Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini sebesar 5,2%. Untuk mencapai target tersebut, di triwulan terakhir 2025 ini pemerintah harus mencapai setidaknya 5,8%. Kurang dari sebulan jelang akhir tahun, dapatkah target tersebut tercapai?
Pada triwulan III-2025, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,04 persen secara tahunan. Secara kumulatif dari triwulan I hingga triwulan III-2025, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,01 persen. Angka ini sangat jauh dari target 5,2%. Kebijakan fiskal, moneter, investasi, dan konsumsi masyarakat harus benar-benar diperkuat untuk mencapai target tinggi tersebut.
Secara historis, dalam periode 2001-2024, pertumbuhan ekonomi triwulan keempat yang tinggi melampaui tiga triwulan sebelumnya pernah terjadi. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali seperti yang ditunjukkan data Badan Pusat Statistik.
Tahun 2004, misalnya, pertumbuhan triwulan IV tercatat 7,16%, lebih besar dibandingkan tiga triwulan sebelumnya yang di kisaran 4%, sehingga pertumbuhan tahun 2004 secara kumulatif mencapai 5,03%. Tahun 2006 juga terjadi hal yang serupa. Begitu juga dengan pertumbuhan triwulan keempat di tahun 2009, 2010, 2015, dan 2017. Namun demikian, pascapandemi, pertumbuhan ekonomi triwulan keempat hanya berkisar antara 5,01% hingga 5,04%.
Dengan gambaran historis demikian, peluang mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di triwulan terakhir bisa terjadi.
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2025 dapat sesuai target. Hal ini didukung oleh perkembangan aktivitas ekonomi pada awal triwulan IV-2025 yang masih ekspansif serta strategi kebijakan pada triwulan terakhir tahun ini.
Di awal triwulan keempat, pemerintah melalui Menteri Keuangan melakukan penempatan dana sebesar Rp 200 triliun kas negara kepada bank-bank pelat merah yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas ekonomi.
Pertumbuhan yang diharapkan tinggi bertumpu pada realisasi serapan anggaran belanja pemerintah, gelontoran paket stimulus ekonomi, dan konsumsi masyarakat pada akhir tahun. Pergerakan masyarakat saat libur Natal dan Tahun Baru diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah memberikan diskon atau potongan harga tiket transportasi berkisar 13-30%.
Selain itu, program bansos yang digulirkan dengan nilai lebih dari Rp 30 triliun juga akan mendorong daya beli. Ada pula program kredit massal untuk perumahan yang ditargetkan diselenggarakan pada Desember 2025. Sekitar 50.000 pengusaha akan menerima kredit usaha rakyat (KUR) perumahan dengan plafon Rp 5 miliar sampai Rp 20 miliar.
Meski demikian, pencapaian target bisa meleset ketika ada hal tak terduga yang terjadi. Bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang tidak ditangani dengan baik adalah salah satunya. Bencana yang berdampak pada kelangkaan bahan makanan dan bahan bakar minyak berpotensi menaikkan inflasi. Hilangnya harta benda masyarakat yang terdampak tentunya akan menurunkan daya beli.