Secercah Harapan di Triwulan Ketiga

Faktor penopangnya antara lain makin meningkatnya belanja proyek konstruksi, menggeliatnya sektor perdagangan besar & otomotif, dan meningkatnya sektor pertanian.

Walau masih diliputi banyak tantangan, dunia usaha berharap perekonomian kian membaik pada triwulan ketiga. Faktor penopangnya antara lain makin meningkatnya belanja proyek konstruksi, menggeliatnya sektor perdagangan besar & otomotif, dan meningkatnya sektor pertanian.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso mengatakan, pihaknya memperkirakan dunia usaha akan menggeliat pada triwulan ketiga.

Hal ini tercermin dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yang dirilis Jumat (18/7/2025), menyebutkan, kegiatan usaha pada triwulan ketiga 2025 melanjutkan peningkatan usaha yang tercermin dari hasil Saldo Bersih Tertimbang (SBT) responden pada posisi 11,98 persen. Angka ini meningkat dibandingkan triwulan kedua 2025 yang pada posisi 11,70 persen.

Kegiatan usaha yang meningkat pada triwulan ketiga adalah konstruksi sejalan dengan dimulainya proyek baik pemerintah maupun swasta.

Selain itu juga dari sektor perdagangan besar dan eceran beserta reparasi mobil dan motor. “Ini sejalan dengan event pameran otomotif tahunan terbesar yang dapat mendorong penjualan kendaraan,” ujar Ramdan, Jumat (18/7/2025).

Tak hanya itu, sektor lain yang diperkirakan meningkat adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan. Ini ditopang musim penghujan yang panjang sehingga menunjang musim panen.

Keyakinan dunia usaha juga coba ditangkap oleh Kementerian Perindustrian melalui Indeks Keyakinan Industri (IKI). Dalam riset IKI per Juni 2025 menyebutkan, keyakinan pelaku industri terhadap prospek usaha dalam enam bulan ke depan masih cukup terjaga.

Para pelaku usaha masih optimis memandang kondisi usaha enam bulan ke depan yang ditunjukkan dari tingkat optimisme yang mencapai 65,8 persen, sedangkan yang menjawab pesimis hanya 9,0 persen. Sisanya mengatakan, kondisi akan relatif sama atau stabil.

“Namun, optimisme pelaku usaha ini terus menurun sejak November 2024, dari 73,4 persen menjadi 65,8 persen pada Juni 2025,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri, awal Juli lalu.

Keinginan akhiri kelesuan

Dunia usaha dalam negeri memang membutuhkan suntikan keyakinan akan kebangkitan. Sebab, dalam enam bulan terakhir, perekonomian dalam kondisi lesu.

Hal tercermin dari Indeks Belanja Manager atau Purchasing Managers Index (PMI). Mengutip lembaga riset S&P, posisi PMI Indonesia pada Juni pada level 46,9 menurun dibandingkan dengan Mei yang pada level 47,4. Posisi indeks di bawah 50 menunjukkan kontraksi, sebaliknya di atas 50 menunjukkan ekspansi.

PMI yang dirilis S&P digunakan untuk menunjukkan seberapa besar manajer pabrik melakukan belanja bahan baku produksi. Ketika belanja bahan baku tinggi menunjukkan kegiatan untuk memenuhi permintaan pasar yang juga besar. Sebaliknya, ketika belanja bahan baku tidak banyak, menunjukkan permintaan pasar juga lesu.

"Ke depannya, perusahaan kurang begitu optimis terhadap perkiraan output, kepercayaan diri turun ke posisi terendah dalam delapan bulan. Kepercayaan diri sedikit turun di tengah kekhawatiran tentang kondisi perekonomian global dan potensi dampaknya terhadap sektor manufaktur Indonesia," ujar Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan persnya, awal Juli.

Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan, selama semester pertama Indonesia menghadapi banyak tantangan baik dari dalam maupun luar negeri. Tantangan dalam negeri antara lain perlambatan ekonomi yang memicu rentetan pemutusan hubungan kerja. Di saat yang sama, kondisi global juga hadapi tantangan yang tak kalah berat yakni perang dagang yang dipicu tarif perdagangan yang dicetuskan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ajib mengatakan, setiap periode baru mesti disikapi dengan optimisme. Di triwulan ketiga ini sejumlah sektor bisa bangkit seperti otomotif dan pertanian. Adanya pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 diharapkan bisa menggairahkan penjualan otomotif. Adapun musim hujan yang panjang juga mendorong panen produk pertanian bisa lebih berkelanjutan.

Selain itu pada semester kedua, biasanya belanja pemerintah sudah bisa dicairkan. Hal ini bisa memicu berjalannya proyek konstruksi.

“Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada semester kedua, diharapkan pemerintah bisa menjadikan belanja pemerintah sebagai stimulus utama,” ujar Ajib.

Prinsip belanja pemerintah harus lebih mengedepankan spending better, yaitu prudent dalam melakukan pola belanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan maksimal. Pemerintah harus fokus dengan pro job creation, ketahanan pangan dan energi. Hal ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden Parbowo Subianto, yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, optimisme  dunia usaha diperkuat oleh data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 yang berada di angka 117,8, sedikit meningkat dari bulan sebelumnya.

Josua Pardede menjelaskan bahwa kondisi ini didukung oleh membaiknya persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi yang stabil terhadap kondisi ekonomi masa depan. Di samping itu, menurutnya, penjualan eceran juga menunjukkan peningkatan positif, terutama didorong oleh permintaan selama libur sekolah, Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha, serta promosi tengah tahun.

“Dari sisi industri pengolahan, Prompt Manufacturing Index (PMI-BI) menunjukkan sektor manufaktur tetap ekspansif dengan PMI sebesar 50,89%, didorong oleh volume produksi dan total pesanan yang terjaga,” katanya kepada Suar, (18/7/2025)

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede/Dok.Pribadi

Kendati begitu, Josua Pardede mengingatkan bahwa prospek ini juga diwarnai oleh tantangan krusial. Salah satunya adalah melambatnya permintaan global yang dapat memengaruhi ekspor, khususnya akibat potensi kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat.

"Meskipun demikian, beberapa wilayah seperti Jawa dan Sumatera merespons tantangan tersebut dengan strategi front-loading ekspor ke AS, yang berpotensi menjaga kinerja ekspor hingga akhir tahun," Ujarnya

Strategi Krusial Menjaga Pertumbuhan Dunia Usaha

Dalam menjaga optimisme dan pertumbuhan dunia usaha hingga akhir 2025, Josua Pardede menyoroti beberapa hal krusial yang perlu dicermati oleh pelaku usaha dan pemerintah:

  • Konsistensi Menjaga Daya Beli Masyarakat: Pemerintah perlu konsisten menjaga daya beli masyarakat melalui insentif fiskal dan bantuan sosial. Konsumsi swasta masih menjadi penopang utama ekonomi, didukung oleh pencairan gaji ke-13 bagi ASN serta stimulus ekonomi seperti subsidi transportasi dan penebalan bantuan sosial.
  • Perhatian Terhadap Inflasi: Inflasi pada triwulan II 2025 masih terkendali di level 1,88% (yoy). Namun, risiko kenaikan inflasi administered prices (AP) seiring berakhirnya kebijakan diskon tarif pemerintah perlu diwaspadai. Koordinasi kebijakan dalam pengendalian inflasi, terutama inflasi pangan melalui TPIP dan TPID, sangat penting.
  • Antisipasi Ketidakpastian Global: Pelaku usaha harus mengantisipasi ketidakpastian global, khususnya terkait risiko kebijakan tarif dari AS. Diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi pasar domestik, dan peningkatan daya saing melalui hilirisasi industri menjadi kunci. Josua mencontohkan potensi positif dari investasi hilirisasi mineral di wilayah Sulampua, Kalimantan, dan Balinusra.
  • Penguatan Intermediasi Perbankan: Perlu terus memperkuat intermediasi perbankan melalui peningkatan akses pembiayaan ke sektor potensial seperti industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan. Tantangan likuiditas dan moderasi lending appetite perbankan harus diatasi dengan kebijakan insentif yang terukur, seperti Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
  • Dorongan Digitalisasi: Penguatan digitalisasi dalam sistem pembayaran dan transaksi ekonomi harus terus didorong. Pertumbuhan signifikan volume transaksi digital payment dan QRIS hingga pertengahan 2025 berpotensi meningkatkan efisiensi ekonomi secara keseluruhan.