Catatan dari Dunia Perbankan Indonesia Sepanjang 2025

Rangkuman peristiwa penting dan berdampak di industri perbankan selama 2025.

Catatan dari Dunia Perbankan Indonesia Sepanjang 2025
Foto: Gints Gailis / Unsplash
Daftar Isi

Geliat sektor perbankan yang tangguh dan menorehkan kinerja cemerlang sepanjang tahun 2025 menjadi salah satu fondasi kesehatan sektor keuangan di Indonesia, khususnya di tengah ketidakpastian global. Membuka kembali rekam peristiwa selama satu tahun, SUAR mencatat 16 peristiwa signifikan yang menjadi tengara sektor perbankan tahun ini, sekaligus menjadi titik tolak navigasi bisnis perbankan ke depan.

Januari 2025

Bank Indonesia memangkas suku bunga 25 basis poins (bps) menjadi 5,75%

Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 Januari 2025 mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poins menjadi 5,75%, suku bunga deposit facility menjadi 5,00%, dan suku bunga lending facility menjadi 6,50%. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, meskipun menimbulkan keterkejutan dan akselerasi penyesuaian pasar pada awal tahun, mengingat penurunan terakhir terjadi pada September 2024.

  • Penyaluran Kredit : Rp7.782 triliun (+10,27% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp8.879,2 triliun (+5,51% YoY)

Februari 2025

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit perbankan melesat di angka 10,3% year-on-year (YoY)

Bank Indonesia dan OJK mencatat kredit perbankan tumbuh sekitar 10,3% year-on-year pada bulan Februari 2025, menunjukkan kinerja intermediasi perbankan yang berada dalam tren positif di awal tahun. Pertumbuhan kredit ini didukung peningkatan permintaan korporasi, dengan kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi (14,62%), diikuti kredit konsumsi (10,31%), dan kredit modal kerja (7,66%).

  • Penyaluran Kredit : Rp7.782 triliun (+10,27% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp8.879 triliun (+5,51% YoY)

Maret 2025

OJK mencatat kredit perbankan mulai melambat ke tingkat 9,16% YoY

OJK mencatat kredit perbankan tumbuh 9,16% mencapai Rp7.908 triliun, sedikit melambat dibandingkan Februari, tetapi tetap dalam tren ekspansi. Kredit investasi masih menjadi kontributor utama pertumbuhan. OJK menengarai perlambatan terjadi bukan hanya karena faktor internal perbankan, melainkan juga tekanan eksternal. Meski demikian, diversifikasi profil debitur berimbang antara korporasi dan UMKM menunjukkan portofolio tetap prudent dan adaptif.

  • Penyaluran Kredit : Rp7.908 triliun (+9,16% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.010 triliun (+4,75% YoY)

April 2025

Bank-Bank Perkreditan Rakyat memulai proses merger

Sejumlah Bank Perkreditan Rakyat mencatatkan aksi korporasi berupa merger untuk melakukan penguatan permodalan. BPR Saudaraku melakukan penggabungan usaha dengan BPR Karunia Dewata terhitung 17 April 2025, sementara BPR DP TASPEN Jawa Tengah bergabung ke dalam PT. BPR DP TASPEN untuk memperkuat permodalan. Keputusan ini sejalan dengan dorongan OJK agar BPR melakukan konsolidasi melalui merger atau akuisisi untuk memenuhi modal inti minimum.

  • Penyaluran Kredit : Rp7.908 triliun (+9,16% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.010 triliun (+4,75% YoY)

Mei 2025

Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 5,50%

Bank Indonesia melanjutkan pelonggaran moneter dengan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poins menjadi 5,50%, diikuti suku bunga deposit facility menjadi 4,75% dan suku bunga lending facility menjadi 6,25%. Dalam RDG bulan ini, BI menyoroti kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito lebih tinggi dari yang dipublikasikan, sementara suku bunga kredit relatif tinggi, yaitu sebesar 9,19% pada April 2025.

  • Penyaluran Kredit : Rp7.960 triliun (+8,43% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.047 triliun (+4,55% YoY)

Juni 2025

Suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS Rate) untuk simpanan rupiah turun 25 bps menjadi 4,00%

LPS Rate menurunkan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah menjadi 4,00% sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter BI dan memberi sinyal agar perbankan menurunkan suku bunga deposito, sehingga biaya dana dapat ditekan.

Bank DKI resmi melakukan perubahan nama dan logo menjadi PT. Bank Jakarta

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta mengubah nama Bank DKI menjadi Bank Jakarta sebagai bagian dari rebranding dan reposisi bisnis. Selain mempertegas kepemilikan, perubahan identitas menjadi bagian dari upaya Bank Jakarta memperluas jangkauan bisnis dan meningkatkan daya saing di luar segmen bank daerah pada umumnya.

  • Penyaluran Kredit : Rp8.059 triliun (+7,77% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga: Rp9.329 triliun (+6,96% YoY)

Juli 2025

Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,25%

Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poins menjadi 5,25%, diikuti suku bunga deposit facility sebesar 4,50% dan suku bunga lending facility sebesar 6,00%. Dalam RDG bulan ini, BI menyoroti perilaku bank yang cenderung berhati-hati menyalurkan kredit di tengah DPK yang tumbuh 6,96% YoY pada Juni 2025. Akibatnya, bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard).

  • Penyaluran Kredit : Rp8.043 triliun (+7,03% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.294 triliun (+7,00% YoY)

Agustus 2025

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,00%

Bank Indonesia menurunkan kembali suku bunga acuan sebesar 25 basis poins menjadi 5,00%, diikuti suku bunga deposit facility sebesar 4,25% dan suku bunga lending facility sebesar 5,75%. Penurunan suku bunga relatif masih lambat, tercatat 9,16%, relatif sama dengan bulan sebelumnya. Di sisi lain, permintaan pelaku usaha belum kuat dan masih menggunakan pembiayaan internal bagi usahanya.

Baca juga:

Turunnya BI Rate Mendorong Pertumbuhan saat Fed Rate pun Akan Turun
Keputusan ini menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa lebih melaju dengan mempertimbangkan kecenderungan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) juga akan menurunkan suku bunga (Fed Fund Rate/FFR).

Bank Bukopin berganti nama menjadi Bank KB Indonesia

Bank Bukopin resmi berganti nama menjadi Bank KB Indonesia, yang mempertegas integrasi Bank Bukopin ke dalam ekosistem KB Financial Group dari Korea Selatan, sekaligus menjadi sinyal penguatan struktur permodalan dan arah bisnis jangka panjang.

  • Penyaluran Kredit : Rp8.075 triliun (+7,56% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.386 triliun (+8,51% YoY)

September 2025

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 4,75%

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poins menjadi 4,75%, mencetak preseden penurunan suku bunga sebesar 150 bps selama 1 tahun sejak September 2024, sekaligus mencapai tingkat suku bunga acuan terendah sejak masa pemulihan pascapandemi Covid-19 pada tahun 2022.

Dalam RDG bulan ini, BI menyoroti akibat lambatnya pertumbuhan kredit menyebabkan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar, tecermin dari rasio undisbursed loan Agustus 2025 yang mencapai Rp2.372,11 triliun atau 22,71% dari plafon kredit tersedia. Karenanya, sekalipun minat penyaluran kredit membaik, tingginya suku bunga masih menahan peningkatan permintaan kredit lebih lanjut.

Baca juga:

BI Rate Turun 3 Bulan Beruntun, Tegaskan Otoritas Moneter Pro Pertumbuhan
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poins. Ini tegaskan sikap BI yang pro pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Keuangan memindahkan dana Sisa Anggaran Lebih Rp200 triliun untuk Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BSI

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan pemindahan dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) milik pemerintah di Bank Indonesia ke 5 bank milik negara, yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BSI. Pemindahan dana ini bertujuan menambah likuiditas, menstimulus permintaan kredit, sekaligus meningkatkan minat sektor swasta untuk mempercepat belanja.

  • Penyaluran Kredit : Rp8.163 triliun (+7,70% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.695 triliun (+11,18% YoY)

Baca juga:

Mengawal Injeksi Rp 200 Triliun sampai Tepat Sasaran
Menteri Keuangan Purbaya Sadewa memindahkan Rp200 triliun kas negara dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) untuk diinjeksikan ke sistem keuangan Indonesia guna mendorong perekonomian.

Oktober 2025

LPS menurunkan suku bunga penjaminan simpanan rupiah 25 bps menjadi 3,50%

LPS kembali menurunkan tingkat suku bunga penjaminan simpanan rupiah ke 3,50%, level terendah sepanjang 2025. Kebijakan ini bertujuan mempercepat normalisasi suku bunga simpanan, menekan kompetisi bunga deposito, sekaligus mendorong bank lebih agresif menyalurkan dana untuk kredit produktif. Penurunan beruntun antara Juni-Agustus-Oktober menegaskan fase low interest rate environment perbankan sepanjang 2025.

Baca juga:

Ikuti Penurunan BI Rate, LPS Rate pun Turun
LPS memutuskan untuk menurunkan tingkat bunga pinjaman (TBP) sebesar 25 basis poin (bps) yakni di angka 3,50% untuk simpanan rupiah di bank umum.

Bank Syariah Nasional (BSN) resmi beroperasi

Menindaklanjuti hasil RUPSLB bulan Agustus 2025, Bank Syariah Nasional resmi beroperasi. Dengan total aset sekitar Rp100 triliun, kehadiran BSN diharapkan bisa mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah, sekaligus mendukung program-program nasional, mulai dari ketahanan pangan, energi terbarukan, industri halal, hingga ekosistem haji.

  • Penyaluran Kredit : Rp8.220 triliun (+7,36% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.756 triliun (+11,48% YoY)

Baca juga:

Bank Syariah Nasional Menambah Meriah Industri Perbankan Syariah
Setelah kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI), industri perbankan syariah tanah air diramaikan dengan kedatangan Bank Syariah Nasional (BSN).

November 2025

Kementerian Keuangan melanjutkan gelombang kedua pemindahan dana SAL Rp76 triliun

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali memindahkan dana SAL milik pemerintah di Bank Indonesia ke sistem keuangan dengan menginjeksi likuiditas Rp76 triliun untuk empat bank pemerintah, yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, dan Bank Jakarta. Penambahan penempatan dana tersebut bertujuan meningkatkan jumlah uang primer (base money) sehingga likuiditas perbankan bertambah, biaya dana berkurang, dan penyaluran ke sektor riil menjadi lebih kuat.

  • Penyaluran Kredit : Rp8.220 triliun (+7,36% YoY)
  • Dana Pihak Ketiga : Rp9.756 triliun (+11,48% YoY)

Desember 2025

PT. Superbank Indonesia resmi melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia

PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi melakukan penawaran perdana saham (IPO) dan berhasil menghimpun dana sebesar Rp 2,79 triliun. Pada perdagangan perdananya, harga saham SUPA langsung dibuka naik signifikan menembus auto reject atas. Mayoritas dana hasil IPO digunakan sebagai modal kerja untuk memperkuat penyaluran kredit kepada segmen underbanked seperti ritel dan UMKM.

Selain penyaluran kepada dua segmen tersebut, dana penghimpunan akan dialokasikan untuk belanja modal mencakup pengembangan produk, sistem pembayaran digital, dan infrastruktur teknologi. Strategi Superbank yang fokus pada pengembangan portofolio pinjaman dengan siklus kredit berbasis kecerdasan buatan (AI) yang diperkuat machine learning dan big data untuk mendorong inovasi.

Pelajaran tahun ini

Sepanjang 2025, arah kebijakan perbankan Indonesia bergerak serempak menuju pelonggaran yang terukur. Bank Indonesia membuka ruang ekspansi melalui lima kali penurunan suku bunga acuan, yang diperkuat langkah Lembaga Penjamin Simpanan menurunkan suku bunga penjaminan simpanan bertahap hingga level terendah.

Di sisi fiskal, pemerintah melengkapi bauran kebijakan tersebut dengan penempatan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara pada September, sebagai bantalan likuiditas sekaligus dorongan agar kredit kembali mengalir ke sektor produktif.

Namun, respons perbankan menunjukkan kehati-hatian yang konsisten: penyesuaian bunga berlangsung bertahap, ekspansi kredit tetap selektif, dan pengelolaan risiko menjadi prioritas di tengah permintaan yang belum sepenuhnya pulih.

Kombinasi kebijakan moneter, penjaminan simpanan, dan intervensi likuiditas ini menandai 2025 bukan sekadar tahun stimulus, melainkan fase transisi menuju struktur perbankan yang lebih efisien, adaptif, dan siap memasuki siklus pertumbuhan berikutnya.

Penulis

Chris Wibisana
Chris Wibisana

Wartawan Makroekonomi, Energi, Lingkungan, Keuangan, Ketenagakerjaan, dan Internasional

Baca selengkapnya