Pergerakan wisatawan Indonesia ke luar negeri atau yang disebut dengan wisatawan nasional (wisnas) menandakan perbaikan kondisi ekonomi nasional. Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang melanda dunia telah menyurutkan mobilitas penduduk dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisnas pada tahun 2021 berada di titik terendah yang tercatat sebanyak 1,7 juta perjalanan. Di tahun 2020, jumlahnya masih lebih banyak yakni 2,9 juta perjalanan karena selama periode 3 bulan pertama tahun itu mobilitas belum dibatasi.
Di tahun 2022, setelah pembatasan mobilitas dicabut, jumlah wisnas meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 3,5 juta perjalanan. Di tahun berikutnya (2023) jumlah wisnas kembali meningkat dua kali lipat menjadi 7,5 juta perjalanan. Di tahun 2024, penambahan jumlah wisnas hanya sekitar 19 persen menjadi hampir 9 juta perjalanan.
Sepanjang tahun ini, dari Januari hingga Oktober terdapat 7,5 juta wisnas. Dengan rata-rata per bulan sebanyak 754.739 wisnas yang melakukan perjalanan ke luar negeri, maka hingga akhir tahun total wisnas akan tembus 9 juta perjalanan. Meski demikian, jumlah tersebut belum pulih seperti kondisi sebelum pandemi. Tahun 2019, jumlah wisnas tercatat mencapai lebih dari 11 juta perjalanan.
Pola pergerakan wisnas dalam jumlah besar dimulai dari bulan Oktober hingga memuncak di bulan Januari. Hal ini dipicu oleh menurunnya aktivitas formal menjelang tahun berganti dan liburan selama akhir tahun hingga awal tahun baru. Setelah itu, pergerakan wisnas melambat hingga bulan Juni-Juli meningkat lagi seiring dengan liburan sekolah. Periode Agustus-September kembali melandai. Siklus ini berulang setiap tahun.
Tujuan wisnas bepergian ke luar negeri tidak hanya untuk menikmati liburan. Hasil pendataan BPS, tujuan perjalanan wisnas juga terkait bisnis atau mengikuti kegiatan pengembangan diri seperti diklat/kursus/pendidikan singkat. Selain itu, juga untuk memeriksakan kesehatan (berobat) atau merawat kecantikan, hingga ritual keagamaan.
Tiga negara yang paling banyak menjadi tujuan perjalanan wisnas adalah Malaysia (28,4% dari total perjalanan), Arab Saudi (17,85%), dan Singapura (12,79%). Tahun lalu, rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh wisnas adalah 1.820 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 30 juta untuk sekali perjalanan. Pengeluaran ini tentu berbeda berdasarkan negara tujuan.
Biaya tertinggi dikeluarkan ketika wisnas berpergian ke Amerika Serikat, yaitu sekitar 5.000 dollar AS, ke negara-negara Uni Eropa sekitar 4.700 dollar AS, dan Australia 4.000 dollar AS.
Perjalanan wisnas ke luar negeri menjadi tantangan bagi industri pariwisata nasional karena berpotensi mengurangi devisa yang beredar di dalam negeri. Namun, mobilitas penduduk ke luar negeri juga dianggap dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di negara asal, terutama pada sektor transportasi dan sektor/industri penunjang lainnya.
Selain itu, pengalaman wisnas ke luar negeri secara tidak langsung dapat mendorong inovasi dalam sektor pariwisata domestik dan meningkatkan daya saing destinasi wisata.