Mewaspadai "Dumping" dan Harapan di Triwulan Ketiga

Mewaspadai "Dumping" dan Harapan di Triwulan Ketiga
Daftar Isi

Selamat pagi Chief… 

Berikut informasi penting terkait pengembangan semesta dunia usaha yang perlu mendapat perhatian hari ini berdasarkan kurasi Tim SUAR.

Waspada "Dumping" Impor Pasca Putusan Tarif Trump

Penyesuaian tarif ekspor sebesar 19 persen untuk sejumlah komoditas asal Indonesia, yang diketok Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tak sepenuhnya menguntungkan industri dalam negeri. Negara besar semacam China berpotensi kuat melakukan diversifikasi pasar untuk berbagai produknya demi menyiasati perang dagang dengan AS. Sehingga, komoditi unggulan asal negeri tirai bambu seperti tekstil beserta hasil tekstil dan baja dinilai bakal membanjiri pasar domestik.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wirawasta mengatakan, pihaknya menyoroti besaran tarif untuk China. Sebab, bicara soal China dan negara pesaing di industri tekstil, Redma mengkhawatirkan pangsa pasar domestik bisa disikat juga. Padahal, ketika cuan dari ekspor mandek, maka pasar dalam negeri menjadi satu-satunya harapan untuk bertahan dan terus produksi.

Perusahaan tekstil terutama di sektor hulu selalu kecolongan barang impor China. Redma menuturkan, penyebabnya lantaran Kementerian Perindustrian (Kemenperin) selalu merekomendasikan pemenuhan bahan baku industri tekstil dan garmen bersumber dari impor China. Banjirnya impor China dipicu karena ada dugaan permainan kuota sehingga terdapat sejumlah perusahaan yang menjadi proksi impor.

Beralih ke komoditi baja, tren ekspor baja dari China pun mulai bergerak naik. Menukil analisis pakar industri baja dan pertambangan dari SMInsight, Widodo Setiadharmaji, rupanya ekspor produk baja jadi China mencapai 58,15 juta ton sepanjang Januari hingga Juni 2025 atau saat eskalasi periode tarif Trump. Jumlah ekspor ini naik 9,2 persen jika dikomparasikan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun di Indonesia, impor baja jadi asal China meningkat dari 1,29 juta ton menjadi 1,34 juta ton, atau naik sekitar 3,9 persen pada periode Januari hingga April 2025, menurut data Global Steel Trade Monitor (GSTM). Jumlah ini belum termasuk impor produk semi-finished yang melonjak dari 39 ribu ton menjadi 830 ribu ton.

Baca selengkapnya di sini.

Dua Wajah Paradoks Robot dan AI pada Ketenagakerjaan

Mengutip laporan Bank Dunia bertajuk "Pekerjaan di Masa Depan: Robot, Kecerdasan Buatan, dan Platform Digital di Asia Timur dan Pasifik" yang dirilis 25 Juni 2025 mengungkap paradoks dampak teknologi mutakhir ini.

Penggunaan robot dilaporkan memacu pertumbuhan lapangan kerja industri di Tiongkok dan Vietnam. Di Vietnam misalnya, adopsi robot meningkatkan lapangan kerja 10% dan upah 5%, terutama bagi pekerja muda dan terampil.

Namun, berkah pertumbuhan itu tidak merata dan tidak terjadi di negara lain. Sebanyak 1,4 juta pekerja berketerampilan rendah di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, tersingkir ke sektor informal antara 2018–2022.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam menyoroti pergeseran kebutuhan keterampilan serta langkah-langkah adaptasi yang diambil sektor industri dalam menghadapi tantangan ini.

Sejak satu dekade terakhir, otomatisasi dan robotisasi telah merambah berbagai sektor, tidak hanya manufaktur tetapi juga pekerjaan administratif. "Pekerjaan-pekerjaan yang berulang-ulang (teknis) itu pasti semakin lama semakin kecil ruangnya," ungkapnya kepada Suar (18/7/2025).

Baca selengkapnya di sini.

Secercah Harapan di Triwulan Ketiga

Walau masih diliputi banyak tantangan, dunia usaha berharap perekonomian kian membaik pada triwulan ketiga. Faktor penopangnya antara lain makin meningkatnya belanja proyek konstruksi, menggeliatnya sektor perdagangan besar & otomotif, dan meningkatnya sektor pertanian.

Hal ini tercermin dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dirilis Jumat (18/7/2025), menyebutkan, kegiatan usaha pada triwulan ketiga 2025 melanjutkan peningkatan usaha yang tercermin dari hasil Saldo Bersih Tertimbang (SBT) responden pada posisi 11,98 persen. Angka ini meningkat dibandingkan triwulan kedua 2025 yang pada posisi 11,70 persen.

Dunia usaha dalam negeri memang membutuhkan suntikan keyakinan akan kebangkitan. Sebab, dalam enam bulan terakhir, perekonomian dalam kondisi lesu.

Hal tercermin dari Indeks Belanja Manager (Purchasing Managers Index/PMI). Mengutip lembaga riset S&P, posisi PMI Indonesia pada Juni pada level 46,9 menurun dibandingkan Mei yang pada level 47,4. Posisi indeks di bawah 50 menunjukkan kontraksi, sebaliknya di atas 50 menunjukkan ekspansi.

Josua Pardede menjelaskan bahwa kondisi ini didukung oleh membaiknya persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi yang stabil terhadap kondisi ekonomi masa depan. Di samping itu, menurutnya, penjualan eceran juga menunjukkan peningkatan positif, terutama didorong oleh permintaan selama libur sekolah, Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha, serta promosi tengah tahun.

Baca selengkapnya di sini.

GIIAS Diandalkan untuk Dongkrak Kinerja Perusahaan Pembiayaan

Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 dinilai menjadi momentum strategis untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan kendaraan, khususnya mobil. Perusahaan pembiayaan memanfaatkan ajang ini untuk memperkenalkan beragam program kredit, promo menarik, dan kemudahan transaksi kepada calon pembeli.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyebut GIIAS sebagai ajang promosi besar bagi industri otomotif. “Di situ mereka mengundang masyarakat, mengenalkan model dan teknologi baru, serta menawarkan berbagai promo pembelian,” kata Suwandi saat dihubungi melalui telepon, Minggu (20/7/2025).

Program pembiayaan mobil menjadi fokus utama Astra Financial di GIIAS 2025. Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Financial Services (TAF) menawarkan bunga kredit mulai 2,3 persen untuk tenor 1 sampai 3 tahun, dan 4,5 persen untuk tenor 4 sampai 5 tahun.

Baca selengkapnya di sini.

Gen Z Mendominasi Pasar Modal

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Juni 2025, investor pasar modal didominasi oleh Gen Z yang tercermin dari 54,2 persen investor dari kalangan usia ini. Mengikut di belakang Gen Z ada investor generasi milenial (31-40 tahun) dengan porsi 24,81 persen dari total jumlah investor.

Adapun kalangan investor usia 41-50 tahun berada di 12,25 persen, diikuti investor usia 51-60 tahun dengan 5,75 persen, dan investor berusia 60 tahun ke atas dengan 2,95 persen.

Kendati mendominasi jumlah investor di pasar modal, namun nilai investasi Gen Z justru terkecil dibandingkan generasi lainnya yakni sebesar Rp41,3 triliun. Wajar karena investor Gen Z diisi oleh banyak karyawan baru dengan tingkat pendapatan mula (entry level). Sementara itu, investor berusia di atas 60 tahun mendominasi memiliki nilai investasi tertinggi dengan nilai Rp 924,44 triliun.

Tingginya partisipasi Gen Z di pasar modal tak lepas dari makin meningkatnya aktivitas penasehat atau influencer keuangan di media sosial. Untuk menjaga Gen Z ini tidak terjerumus pada nasehat yang keliru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan aturan yang mengatur agar penasehat keuangan yang aktif mempromosikan produk di media sosial wajib mengantungi izin sebagai penasehat investasi.

Lanjutkan membaca di sini.

Puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional Ke-78: Peringatan hari koperasi nasional yang mengusung tema "Bangun Koperasi dari Desa, Indonesia Jaya" rencananya akan dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Acara rencananya akan diselenggarakan di Desa Bentangan, Klaten, Jawa Tengah, Senin (21/7/2025). Rencananya pada kesempatan ini, pemerintah akan meluncurkan pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebagai bagian dari strategi besar membangun kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dan memberantas kemiskinan di tingkat desa.

Unjuk Rasa Pengemudi Transportasi Daring: Aliansi pengemudi ojek online berencana kembali menggelar unjuk rasa pada Senin (21/7/2025). Rencananya, diperkirakan 5.000 pengemudi ojek dan taksi daring yang akan berunjuk rasa di depan Istana Presiden. Salah satu poin utama tuntutan mereka adalah meminta potongan biaya dari aplikasi diturunkan menjadi 10 persen, sedangkan saat ini 20 persen.

“Kesuksesan dalam bisnis datang dari kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan.” Warren Buffett (Investor)

Selamat beraktifitas Chief.

Tim SUAR