Menteri Berganti, Koperasi Merah Putih Berjalan dengan Pasti

Menteri Koperasi yang baru, Ferry Juliantono Ferry memastikan akan melanjutkan tongkat estafet dan mempertahankan program program prioritas yang sudah ada termasuk program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih).

Menteri Berganti, Koperasi Merah Putih Berjalan dengan Pasti
Menteri Koperasi Ferry Juliantono (kanan) bersama pejabat lama Budi Arie Setiadi (kiri) menunjukkan berita acara serah terima jabatan di Kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Daftar Isi

Ferry Juliantono resmi naik satu anak tangga menjadi Menteri Koperasi yang baru, pada Selasa (9/9/2025). Ia menggantikan Budie Arie Setiadi yang terkena reshuffle kabinet pada 8 September 2025.

Dalam pidatonya, selain menyampaikan apresiasi, Ferry – yang sebelumnya menjabat wakil menteri – memastikan akan melanjutkan tongkat estafet dan mempertahankan program program prioritas yang sudah ada termasuk program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih).

“Program warisan yang baik akan tetap dipertahankan dan akan ditingkatkan kinerjanya,” ujar Ferry usai proses serah terima jabatan di Auditorium Kementerian Koperasi, Selasa siang (9/9/2025).

Selain itu, ia juga akan mendorong pengesahan Undang Undang Sistem Perkoperasian Nasional sebagai pengganti aturan yang lama. Aturan tentang koperasi yang berlaku sampai saat ini adalah UU Nomor 25 Tahun 1992. Ferry menilai, aturan lama tersebut harus diperbaharui karena masih ditemukan kelemahan, terutama menyangkut koperasi simpan pinjam.

Ferry akan melakukan konsultasi dengan Menteri Keuangan untuk membicarakan anggaran kementeriannya. Dia mengharapkan adanya kenaikan pagu lantaran program yang dijalankan cukup besar.

Ferry Joko Juliantono dikenal sebagai seorang teknokrat, aktivis, birokrat dan politisi Partai Gerindra. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Massa DPP Partai Gerindra 2020-2025.

Pria kelahiran 27 Juli 1967 ini merupakan ahli dalam bidang pengembangan ekonomi kerakyatan dan koperasi. Ia pernah pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Syarikat Islam (SI) periode 2021-2026, dan Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Padjajaran (IKA Unpad) 2024-2028.

Sebelumnya, ketika Budie Arie Setiadi masih menjadi Menteri Koperasi, ia mengusulkan tambahan anggaran tahun 2026 menjadi Rp 7,85 triliun untuk mendukung program-program prioritas seperti Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.

Sejumlah pihak menilai, jumlah pagu anggaran Kemenkop pada 2026 sebesar Rp 937,04 miliar dinilai belum cukup untuk mendukung program Kopdes Merah Putih. Mereka menganggap pendirian koperasi tidak akan efektif dan justru menciptakan makelar.

Sementara itu, Budi Arie sempat menuai kontroversi saat namanya disebut dalam kasus judi online. Selepas dicopot, Budi Arie Setiadi mengaku akan kembali aktif dalam mendukung organisasi yang dulu membesarkannya, Projo, yang terdiri dari relawan pendukung Joko Widodo.

"Semua pasti baliklah, yang pasti balik adalah pulang ke rumah," kata Budi.

Namun demikian, ia menegaskan akan memberikan dukungan penuh kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Tata kelola baik

Merespons penggantian menteri ini, pakar koperasi sekaligus CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (Inkur) Suroto menekankan pentingnya otonomi dan tata kelola yang baik dalam pembentukan 80.000 Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang ditargetkan selesai tahun ini.

“Keberhasilan banyak koperasi di berbagai belahan dunia terletak pada pengakuan terhadap kemandirian, otonomi,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (9/9).

Suroto menambahkan, koperasi seharusnya dijaga dengan tata kelola yang aktif. Lalu, ada program pendidikan koperasi bagi anggota dan masyarakat. Selain itu, koperasi harus dikembangkan berdasarkan organisasi yang solid.

Adapun Koperasi Desa Merah Putih diluncurkan pada 7 Juli 2025, antara lain, untuk meningkatkan ketahanan pangan. Modal untuk membentuk koperasi ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Daerah, dan Desa, serta sumber lain yang sah sesuai ketentuan perundang-undangan.

Ada berbagai jenis unit usaha yang bisa dikembangkan Kopdes Merah Putih. Sebutlah, apotek, klinik, unit usaha simpan pinjam, kantor koperasi, pengadaan sembako, pergudangan atau cold storage, dan logistik.

Selain itu, menurut Suroto, lembaga ini juga dapat menjalankan usaha lain yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat setempat.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, sekaligus Ketua Satgas Nasional KDMP, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa koperasi akan menjadi sarana distribusi, pemberdayaan petani dan nelayan, sekaligus pemutus rantai tengkulak dan rentenir.

Para pengelola Koperasi Merah Putih sebetulnya bisa belajar koperasi lain yang selama ini bisa berkembang dengan baik. Menurut Suroto mencontohkan beberapa koperasi yang berhasil di Indonesia:

  • Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI): Koperasi ini didirikan secara swadaya dan terus dikembangkan secara konsisten lewat pendidikan anggota. GKKI beranggotakan 4,6 juta orang dan memiliki aset sebesar Rp 48 triliun. Salah satu tokoh awalnya adalah Margono Djojohadikusumo, yang merupakan kakek dari Presiden Prabowo Subianto
  • Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) yang menaungi sekitar 900 koperasi simpan pinjam (credit union) dengan aset terkonsolidasi Rp 46 triliun adalah contoh sukses koperasi yang lahir dari swadaya, solidaritas, dan pendidikan. Model ini terbukti tangguh bahkan tanpa sokongan besar dari negara.
  • Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) lahir dari pengalaman kolektif para pedagang warteg di Jabodetabek. Dalam tekanan inflasi dan persaingan usaha, para pemilik warteg membentuk komunitas sebagai ruang gotong-royong. Berawal dari paguyuban keluarga dan tetangga sekampung, Kowantara kini berbadan hukum dengan lebih dari 10.000 anggota.