendorong permintaan kredit supaya sektor riil lebih bergairah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya," ujar Ryan.

Ekonom Senior & Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto. (Dokumentasi pribadi)

Keputusan penurunan BI Rate ini disambut baik oleh pelaku industri perbankan. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan dukungan penuh terhadap langkah BI ini.

Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengatakan, keputusan BI sebagai langkah yang akomodatif di tengah kondisi inflasi yang tetap terkendali serta stabilitas nilai tukar yang terjaga.

"Kebijakan ini menjadi sinyal kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung," katanya kepada Suar, (16/7/2025)

Sebagai tindak lanjut, Bank Mandiri berkomitmen untuk memperkuat fungsi intermediasi dengan menyalurkan pembiayaan secara sehat dan selektif ke sektor-sektor strategis. Iswara menambahkan, "Penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan akan dilakukan secara terukur, dengan mempertimbangkan strategi bisnis, kondisi likuiditas internal, serta dinamika pasar, " ujar Ashidiq.