Demi mencari konsumen lebih banyak, Kelompok Ternak Madu Nirun Mandiri Sejahtera sejak 2023 mantap bergabung di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Di sana, kumpulan peternak madu ini mendapatkan fasilitas mendirikan mini farm. Ini semacam etalase buat memasarkan produk madu mereka, yang dikenal dengan julukan madu Pelabo – jenis madu asli dari Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Belitung.
Ya, mencari pasar baru, itulah tujuan utama para pembudidaya madu di ini. Setidaknya, dengan membuka lahan peternakan kecil di KEK Tanjung Kelayang, pengunjung di bisa langsung melihat dan mencicipi produk madu mereka. “Wisatawan yang diajak ke mini farm biasanya membeli madu kami, walaupun quantity-nya masih belum skala besar,” ungkap Sutrisno, Ketua Kelompok Ternak Madu Nirun Mandiri Sejahtera.
Kelompok Ternak Madu Nirun Mandiri Sejahtera ini sudah berdiri sejak tahun 2020, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa Keciput. “Namun untuk legalitas kami juga sudah ada SK Kemenkumham (akta notaris). Untuk lahan budidaya lebah kami menggunakan lahan perhutanan sosial (hutan desa),” kata Sutrisno.
Saat ini status Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) ini sudah di kelas platinum dan memiliki lahan izin pengelolaan kurang lebih 13 hektare.
Tanjung Kelayang merupakan KEK yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016. Lokasinya terletak di Desa Tanjong Tinggi, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Kawasan ini merupakan zona eksklusif yang dikhususkan bagi pengembangan industri pariwisata.
Sutrisno mengakui, menjadi bagian dari KEK Tajung Kelayang adalah strategi untuk memudahkan pihaknya dalam pemasaran produk serta membuka peluang kerjasama lainnya dengan pihak lain. Terutama dalam pemasaran produk serta pengembangan kegiatan edu ekowisata.
“Kami sangat mengharapkan adanya dukungan dalam peningkatan produksi dengan menyediakan rumah produksi yang layak agar produksi madu dapat berjalan dengan maksimal,” katanya.
Anggota kelompok tani ini juga berharap ada pengembangan atau peningkatan SDM melalui kegiatan pelatihan budidaya lebah yang bersertifikasi ataupun kegiatan studi tiru, agar dapat membuka wawasan dalam menjaga kelestarian alam melalui kegiatan budidaya lebah madu ini.
“Selain itu juga kami harapkan adanya pembiayaan untuk pengembangan budidaya lebah madu. Tentunya itu kami harapkan untuk mendukung dan meningkatkan kapasitas produksi madu kami agar lebih maksimal,” kata Sutrisno.
Pemberdayaan UMKM hingga konservasi lingkungan
Seperti kita ketahui, demi mempercepat pembangunan ekonomi secara merata, pemerintah telah melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan terobosan berupa pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) di berbagai wilayah yang dipercaya bisa mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan daya saing tinggi.
Namun, KEK memang tak sekedar sebagai zona produksi dengan segala macam fasilitas yang diberikan pemerintah. KEK menjadi semacam ekosistem baru yang didukung oleh komunitas yang saling melengkapi.
Plt Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Rizal Edwin Manansang menegaskan, agar KEK bisa mengungkit perekonomian secara optimal, juga perlu melibatkan UMKM dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Kinerja KEK yang positif juga diharapkan akan berdampak ke sekitarnya. ”Semua ini yang menumbuhkan ekonomi lokal secara nyata,” ungkap Edwin.
Pemerintah juga perlu mendorong penggunaan tenaga kerja lokal melalui kerjasama antara pengelola KEK, dinas ketenagakerjaan, dan lembaga pelatihan, sehingga kebutuhan industri dapat diisi oleh SDM dari daerah sekitar.
“Selain itu juga dilakukan link and match dengan pendidikan vokasi, agar kurikulum dan pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan industri di KEK,” ungkapnya.
Direktur KEK Tanjung Kelayang, Daniel Alexander, mengakui, agar bisa menumbuhkan ekonomi di lingkungan kawasan secara langsung, pihaknya perlu menggandeng banyak UMKM. Saat ini KEK Tanjung Kelayang sudah bekerjasama dengan produsen batik Sepiak, nama bagi corak batik lokal Belitung,

KEK Tanjung Kelayang juga mendorong petani madu untuk bisa melakukan kegiatan komersil mereka, kegiatan pengenalan produk mereka atau edukasi mereka, di kawasan ekonomi khusus Tanjung Kelayang, tanpa kita pungut biaya. “Jadi mereka bisa jualan itu lumayan revenue-nya, untuk per hari lumayan sekali mereka dapat,” ungkap Daniel.
Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam kelompok ini menyediakan aktivitas pengenalan keanekaragaman hayati, khususnya perlindungan tarsius, primata endemik di Pulau Belitung.
Selain itu, menurut Daniel, pihaknya berkolaborasi dengan komunitas Arsel, atau komunitas Air Selumar, yang mengelola hutan kemasyarakatan Bukit Peramun. Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam kelompok ini menyediakan aktivitas pengenalan keanekaragaman hayati, khususnya perlindungan tarsius, primata endemik di Pulau Belitung.
Kelompok ini mengelola kegiatan melihat tarsius liar, dengan para ranger lokal. “Menariknya mereka juga menyediakan kegiatan afternoon tea, yang sudah dikemas dengan sangat baik,” kata Daniel
Jadi, jika dulunya komunitas Arsel jualan tiket harian per orang itu sekitar Rp 10.000-an, dan mengandalkan mass tourism datang, sekarang mereka bisa fokus ke special interest activity, yang dijual paketnya Rp 2 juta setengah. “Hanya yang melihat itu lebih tersegmen, dan lebih terbatas. Juga penghasilan yang mereka dapatkan secara bulanan jauh lebih besar daripada mereka mengandalkan mass tourism,” papar Daniel.
Manajemen KEK Tanjung Selayang juga aktif di Belitung UNESCO Global Geopark, membantu agar Belitung UNESCO Global Geopark itu bisa terus mendapatkan awareness dari publik.
Saat ini kita KEK Tanjung Selayang sedang mendorong publikasi bahwa Belitung punya Belitung UNESCO Global Geopark. “Kita mengundang jurnalis dari luar negeri juga, agar mereka bisa mengenal bahwa Belitung itu punya lho, sebuah geopark yang sudah diakui oleh UNESCO,” jelas Daniel
Menyesuaikan generasi
Soal merawat warisan budaya, KEK Singhasari di Malang, Jawa Timur dalam proses bisnisnya terkait pengembangan wisata juga selalu membawa spirit yang bertema culture and heritage. Namun pendekatannya lebih ke unsur yang menyesuaikan gairah generasi saat ini.
“Pengembangan pariwisata jika hanya fokus pada ke-kuno-an, maka menjadi tidak menarik bagi milenial dan Gen Z. Perlu pendekatan kekinian dan itu adalah dengan pemanfaatan teknologi digital,” kata Corporate Secretary and General Manager BUPP KEK Singhasari, Kriswidayat Praswanto.

Dengan membingkai pariwisata yang bertema culture and heritage, maka akan jauh lebih menarik dan informatif serta tertanam dalam pikiran bawah sadar pengunjung atau wisatawan.
Sebagai KEK yang bergerak di sektor industri kreatif digital, yaitu animasi, videografi, sinematografi, dan coding, yang notabene skala bisnisnya adalah UMKM, maka para penyewa KEK Singhasario kebanyakan adalah UMKM yang berasal dari Malang Raya. Saat ini ada 15 industri kreatif digital dengan skala UMKM yang berkegiatan di KEK Singhasari.
DI sisi lain, kegiatan di KEK Singhasari mempunyai multiplier effect ke masyarakat sekitar dan pelaku UMKM, antara lain usaha kos berkembang. Penyedia kebutuhan pokok seperti warung, kedai, depot, usaha laundry pun berkembang pesat. Penjual berbagai barang yang keliling maupun PKL menjadikan KEK Singhasari sebagai magnet usaha mereka.
Secara umum, masyarakat sekitar KEK Singhasari sangat mendukung keberadaan KEK Singhasari. “Dan sampai saat ini tidak pernah terjadi gesekan dengan masyarakat sekitar atau lokal,” kata Kriswidayat.
Kolaborasi triple helix
Peran sedikit berbeda dilakukan KEK Banten atau D-HUB SEZ yang memosisikan sebagai fasilitator yang menjembatani universitas internasional, inkubator lokal, dan venture capital global. Modelnya adalah triple helix: akademisi, bisnis, dan pemerintah berkolaborasi di satu kawasan.
“Universitas menyediakan riset dan talenta, inkubator memberi akselerasi, sementara investor menyediakan modal, semua difasilitasi oleh ekosistem D-HUB SEZ,” kata Chief of Corporate Sales & Marketing D-HUB SEZ Dian Asmahani.

Dian menambahkan, dalam D-HUB SEZ, pendidikan terjalin erat dengan kerangka ekonomi, memastikan aliran talenta yang berkesinambungan untuk membangun tenaga kerja Indonesia yang berdaya saing global, demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Institusi pendidikan di D-HUB SEZ fokus pada vokasional dan pendidikan tinggi internasional yang langsung terhubung dengan industri. “Talenta Indonesia tidak hanya siap kerja, tapi siap bersaing di level global,” katanya.
Pihak D-HUB SEZ juga menyiapkan ekosistem inklusif bagi para investor global untuk membawa standar, teknologi, dan jejaring. Sedangkan para pelaku usaha lokal – termasuk startup lokal – membawa pemahaman pasar, kreativitas, dan adaptasi cepat.
Kolaborasi ini didorong melalui kemitraan riset, inkubator, dan co-creation antara global tenants dan pemain lokal. “Dengan model ini, D-HUB SEZ bukan hanya menjadi tempat bagi perusahaan internasional, tetapi juga menjadi jembatan bagi pemain lokal untuk naik kelas dan go global,” kata Dian.
Mukhlison, Gema Dzikri, dan Dian Amalia