Semakin banyak perempuan Indonesia yang bekerja. Per Februari 2025, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angkanya mencapai 58,4 juta orang atau sekitar 40% dari total penduduk yang bekerja.
Yang menarik, dari 58,4 juta perempuan bekerja itu, yang status pekerjaannya adalah berusaha sendiri – baik dibantu oleh buruh tetap ataupun buruh tidak tetap – mencapai 20,9 juta orang (35,8%).
Trennya meningkat pesat, bahkan jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Tahun 2019, jumlah perempuan yang berusaha sendiri – baik dibantu oleh buruh tetap maupun buruh tidak tetap – baru sebanyak 17,9 juta orang (34,4%). Selama periode 2020–2025, perempuan bekerja kelompok ini rata-rata tumbuh 2,6% per tahun.
Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perempuan yang bekerja sebagai karyawan atau pegawai. Kelompok perempuan penerima upah ini hanya tumbuh rata-rata 1% per tahun dalam periode yang sama.
Berkembangnya jumlah perempuan yang berusaha sendiri ini tak lepas dari kemudahan akses terhadap modal usaha untuk memulai dan mengembangkan usaha. Terutama bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Penelitian dari lembaga keuangan Amartha menyebutkan, dari berbagai sumber pinjaman yang tersedia untuk UMKM, bank konvensional masih memberikan pinjaman dengan persentase tertinggi (48%). Disusul oleh lembaga keuangan mikro (33,3%) dan koperasi (16,8%). Namun, mulai berkembang pula minat untuk mengakses aplikasi pinjaman fintech secara daring (12,2%) untuk mendapatkan modal.
Aplikasi teknologi finansial yang menjadi alternatif pinjaman, salah satunya, adalah Amartha. Berdiri sejak 2010, Amartha memberikan layanan keuangan yang dapat diakses oleh pelaku usaha kecil dan menengah akar rumput melalui konsep marketplace keuangan mikro dengan model peer to peer (P2P) lending.
Misi utama Amartha adalah memberdayakan ultra-UMKM dengan menyasar perempuan perdesaan untuk mendapatkan akses pinjaman modal kerja. Hingga tahun 2024, Amartha telah menyalurkan lebih dari Rp 6 triliun kepada satu juta wirausaha mikro perempuan di lebih dari 35.000 desa di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Tahun 2023, sebanyak 61,56% mitra UMKM yang disebut juga Ibu Mitra Amartha telah melaporkan peningkatan pendapatan tahunan. Bahkan, sebanyak 67.672 Ibu Mitra Amartha telah berkembang dari tingkat usaha mikro ke tingkat usaha kecil.
Fintech P2P lending menjadi pilihan pembiayaan karena persyaratannya yang mudah. Biasanya hanya memerlukan KTP untuk aplikasi dan menawarkan pencairan pinjaman yang lebih cepat. Platform ini bermanfaat bagi wirausaha dalam situasi mendesak. Selain itu, ada kemudahan prosedur yang dianggap memberikan privasi lebih karena tidak ada kunjungan rumah oleh petugas pemberi pinjaman. Namun, suku bunga yang lebih tinggi menimbulkan tantangan bagi ultra-UMKM untuk membayar tepat waktu.
UMKM dan perempuan ibarat dua sisi mata uang. Kepedulian terhadap pengembangan UMKM, terutama yang dijalani kaum perempuan, menjadi kunci pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraan.