Inovasi Pengembangan Minyak Jelantah Jadi Avtur Ramah Lingkungan

PT Pertamina (Persero) resmi memproduksi bioavtur/Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku campuran Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah, inovasi yang dilakukan Pertamina ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi bersih dan pengurangan emisi.

Inovasi Pengembangan Minyak Jelantah Jadi Avtur Ramah Lingkungan
Sampel produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku campuran used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah yang ditampilkan di acara Lifting Perdana Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) di KIlang Pertamina RU IV CIlacap, Jawa Tengah, Selasa (12/8/2025). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.

PT Pertamina (Persero) resmi memproduksi bioavtur berbahan baku campuran used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah. Inovasi produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dilakukan Pertamina ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi bersih dan pengurangan emisi.

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memproduksi SAF dengan menerapkan standar tinggi. Pengiriman perdana Pertamina SAF pun dilakukan pada (12/8) setelah melalui rangkaian pengujian kualitas di Laboratorium KPI Unit Cilacap dan Lemigas.

Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mengatakan, SAF merupakan salah satu produk energi hijau, sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi masalah sampah minyak jelantah.

“Pertamina berhasil mengolah minyak jelantah menjadi bahan baku energi ramah lingkungan. Ini menjadi bukti nyata bahwa karya anak bangsa sangat luar biasa,” ujar dia di sela kegiatan lifting perdana SAF di Kilang Pertamina Cilacap (12/8).

Proses produksi dilakukan dengan Katalis Merah Putih yang merupakan hasil formulasi Pertamina bersama ITB. Produk SAF ini diklaim telah memenuhi standar internasional ASTM D1655 dan Defstan 91-091, menjadikan Pertamina SAF sebagai produk pertama di Asia Tenggara yang bersertifikat resmi.

Pertamina juga berhasil menginisiasi dan menjajaki seluruh ekosistem SAF yang telah tersertifikasi.

General Manager KIlang RU IV Cilacap Wahyu Sulistyo Wibowo (kanan), menjelaskan proses produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), pada acara Lifting Perdana Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) di KIlang Pertamina RU IV CIlacap, Jawa Tengah, Selasa (12/8/2025). KPI resmi melakukan lifting atau pengiriman perdana produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), berbahan baku campuran Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah untuk penerbangan pesawat Pelita AIr Services dengan rute Jakarta-Denpasar. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.

Sementara itu, Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan bahwa kandungan minyak fosil dalam bentuk produk SAF sekitar 97%, kapasitas produksi SAF di Kilang Cilacap mencapai sekitar 1.200 kiloliter per hari dengan campuran 3% minyak jelantah.

“Jadi kebutuhan minyak jelantah sementara sekitar 40 kiloliter per hari bisa memproduksi Pertamina SAF kurang lebih 1.200 kiloliter,” ujar dia.

Pengumpulan minyak jelantah dilakukan dengan dua metode. Yaitu, secara ritel melalui stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan secara grosir melalui asosiasi pengumpul.

Kualitas minyak jelantah Indonesia terbaik

Ketua Asosiasi Pengumpul Jelantah untuk Energi Baru Terbarukan Indonesia (APJETI) Matias Tumanggor menuturkan, potensi jelantah Indonesia cukup besar dan memiliki kualitas terbaik nomor satu di dunia.

Ia mengapresiasi pemerintah yang sudah memanfaatkan potensi minyak jelantah sebagai bioavtur dan termasuk produk ramah lingkungan.

“Saat ini, penggunaan jelantah kebanyakan untuk bahan baku lilin. Sekarang sudah dimanfaatkan untuk bioavtur dan sudah ada kemajuan,” ujar dia kepada SUAR (14/8/2025).

Pekerja membawa Bendera Merah Putih dan bendera Pertamina saat mengontrol operasional unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (13/8/2025). Unit RFCC itu merupakan salah satu unit baru yang dibangun di proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang direncanakan akan beroperasi pada Triwulan 4 tahun 2025 guna meningkatkan kapasitas pengolahan dan kualitas produk BBM yang dihasilkan menjadi setara euro 5 dengan kapasitas produksi unit pengolahan residu mencapai 90 ribu barel per harinya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.

Namun, pemanfaatan minyak jelantah dalam negeri masih dihadapkan pada tantangan, yaitu pelaku usaha yang ilegal.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya sedang menyiapkan strategi untuk melahirkan pelaku usaha yang teredukasi.

Peluang SAF cukup tinggi

Pengamat ekonomi Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan mengatakan, peluang dari pengembangan SAF, di antaranya, permintaan domestik dan pasar internasional yang tinggi, potensi dan alternatif bahan baku domestik yang tersedia, serta dukungan kebijakan pemerintah dan global untuk penggunaan SAF sebagai bahan bakar rendah karbon.

Oleh karena itu, ia mengharapkan ada langkah selanjutnya. Yakni, mengembangkan peta jalan bioavtur untuk penerbangan komersial dan mendorong produksi bioavtur dalam skala industri dengan harga keekonomian yang terjangkau.

“Sebagai upaya transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE), penggunaan bioavtur wajib diapresiasi. Ini kemajuan yang sangat menggembirakan. Konsumen juga tidak perlu khawatir, karena standar bioavtur sama dengan avtur konvensional, sama-sama berstandar internasional,” ujar dia.

Baca selengkapnya