Lupakan Sejenak Likuiditas Ketat, Bankir Top Main Ketoprak

Tak ada yang menyangka, pemeran di atas panggung itu merupakan deretan top bankir di Indonesia yang menjelma menjadi para tokoh dalam lakon bertajuk Ketoprak Finansial “Pangeran Samber Nyowo”. 

Lupakan Sejenak Likuiditas Ketat, Bankir Top Main Ketoprak
Direktur BCA Vera Eve Lim (kiri) dan Antonius Widodo Mulyono berpartisipasi dalam pementasan seni tradisional Ketoprak Financial bertajuk “Pangeran Samber Nyowo” di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), pada Rabu (30/7). (Foto: Humas BCA)
Daftar Isi

Di bawah gemerlap sorot panggung Gedung Kesenian Jakarta (31/7), sebuah pertunjukan ketoprak dimainkan dengan apik. Tak ada yang menyangka, pemeran di atas panggung itu merupakan deretan bankir top di Indonesia. Mereka menjelma menjadi para tokoh yang malam itu memainkan lakon bertajuk Ketoprak Finansial “Pangeran Samber Nyowo”

Para bankir kenamaan itu nampak menjiwai peran sebagai tokoh bangsawan Jawa lengkap dengan lantunan dialog berbahasa Jawa. Mereka menyatu dengan para pemain teater dan seniman panggung sungguhan yang ikut berperan sebagai tokoh figuran dalam pentas tersebut. 

Mengenakan beskap hitam lengkap dengan blangkon, dan keris di pinggangnya, Direktur Bank BCA Antonius Widodo Mulyono rela meninggalkan rutinitas padat untuk menyuarakan nilai-nilai luhur budaya lewat pertunjukkan teatrikal yang memikat. 

Ia didapuk memerankan Raden Mas Said, KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal sebagai pangeran Sambernyawa. Sang Pangeran dengan penuh keberanian memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Selain Antonius Widodo, beberapa pejabat dunia keuangan dan lembaga negara turut meramaikan panggung pertunjukan ketoprak ini. Di antara mereka, tampak Suwandi Wiratno (Ketua Umum APPI), Aviliani (Komisaris Utama Allo Bank), dan Fathan Subchi (Anggota BPK RI). 

Jajaran direksi dari sektor perbankan dan asuransi seperti Vera Eve Lim (Direktur BCA), Achmad K. Permana (Komisaris Utama Allianz Syariah), serta Tribuana Tunggadewi (Direktur BSI). 

Mereka tampil percaya diri menunjukkan kemampuan akting mereka di atas panggung. 

Pementasan yang digarap oleh sutradara Aries Mukadi ini diproduseri secara eksekutif oleh Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group. 

Menyukai sejarah 

Ditemui di sela sesi latihan, Antonius Widodo mengatakan kisah ini merupakan cerita favoritnya di masa kecil karena ia sangat menyukai sejarah. 

‘’Ketoprak itu reflected dengan masa kecil saya, di mana saya menonton ketoprak waktu sekolah kebetulan di Jawa Tengah waktu itu sangat populer dan banyak pertunjukan,” ucap Antoni kepada SUAR. 

Lakon ketoprak ini, kata dia, mengangkat kisah sejarah Kerajaan Mataram Islam yang penuh gejolak. Bermula dari kejayaan di Kota Gede, kekuasaan Mataram berpindah ke Pleret, Kartasura, hingga akhirnya ke Surakarta. 

Pada masa pemerintahan Amangkurat IV, ketegangan memuncak saat pengaruh VOC Belanda mulai mencengkeram dalam urusan keraton.

Tiga tokoh utama dari keturunan Amangkurat IV—Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi, dan Pangeran Arya Mangkunegara (ayah Raden Mas Said)—terpecah pandangan. 

Raden Mas Said, dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, bersama Mangkubumi, memimpin perlawanan terhadap VOC dan istana yang telah tunduk pada pengaruh asing.

Perlawanan itu berujung pada Perjanjian Giyanti (1755), yang memecah Mataram menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Namun, Raden Mas Said terus berjuang hingga akhirnya tercapai Perjanjian Salatiga (1757), yang memberinya wilayah Mangkunegaran dengan gelar Mangkunegara I.

“Lakon ini bukan sekadar hiburan, tapi pengingat akan perjuangan bangsawan Jawa melawan kolonialisme, intrik kekuasaan, dan usaha menjaga kedaulatan dalam bayang-bayang penjajahan,” kata Antoni.

Pementasan ini menjadi tahun kedua bagi sang direktur BCA, ia menyebutkan jika ini menjadi kolaborasi antara sektor keuangan dan jurnalis yang dikemas lewat kesenian tradisional. 

 Pementasan seni tradisional Ketoprak Financial bertajuk “Pangeran Samber Nyowo” di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), pada Rabu (30/7) (Doc: BCA)

Menyatukan Stakeholder 

Pemimpin Redaksi Infobank, Eko B Supriyanto, menjelaskan bahwa Ketoprak Finansial merupakan wadah untuk menyatukan stakeholders dari sektor keuangan untuk mementaskan kesenian dengan tujuan sosial. 

‘’Kita kumpulkan mereka jadi satu, agar mereka secara chemistry bisa saling support kalau ada problem. Karena industri ini betul-betul bersaing dengan sehat bisa saling menolong, tetapi ini adalah sebenarnya kegiatan ekstra dari perbankan,’’ kata Eko. 

Pentas kesenian ini didirikan sejak 2004 yang terdiri dari dua, yaitu Ketoprak Jurnalistik dan Ketoprak Finansial. Pementasan ini selalu diperankan oleh berbagai tokoh terkenal dari bidang, mulai dari Gubernur BI hingga pemimpin redaksi media nasional. 

Menurut Eko, jadwal padat menjadi tantangan untuk menyatukan para pejabat ini. “Mereka bisa digantikan sementara oleh orang lain, sehingga proses latihan tetap berjalan seperti biasa,” kata dia. 

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno berharap, melalui pementasan ini penonton bisa mendapatkan hiburan lewat lakon yang dibawakan bersama dengan pemain lainnya.

Dalam pementasan Pangeran Samber Nyowo, ia yang berperan sebagai pimpinan jenderal Belanda yang sudah lama menjadi sahabat bagi warga pribumi. 

“Pementasan ini kita harapkan bahwa siapa pun yang menontonnya mendapatkan suatu hiburan, bisa ketawa, stress relax. Tapi di lain sisi, oh, ini lho budaya Indonesia. Oh, ini lho cerita-cerita tentang sejarah Indonesia karena yang kami tayangkan pada kali ini,” ujar Suwandi. 

Suara gamelan Jawa dan sinden mengiringi penonton yang hadir di aula pertunjukkan sampai menuju tempat duduk mereka. Tepat pukul 20.00 WIB, lampu mulai redup dan akhirnya gelap, menandakan pertunjukan segera dimulai. 

 Pementasan seni tradisional Ketoprak Financial bertajuk “Pangeran Samber Nyowo” di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), pada Rabu (30/7) (Doc: BCA)

Galang dana

Dalam sambutannya, Eko juga melontarkan kritik terkait dengan pembekuan akun bank yang mengundang gelak tawa dari penonton yang hadir pada malam itu.

“Saya bingung sama kerajaan di sini. Rekening pasif diambil negara, tanah nganggur diambil negara, istri nganggur dua bulan masa diambil negara?”

Pementasan ini juga dihadiri oleh Mangkunegara X yang merupakan keturunan langsung dari Pangeran Sambernyawa.

Selain lakon ketoprak, acara ini juga bagian dari penggalangan dana untuk biaya pendidikan anak tidak mampu di jenjang kuliah. Untuk tahun ini, ujar Eko, Ketoprak Finansial berhasil menggalang dana Rp100 juta dari seluruh hasil penjualan tiket pementasan. 

Jika ingin berdonasi sambil melestarikan kebudayaan, Ketoprak Financial bisa menjadi rekomendasi untuk tontonan yang mengedukasi sekaligus menghibur. 

Melalui acara ini penonton bisa mengenal kebudayaan yang mulai terlupakan oleh kalangan banyak, akibat tergerus modernisasi.

Beberapa tokoh penting turut ambil bagian dalam kegiatan ini, termasuk Rita Mirasari yang menjabat sebagai Direktur Bank Danamon, Yuanita Rohali selaku Presiden CFO Club Indonesia, Fransisca Nelwan Mok dari Bank ICBC Indonesia, Juanita Luthan dari NobuBank, serta Lisawati yang menduduki posisi Komisaris di Bank Ganesha. Selain itu, hadir pula Rudiantara sebagai Komisaris Utama DANA dan Evi Afiatin dari Sucofindo.

Figur lainnya yang terlibat di antaranya adalah Dumasi MM Samosir dari Asuransi Sinar Mas, Anggar B Nuraini sebagai Deputi Komisioner OJK, Direktur Utama Bank Kalbar Rokidi, akademisi UGM M Edhie Purnawan, serta Susy Meilina dari MNC Sekuritas.

Nama-nama lain yang turut disebutkan adalah Kusumaningtuti dari SMBC Indonesia, Nicolaus Prawiro dari Asuransi Cakrawala Proteksi, Jemmy Atmadja dari Asuransi Maximus, dan Daniel Hartono dari FIF Group.

Dari kalangan media, tampak beberapa jurnalis senior hadir, antara lain Tomi Aryanto dari Tempo, Eko B. Supriyanto dan Karnoto Mohamad dari Infobank, serta Maria Y. Benyamin dari Bisnis Indonesia

Baca selengkapnya