Berburu Citarasa Timur Tengah Favorit Kaum Expat dan Pejabat

Berbagai restoran menyajikan masakan khas Timur Tengah yang bisa menjadi pilihan bagi siapa pun yang ingin mencicip kekayaan cita rasa dari jazirah Arab. Yang mana yang menjadi pilihan sobat SUAR?

Berburu Citarasa Timur Tengah Favorit Kaum Expat dan Pejabat
Foto oleh Luna Wang / Unsplash
Daftar Isi

Memasuki hari-hari berhujan yang semakin tak menentu, hidangan berempah tak pernah salah untuk menghangatkan badan. Kuliner khas Timur Tengah salah satunya. Campuran rempah-rempah yang kaya, suasana restoran yang menenangkan, dan lidah yang termanjakan berbagai kenikmatan menghadirkan sensasi yang tak akan terlupakan.

SUAR berkesempatan berburu citarasa Timur Tengah ke berbagai restoran di Jakarta. Pangsa kuliner ini tersebar dari berbagai kalangan, mulai dari hidden gem hingga restoran bintang lima. Pilihan menu memang tak jauh berbeda, tetapi soal rasa, lidah tidak akan pernah bisa berdusta.

Setiap restoran memiliki ciri khas dan keunggulan yang berbeda. Ada yang mengunggulkan menu nasi, menu daging, hingga keragaman variasi menu yang ditawarkan. Dari sejumlah restoran Timur Tengah yang kami kunjungi, terdapat tiga restoran yang berhasil menduduki klasemen puncak dari segi rasa maupun suasana.

Sulit menentukan juara satu di antara mereka, tetapi satu kesepakatan yang berhasil kami capai: ketiganya sangat pantas Anda coba.

Salah satu sudut restoran Aljazeerah Signature di Jl Johar No.8 Jakarta Pusat (Foto: Instagram Aljazeerah Signature

Al Jazeerah Signature

Berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat, Al Jazeerah menjadi top of mind dalam restoran Timur Tengah di Jakarta. Terkenal sebagai restoran fine dining, Al Jazeerah menjanjikan pengalaman bersantap bagai keluarga Emirat dan citarasa yang membuat lidah menari.

Aroma gaharu lembut menyelisik hidung ketika SUAR menjajal restoran ini, Kamis (13/11/2025). Suasana lampu kuning yang hangat, ruangan yang tenang menjadikan suasana benar-benar menenangkan. Segera terlintas di kepala, restoran ini bukan hanya cocok menjadi tempat bersantap, tetapi juga berunding dengan rekan bisnis.

Said Saleh Alwaini, pemilik Al Jazeerah, membanggakan restoran miliknya sebagai favorit ekspatriat Timur Tengah di Jakarta. CEO Binawan Group ini bahkan menjamin semua bahan baku serta bumbu-bumbu diimpor dari Arab Saudi, sehingga menjamin autentisitas rasa.

Tak sulit bagi telunjuk untuk memilih nasi briyani kambing sebagai menu unggulan Al Jazeerah. Sementara menunggu, hidangan teh dalam poci khas Timur Tengah menjadi pembuka yang menyiapkan perut untuk menikmati santapan. Tanpa berlama-lama, bintang utama mendarat di meja.

Olahan beras basmati berjejak rempah menjadi penanda utama. Disuap bersama daging kambing yang tidak melawan saat dikunyah, perpaduan rasa yang istimewa. Kambing muda adalah rahasianya. Di tangan yang tepat, aroma khas daging berhasil tersamar sempurna. Karenanya, sekalipun memiliki porsi besar, tidak butuh waktu lama menandaskan seporsi nasi briyani kambing unggulan Al Jazeerah.

Mulut yang terasa panas karena rempah dengan cepat dingin dengan pudding roti Umm Ali. Bersiram manis susu dan renyah bertabur kacang almon, sajian penutup manis ini menutup pengalaman bersantap yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga berkesan.

Kebuli Ghazni

Anita Trusia, 48, tengah memotong-motong mentimun untuk acar ketika kami mendatangi gerai Kebuli Ghazni di lantai dasar Tower Cendana, Kalibata City, Jumat (14/11/2025). Dua penanak nasi besar berjajar di sebelah Anita, masing-masing berisi nasi kebuli dan nasi briyani. Karena datang pagi, kami jadi pelanggan pertama. Namun, persiapan tampak telah mendekati akhir. Nasi sudah tanak. Daging kebab dan ayam panggang satu-satu keluar dari sebuah oven besar.

“Tante buka pagi untuk sarapan pelanggan lokal. Kalau pelanggan Arab dan Timur Tengah, sarapannya nanti, setengah empat sore,” ucap Anita seraya tersenyum mengembang. 

Tak perlu menunggu lama, seporsi nasi briyani dan kebab khobida tersaji di atas piring kuningan. Aroma rempah gurih menyeruak dari bulir-bulir nasi basmati. Sesuai kebiasaan Asia Tengah, hidangan tersaji lengkap dengan tomat panggang, acar, sambal, dan chutney. Yang terakhir adalah saus dari campuran yoghurt, bawang putih, daun ketumbar, garam, dan lada hitam untuk disiramkan ke atas dua lonjor daging kebab.

Suapan pertama nasi dan daging memberikan sensasi pedas hangat yang segera memenuhi rongga mulut. Berbeda dengan Al Jazeerah, aroma rempah briyani berpadu dengan kejutan asam dan asin dari chutney menghasilkan citarasa yang saling melengkapi.

Menu Kebuli Ghazni. Arah jarum jam: roti maryam, nasi kebuli ayam, nasi briyani khobida, dan kondimen berupa chutney, acar, sambal, dan tomat panggang. Foto: SUAR/Chris Wibisana

Ke dalam rongga mulut yang hangat karena rempah, suapan tomat panggang memberikan rasa asam segar yang berimbang. Sekalipun menggunakan minyak samin, ketepatan komposisi berhasil membuat bulir nasi basmati tetap lembut dan tidak berminyak. 

“Hampir 80 persen pelanggan kami adalah orang-orang Arab, Iran, Pakistan, pegawai kedutaan, bahkan refugee Afghanistan di Kalideres dan Bekasi juga datang jauh-jauh ke sini. Direktur Sucofindo Pak Achyar Najib bahkan beberapa kali mampir ke sini,” ungkapnya. 

Dengan harga menu dibanderol bervariasi mulai dari Rp40.000, pendapatan kotor Kebuli Ghazni pada saat ramai dalam sehari dapat mencapai Rp5.000.000 semalam. Pada saat sepi, sedikitnya Rp1.000.000 dapat dibawa pulang.

Secangkir minuman hangat berwarna coklat keruh mendarat di meja di sela perbincangan kami. Di papan menu, menu ini tertulis “teh tarik”. Sejatinya, ini chai atau teh masala. Isinya bukan cuma teh dan susu, melainkan juga kandungan berbagai rempah berkhasiat. 

Pada seruput pertama, citarasa kayu manis, cengkeh, jinten, adas, dan rempah lain berbalap dengan teh dan susu. Minuman hangat ini tak hanya berhasil membilas gurih nasi briyani, tetapi juga memberikan sensasi minuman berempah yang kuat, tetapi lembut dan menyegarkan. 

Dalam pemilihan bahan, Anita memang tidak main-main. Berbelanja sepekan sekali ke Pasar Induk Kramat Jati untuk bahan-bahan yang tersedia secara lokal, dia rela mengeluarkan modal besar untuk memperoleh bahan-bahan pilihan, termasuk rempah-rempah asli dan beras basmati Daawat yang diimpor dari India.

Ke depan, Anita melihat peluang sangat besar untuk gerai mereka. Penambahan jumlah pelanggan Indonesia akhir-akhir ini menjadi salah satu gejala yang diamati, tanda bahwa selera Timur Tengah mendapatkan tempat di lidah masyarakat Indonesia. Pasangannya bahkan berencana membuat bakery, meneruskan resep roti khas Tajikistan yang dimiliki keluarganya turun-temurun.

“Tapi saya bilang, ‘Ah, sudah-sudah, yang ada dulu saja. Jangan sampai kita bikin baru, yang sudah mapan justru tidak terpegang’,” pungkasnya.

Abunawas Restaurant

Dari Kalibata, SUAR menuntaskan misi berburu ke bilangan Kemang Utara. Di sinilah berdiri cabang kedua Abunawas Restaurant, salah satu restoran Arab legendaris dengan menu yang tak kalah menggugah selera. Berbeda dengan dua lokasi sebelumnya, Abunawas memiliki menu langka: Zurbiyan Lahm.

Terdengar asing? Benar. Sementara pilihan nasi kebuli, mandi, atau briyani sudah sering dijumpai, untuk pertama kalinya kami mendengar zurbiyan lahm. Tanpa sempat membalik halaman menu lain, penasaran membuat jari telunjuk memilih zurbiyan tanpa ragu. Di kepala, kami menduga-duga seperti apa cita rasa yang akan ditawarkan nanti.

Penampakan zurbiyan lahm sekilas tampak seperti briyani dengan warna kuning dan wangi rempah yang kuat. Namun, segera sesudah suapan pertama, kami mendapati bedanya: ada jejak rasa manis dari bawang bombai, juga perbedaan tekstur dengan cacahan kacang arab terselip di antara bulir-bulir nasi.

Perbedaan kedua segera terasa saat kami mengunyah kambing yang menjadi lauk zurbiyan. Sementara Al Jazeerah menyajikan kambing muda yang hampir meleleh di mulut, daging kambing di Abunawas lebih berkarakter dengan serat yang besar, tetapi tetap empuk. Dari segi bumbu, intensitas rempah pada daging lebih dominan daripada nasi.

Seperti Al Jazeerah, Abunawas juga menyajikan Umm Ali. Namun, ketika sudut mata melirik menu Kunafa terselip di daftar, kami tak sungkan memilihnya. Camilan ini sudah cukup populer di Indonesia, dan kami sudah dapat membayangkan citarasanya sebelum makanan tiba.

Benar saja. Semolina parut yang renyah bersalut sirup manis segera mendarat di lidah, bersamaan dengan cacahan kacang pistachio. Kejutan berikutnya, krim keju di dalam Kunafa memberi perpaduan rasa gurih dan manis yang selaras. Ini adalah penutup sempurna untuk menu berempah yang telah menghangatkan lidah dan mengenyangkan perut.

Restoran Abunawas di Matraman Jakarta Pusat. (Foto: Instagram Abunawas)

Ketiga restoran di atas bisa menjadi pilihan bagi siapa pun yang ingin mencicip kekayaan cita rasa dari jazirah Arab. Yang mana yang menjadi pilihan sobat SUAR?

Penulis

Chris Wibisana
Chris Wibisana

Wartawan Makroekonomi, Energi, Lingkungan, Keuangan, Ketenagakerjaan, dan Internasional