Kompak, Wali Kota Berbagai Daerah Bantu Bencana Sumatra

Wali Kota berbagai daerah di Indonesia bergerak membantu korban bencana banjr di Sumatra.

Kompak, Wali Kota Berbagai Daerah Bantu Bencana Sumatra
Penyerahan bantuan kebutuhan korban bencana alam di Sumatra yang digagas oleh Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) awal Desember lalu. (Foto: Humas Apeksi)

Pemerintah kota di berbagai daerah yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) memberikan bantuan kepada korban bencana di tiga provinsi di Sumatra.

Berbagai bantuan tersebut diantaranya mulai dari membuka posko, menggalang bantuan, mengirim personel dan lainnya, sebagai refleksi solidaritas kemanusiaan yang tumbuh dari empati dan solidaritas.

Hal tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut surat imbauan Ketua Apeksi sekaligus Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi kepada seluruh wali kota anggota, sekaligus melaksanakan surat edaran Menteri Dalam Negeri kepada Kepala Daerah tentang kerangka koordinasi.

"Surat ini menjadi penguat penyelarasan informasi dan penyaluran bantuan. Dana dari kas APEKSI juga langsung disisihkan untuk kerja cepat. Namun di lapangan, gerak solidaritas kota-kota telah lebih dulu berjalan, lahir dari kesadaran bahwa bencana di satu wilayah adalah urusan bersama. Dengan atau tanpa pemberitaan, aksi kemanusiaan berjalan."

Di Provinsi Aceh, Wali Kota Banda Aceh sekaligus Wakil Ketua APEKSI Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim, Illiza Sa’aduddin Djamal, selalu berada di lapangan dan secara rutin memperbarui situasi kepada sesama pemimpin kota.

“Di Kota Banda Aceh, banjir masih bisa kami tangani. Tapi bantuan yang dibutuhkan masyarakat Aceh saat ini adalah akses, listrik, bahan bakar, alat berat. Terutama untuk wilayah lain yang terisolir karena bencana,” kata Ilzabeliau dalam salah satu komunikasinya.

Illiza bahkan merekomendasikan dan memobilisasi bantuan ke Langsa dan Lhokseumawe, wilayah yang terdampak cukup parah, sembari terus berjibaku memastikan pemulihan layanan dasar, termasuk kepastian pasokan listrik, di Kota Banda Aceh. Di Sumatra Utara, Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas, selaku Ketua Komisariat Wilayah I APEKSI, menghadapi situasi yang tidak kalah kompleks.

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal, Wakil Ketua APEKSI, tak kenal siang dan malam, panas maupun hujan, terus berada di lapangan memastikan bantuan bagi warga terdampak di kotanya dan kota/kabupaten sekitar. Selain kebutuhan pokok, Illiza juga fokus pada ketersediaan pasokan bahan bakar dan listrik. (Foto: Humas Apeksi)

Dari 24 kota anggota Komwil I, 16 kota terdampak bencana. Di tengah segala keterbatasan, koordinasi lintas kota terus diupayakan dengan fokus memastikan bantuan dapat menjangkau wilayah-wilayah yang paling membutuhkan tanpa tumpang tindih.

Wali Kota Bukittinggi sekaligus Wakil Ketua APEKSI Bidang Hukum dan Advokasi, Ramlan Nurmatias, juga bergerak di wilayah Sumatra Barat. Ia pun turun langsung di wilayah terdampak dan hadir bersama masyarakat. Sejumlah pemimpin kota yang lain melakukan hal serupa.

Dukungan yang digerakkan pun beragam, mulai dari pengerahan pemadam kebakaran, alat berat, tenaga medis, hingga petugas kebersihan. Bantuan tersebut tidak hanya menjangkau kota-kota terdekat seperti Padang Panjang, tetapi juga meluas ke Kabupaten Agam serta sejumlah kabupaten dan kota tetangga lainnya.

Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, yang juga Wakil Ketua APEKSI tengah menggalang dan menyerahkan langsung bantuan dana, barang, berbagai alat berat, personil kesehatan, sekaligus membawa sumbangan berbagai pihak swasta dan masyarakat di kotanya bagi sejumlah kabupaten dan kota tetangganya. (Foto : Humas Apeksi)

Balai kota disulap jadi Posko Bantuan

Di luar wilayah terdampak, sejumlah balai kota berubah menjadi posko solidaritas.

Warga datang membawa bantuan, komunitas ikut terlibat dalam pengemasan logistik, dan pemerintah kota membuka ruang agar partisipasi publik dapat berjalan tertib dan tepat sasaran.

Di Kota Surabaya, Balai Kota difungsikan sebagai posko pengumpulan bantuan, menjadi titik temu warga yang ingin menyalurkan kepedulian mereka kepada saudara-saudara di Sumatra.

Bantuan dikirim dengan pesawat Hercules lewat LANUD. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, adalah Ketua Dewan Pengurus APEKSI, sementara Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, adalah Ketua Komisariat Wilayah IV APEKSI. Dari Lampung, dukungan bergerak dalam skala lintas provinsi.

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal, Wakil Ketua APEKSI mengunjungi korban bencana alam di Aceh awal Desember lalu. (Foto: Humas Apeksi)

Beberapa penyaluran bantuan diantaranya:

  • Dalam kerja sama dengan BPBD Provinsi Jawa Timur, lebih dari dua ton beras dan bantuan yang dikirim Pemkot Surabaya ke Sumatra melalui kargo di awal Desember.
  • Kota Malang dan Kota Batu juga mengambil peran serupa. Pemerintah kota membuka ruang penggalangan bantuan bersama warga, komunitas, dan relawan, lalu mengirimkan dukungan logistik ke wilayah terdampak di Sumatra sejak awal Desember.
  • Pemerintah Kota Bandar Lampung memberangkatkan bantuan menuju beberapa wilayah terdampak sekaligus, memastikan logistik dapat menjangkau daerah yang membutuhkan.
  • Kota Mojokerto yang turut menggalang bantuan dan secara langsung mengirimkan ke wilayah-wilayah terdampak bencana
  • Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, bergerak bersama para wali kota lainnya. Mereka mengumpulkan dana dan mendistribusikan ke kota-kota terdampak melalui koordinasi dengan Sekretariat APEKSI.
  • Kota Bekasi, misalnya, memilih mengirimkan tenaga medis untuk memperkuat layanan kesehatan di wilayah terdampak, Kota Depok mengirimkan relawan PMI dan 100 kantong darah untuk kebutuhan medis di lapangan.

“Kami kirimkan 12 truk logistik berupa kasur, selimut, pakaian yang benar-benar layak, sembako, kebutuhan anak, sampai pakaian dalam baru. Juga uang sebesar Rp 350jt/provinsi. ASN kami gerakkan. Semua melakukan dengan senang karena semangat kemanusiaan. Kalau semua dikerjakan sama-sama, akan lebih ringan,” kata Wali Kota Bandar Lampung sekaligus Wakil Ketua APEKSI Bidang Pemerintahan dan Otonomi, Eva Dwiana.

Dari luar Sumatra, hal serupa dilakukan oleh Kota Mojokerto yang turut menggalang bantuan dan secara langsung mengirimkan ke wilayah-wilayah terdampak bencana.

"Jadi bukan lagi tentang besar kecil kota, atau sedikit banyak pemberian, melainkan dari kesediaan untuk hadir dan berbagi," Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, adalah Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial di APEKSI.

Apeksi mengantarkan bantuan berupa satelit Starlink ke beberapa wilayah lokasi Bencana. Sebanyak 5 unit starlink dan beberapa generator listrik sampai hari ini masih beroprasi secara mobile di bbrp titik di Aceh dan Sumatra Utara. (Foto: Humas Apeksi)

Dukungan kolektif juga datang dari sembilan kota di Pulau Kalimantan yang masuk dalam Komisiariat Wilayah V yaitu Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kota Palangka Raya, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Bontang, dan Kota Tarakan.

Ketua Komwil V sekaligus Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, bergerak bersama para wali kota lainnya. Mereka mengumpulkan dana dan mendistribusikan ke kota-kota terdampak melalui koordinasi dengan Sekretariat APEKSI.

Berbagai upaya tersebut menunjukkan bahwa kota-kota anggota APEKSI bergerak sesuai kapasitas masing-masing, namun dengan tujuan yang sama yaitu membantu sesama di saat dibutuhkan.

“Semua kota bergerak. Ada yang langsung bergerak sendiri, ada juga yang bersama lewat APEKSI. Di sosial media kami juga sebutkan, ‘tak usah saling tunggu, mari saling bantu’, mengingat setiap menit adalah berharga bagi warga terdampak. Di sekretariat, kami terus berkoordinasi dengan para wali kota yang berada di titik lokasi, khususnya Dewan Pengurus, dan meng-update situasi maupun kebutuhan wilayah terdampak kepada para wali kota lainnya secara berkala,” kata Alwis Rustam, Direktur Eksekutif APEKSI.

Anak-anak muda yang tergabung dalam Apeksi Muda turut berkontribusi membantu korban bencana alam di Sumatra. (Foto: Humas Apeksi)

APEKSI Muda berkontribusi

Orang Muda Turut Tanggap Dalam beberapa kasus, tantangan utama bukan hanya ketersediaan bantuan, tetapi keterisolasian wilayah. Untuk itu, APEKSI turut menyalurkan lima unit koneksi internet satelit bertenaga surya ke wilayah seperti Aceh dan Sumatra Utara, terutama di Kota Langsa.

Setiap pembukaan akses komunikasi di jalur terisolasi, bantuan makanan dan kebutuhan dasar juga disertakan, agar dukungan hadir secara utuh.

Uniknya inisiatif ini banyak didorong, bahkan dikerjakan bersama orang-orang muda penggerak perubahan (Youth City Changers) di berbagai kota yang tergabung dalam APEKSI Muda.

Mereka bergerak di kotanya, namun juga menyasar kabupaten terdekat yang situasinya lebih parah, seperti yang dilakukan oleh YCC Binjai dan Medan ke Kabupaten Tamiang.

Staf APEKSI sedang mengaktifkan telepon satelit/Starlink saat berada di lapangan. Perangkat ini diserahkan kepada APEKSI Muda Kota Binjai agar dapat digunakan di wilayah terdampak, terutama Kab. Aceh Tamiang. (Foto: Humas Apeksi)

Ada juga YCC Jambi yang menempuh perjalanan darat ke Kota Solok, berkoordinasi dengan relawan-relawan muda setempat.

“Waktu kami sampai ke Kota Solok, banjir sudah surut. Dari Posko di Kantor Balai Kota, kami ke salah satu kelurahan terdampak dan berbincang dengan warga. Kami melihat sawah yang terendam lumpur dan kegelisahan petani akan gagal panen,” kata perwakilan Apeksi Muda.

Dari Kota Solok, mereka bergerak ke Kota Padang. Berkolaborasi dengan pemuda setempat, sehingga bantuan juga bisa diberikan ke Batu Busuk dengan berjalan kaki. Jumlahnya memang tidak banyak, namun semangat mereka, dan cerita-cerita yang mereka bagikan kepada sesama orang muda, makin mengasah kepedulian pada kota dan pada kemanusiaan.

Sementara di Sekretariat APEKSI, para pemagang muda yang tergabung dalam APEKSInternship selalu siap memantau dan mengupdate informasi wilayah terdampak dan catatan-catatan penting lainnya terkait respons bencana. Bagi APEKSI, rangkaian respons ini bukan sekadar catatan kegiatan darurat, melainkan cerminan praktik pemerintahan kota yang saling menopang. Dalam situasi bencana, yang paling utama bukan siapa yang paling menonjol, melainkan bagaimana kota-kota hadir bersama, menjaga keterbukaan, dan memastikan bahwa tidak ada wilayah yang merasa sendirian.

Kesadaran ini menjadi bagian tak terpisahkan yang direfleksikan oleh 98 Kota Anggota APEKSI dalam APEKSI Outlook di Kota Bandar Lampung, 20 Desember 2025.