Karena overthinking di tempat kerja, jadi sakit kepala? Hati-hati dengan gejala ini, apalagi, saat diperiksakan ke dokter, tidak ditemukan penyebab secara fisik, seperti gangguan tekanan darah atau masalah saraf. Bisa jadi ini merupakan gejala psikosomatis, sakit secara fisik, namun penyebabnya dari dalam diri, atau mental yang sedang menurun.
Psikosomatis merupakan gangguan kejiwaan yang berpengaruh pada tekanan jasmani seseorang, seperti sakit kepala, nyeri punggung, masalah pencernaan, dan kelelahan akibat stres mental karena beban kerja berlebih yang biasa dialami karyawan kantoran, kecemasan, hingga depresi. Gejala ini muncul karena stres emosional dan mental memicu respons fisik di tubuh, yang seringkali memengaruhi performa kerja, hubungan sosial, dan kesehatan jangka panjang.
Bisa dikatakan, gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana beban pikiran bisa berdampak pada kondisi tubuh hingga memicu penyakit.
Dan hingga saat ini belum ada penjelasan secara pasti, bagaimana persisnya pikiran dapat menyebabkan gejala mempengaruhi penyakit fisik.
Dalam tinjauan filosofis, psikosomatis adalah hubungan timbal balik antara jiwa (psyche) dan tubuh (soma) yang memengaruhi satu sama lain, di mana pikiran dan emosi dapat bermanifestasi sebagai gejala fisik. Filosofi Barat klasik sering kali memandang jiwa dan raga sebagai entitas yang terpisah (dualisme). Sebaliknya psikosomatis membantah pandangan ini, karena menunjukkan bahwa kondisi mental dapat menciptakan gejala fisik, meskipun tidak ada kelainan organik yang mendasarinya.
Mengutip teori Peter Bertocci, seorang filsuf Amerika, terdapat korelasi antara ilmu, agama dan gangguan psikis dalam hubungannya dengan gejala psikosomatis ini. Karenanya, gangguan psikosomatis bukan sekadar masalah medis, melainkan cermin dari ketidakseimbangan batin. Filosofi mengajarkan bahwa kesehatan sejati lahir dari harmoni tubuh, pikiran, dan jiwa. Dengan mengintegrasikan pendekatan medis, psikologis, dan filosofis, seseorang dapat mengurangi gejala sekaligus menemukan makna lebih dalam dalam hidup.
Secara sederhana, kesehatan fisik yang menurun akibat stres perlu dicari solusinya, agar situasi itu tak sering terulang atau berkepanjangan. Di lingkungan perkantoran, karyawan level staf, bisa membicarakan dengan atasannya untuk mengurangi beban kerja berlebih (overload).
Jika setelah beban kerja dikurangi, tapi stres masih menghinggapi, bisa jadi akar masalahnya bukan pada beban kerja. Dalam beberapa kasus, akar masalah dari munculnya psikosomatis ini adalah karena pekerjaan yang tak sesuai dengan minat. Maka, cari pekerjaan yang sesuai minat agar badan jadi sehat dan jiwa tenang.
Namun jika gejala seperti ini menghinggapi karyawan tingkat menengah dan atas, bisa saja pengidapnya ambil istirahat sejenak, cuti panjang jika perlu. Dalam masa cuti itu, segala permasalahan kantor dan pekerjaan secara total dihindari. Ini bertujuan menyegarkan kembali saat kembali ke pekerjaan.
Psikosomatis bukan sekadar penyakit pikiran, melainkan bukti nyata keterhubungan antara mental dan fisik. Karyawan dapat terhindar dari gejala ini jika perusahaan dan individu sama-sama aktif membangun keseimbangan: karyawan menjaga kesehatan mental pribadi, sementara organisasi menciptakan budaya kerja yang sehat dan suportif.