Selamat berakhir pekan.
Berikut informasi seputar tren yang sedang ramai dibahas di publik.

Koneksi Cak Eri Tumbuh di Lapangan Tenis
- Mayoritas tamu VIP di ballroom sebuah hotel pasca gelaran Roundtable Decision SUAR sore itu masih saling bercakap-cakap ketika tim SUAR masuk ke dalam pusaran untuk mewawancarai Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. Biasa mengurus salah satu kota tersibuk di tanah air, Cak Eri, demikian ia biasa disapa, tampak lebih santai ketika ia ditanya tak lagi sekadar urusan kota. Bahkan lebih semangat lagi ketika kami bertanya soal salah satu kegemarannya: bermain tenis. Tenis, menurut Eri, bukan hanya menyehatkan badan.
“Olahraga jadi cara paling efektif untuk menambah teman dan koneksi,” kata Cak Eri di Jakarta, Kamis (11/12).

Selanjutnya baca di sini.

Pertunjukan Musik Pianis Berbakat oleh Nayla A. Salwa dengan tajuk Promenade dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 13 Desember 2025, di Balai Resital Rajasa, Jakarta Selatan, pukul 16.30 WIB. Pertunjukan ini akan menampilkan karya-karya J.S. Bach, Chopin, Taffanel, Faure, hingga Mussorgsky. Nayla tidak sendiri, pertunjukan pianonya akan berkolaborasi bersama Ryaon Regasa Karetji (flute) dan Darlene Tiziana Darmadi (ballerina) untuk menampilkan ekspresi dan imajinasi dalam berbagai bentuk. Informasi terkait dengan pertunjukan ini dapat langsung diakses lebih lanjut melalui media sosial Instagram Jakarta Conservatory.
The Founder5 kembali hadir dengan sekuel bertajuk "The Founder5 II: Unfinished Business" yang akan digelar pada Minggu, 14 Desember 2025 di Istora Senayan. Setelah sukses besar pada gelaran pertamanya, acara ini kembali membawa tiga pilar utama komedi, yaitu Stand-Up Comedy, Improv Comedy, dan Sketch Comedy. Dengan format yang lebih megah dan materi yang lebih tajam, pertunjukan ini akan menampilkan seluruh anggota The Founder5, termasuk Radit, Pandji, Isman, Ernest, dan Ryan, yang berkolaborasi penuh dalam segmen improvisasi dan sketch comedy yang penuh kejutan. Acara ini turut menyajikan pengalaman komedi yang lebih dinamis dan berbeda dari tahun sebelumnya.

Bersiap atas Pengadilan Publik yang Sadis
- Baru-baru ini, Indonesia digaduhkan dengan masalah sepele, tapi bikin heboh seluruh negeri. Masalah tumbler atau botol minum seharga Rp300.000 yang hilang di gerbong kereta, ternyata bisa membikin publik menghabiskan waktu di sosial media untuk sekadar membaca komentar, atau malah beradu argumen terkait kelakuan seorang wanita yang mengeluh kehilangan tumblernya. Akibat aduan via daring itu, seorang pegawai di PT KAI kabarnya kena pecat, memicu protes ratusan warga di intenet. Mereka ramai-ramai mengecam PT KAI dan sang wanita pengadu. Tenaga pun tambah terbuang percuma ketika didapati fakta, tumbler itu tidak hilang.
- Kemarahan semakin intens, merembet ke mana-mana. Sebagai antisipasi, perusahaan tempat sang wanita itu bekerja pun memecat sang karyawan yang dianggap memicu kegaduhan dan berpotensi merusak nama perusahaan. Cerita pun berakhir pilu bagi sang wanita pengadu. Ia mendapati dirinya terhempas, hancur. Dan tak hanya dirinya, pasangannya juga mendapat kecaman warga. Begitulah fenomena publik modern yang kini lebih banyak melakukan interaksi melalui sosial media. Interaksi yang masif dan sangat cepat, juga sadis itu, kini berfungsi sebagai pengadilan publik yang bisa berdampak fatal ketika ada individu yang menjadi musuh bersama. Begitulah fenomena cancel culture berkelindan di kehidupan kita.

Selanjutnya baca di sini.