Menangkap Peluang Besar di D-HUB SEZ BSD City

D-HUB SEZ  yang berada di BSD City menjadi SEZ pertama yang berada di kawasan Greater Jakarta, wilayah dengan konsentrasi penduduk berdaya beli tinggi.

Menangkap Peluang Besar di D-HUB SEZ BSD City
D-HUB SEZ dirancang untuk menjadi pusat inovasi dan layanan modern kelas dunia, kota baru yang benar-benar berorientasi masa depan.

Kuliah pascasarjana di kampus asing ternama, namun tetap berada di Indonesia dan terintegrasi dengan berbagai fasilitas penunjang kehidupan modern, bisa jadi hanya bisa ditemukan di Kawasan Ekonomi Khusus Edukasi, Teknologi, dan Kesehatan Internasional (KEK ETKI) Banten yang juga dikenal dengan nama D-HUB SEZ di kawasan BSD City, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 

Ya, di kawasan ini sudah beroperasi perguruan tinggi Monash University yang masuk pada peringkat ke-36 QS World University Rankings 2026. Monash University Indonesia menawarkan empat jurusan program pascasarjana yang terdiri dari Sains Data (Data Science), Kebijakan dan Manajemen Publik (Public Policy and Management), Desain Perkotaan (Urban Design), dan Inovasi Bisnis (Business Innovation).

Selain Monash University Indonesia, di D-HUB SEZ sudah hadir juga Universitas Bina Nusantara (Binus) yang bekerja sama dengan institusi pendidikan asing dan membuka kampus di D-HUB SEZ dengan nama BINUS University.  

Bidang pendidikan memang menjadi salah satu dari beberapa fokus investasi yang coba dikelola D-HUB SEZ. Sektor ini memang disesuaikan dengan peluang terbesar yang dimiliki Indonesia, yaitu:

  • Pendidikan: universitas, vocational schools, research centers, medical schools.
  • Teknologi & digital: startup ecosystem, R&D labs, deep tech, digital nomads.
  • Kesehatan: international hospitals, specialty clinics, rehabilitation centers, CRO/CDMO.
  • Ekonomi kreatif: studio animasi, production house, digital arts, fashion tech.

Dengan kata lain, D-HUB SEZ dirancang untuk menjadi pusat inovasi dan layanan modern kelas dunia, kota baru yang benar-benar berorientasi masa depan.

D-HUB SEZ mempertimbangkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang ditawarkan ke investor, karena dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke luar negeri terus meningkat hingga mencapai 62.828 orang pada tahun 2022. Indonesia bahkan menjadi negara kedua terbesar di ASEAN untuk outbound students.

Tren ini memberi pesan sederhana: para keluarga Indonesia, terutama kelas menengah, menginginkan pendidikan berkualitas global, namun pasokannya masih terbatas.

Ini membuka ruang luas bagi kampus internasional, vocational schools, research institutes, dan lembaga pelatihan untuk hadir secara fisik di Indonesia. Bila ekosistemnya lengkap, Indonesia memiliki potensi menjadi hub pendidikan tinggi di Asia Tenggara.

Di sektor kesehatan, diperkirakan setiap tahun, lebih dari 2 juta orang Indonesia bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan layanan medis. Tidak sedikit yang berangkat bukan karena Indonesia tidak mampu, tetapi karena persepsi dan ekspektasi mereka terhadap kualitas pelayanan kesehatan semakin tinggi.

Data menunjukkan, 42% pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri memilih Malaysia sebagai tujuan utama pengobatan, dan 32% memilih Singapura, sedangkan sisanya tersebar di Thailand, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat.

Duit yang terbang ke luar negeri buat berobat ini saja, diperkirakan totalnya mencapai US$ 11,5 miliar setiap tahun. Potensi ini menunjukkan permintaan sudah ada, hanya belum diserap oleh fasilitas kesehatan kelas dunia di dalam negeri.

Dalam beberapa tahun ke depan, menurut Kepala Badan Usaha Pengembangan dan Pengelola (BUPP) KEK ETKI Banten Lindawaty Chandra, D-HUB SEZ akan fokus untuk membangun industri kesehatan yang bertaraf internasional. Sejumlah upaya pun dilakukan untuk menarik investasi global masuk ke Indonesia. Salah satu persoalan yang sedang diupayakan untuk diatasi, adalah masih banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri.

Dalam beberapa tahun ke depan, D-HUB SEZ akan fokus untuk membangun industri kesehatan yang bertaraf internasional

Salah satu upayanya, adalah dengan mengundang rumah sakit terkemuka bertaraf internasional membangun fasilitas kesehatan di kawasan D-HUB SEZ yang mana pada akhirnya juga akan memberikan dampak kepada peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

“Kami sampai tiga tahun ke depan masih fokus ke kesehatan dulu, sekarang lagi intensif ngobrol dengan beberapa anchor hospital. Hopefully di tahun depan anchor hospital ada yang masuk, kita lagi diskusi dari Korea dan Jepang. Dengan adanya hospital tersebut tentunya akan meningkatkan daya saing kita juga, di samping ada penyerapan tenaga kerja,” jelas Lindawaty.

D-HUB SEZ akan fokus untuk membangun industri kesehatan yang bertaraf internasional.

Selain kesehatan dan pendidikan, dua sektor lain tumbuh sangat pesat: digital economy dan creative economy. Ekonomi digital Indonesia saat ini adalah yang terbesar di ASEAN, menyumbang 40% dari nilai ekonomi digital regional. Pada tahun 2030, nilainya diprediksi melonjak menjadi US$220 miliar hingga US$360 miliar, tiga hingga lima kali lipat dari kondisi 2022. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar digital, tetapi juga pusat inovasi regional.

Sementara itu, ekonomi kreatif dipersiapkan sebagai pilar menuju “Golden Indonesia 2045” dengan target ambisius yaitu berkontribusi hingga 8,37% terhadap GDP, mempekerjakan 27,6 juta pekerja kreatif, dan memicu pertumbuhan ekspor dan investasi yang stabil.

Sektor-sektor ini, kesehatan, pendidikan, dan digital-kreatif, sama-sama membutuhkan ruang, ekosistem, dan kebijakan yang memungkinkan inovasi tumbuh. Dan SEZ Banten memainkan perannya untuk mendorong tiga sektor ini tumbuh besar dan memberikan andil pada pemerataan ekonomi di Indonesia 

Kawasan Ekonomi Khusus kaya fasilitas 

Untuk berkontribusi dalam percepatan pembangunan itu, pada tanggal 7 Oktober 2024, pemerintah resmi menetapkan D-HUB SEZ sebagai bagian dari portofolio Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia. Dengan penetapan ini, D-HUB SEZ  yang berada di BSD City menjadi SEZ pertama yang berada di kawasan Greater Jakarta, wilayah dengan konsentrasi penduduk berdaya beli tinggi.

BSD City telah mengalokasikan 60 hektare yang dibagi menjadi lima zona pengembangan. Area-area ini dirancang untuk saling melengkapi: mulai dari science tower untuk riset medis, knowledge tower untuk pendidikan, hingga creative district dan tech district yang dapat berkembang menjadi hub inovasi Asia Tenggara.

  • D-Hub Area 1 – 29 Ha (SEZ 1A – 1 Ha, 1B – 3 Ha, 1C – 25 Ha)
  • D-Hub Area 2 – 31 Ha (Situ Gadung) (SEZ 2A – 14 Ha, 2B – 17 Ha)

Model pengembangan seperti ini sengaja didesain agar ekosistemnya tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling menguatkan. Mahasiswa bertemu peneliti, peneliti bertemu startup, startup bertemu rumah sakit atau creative studios, semuanya dalam satu kawasan hidup.

Untuk memperkuat ekosistem di kawasan BSD City dan khususnya D-HUB SEZ, Lindawaty juga menyebut ke depannya pihaknya akan berupaya untuk menarik investasi data center.

Proses menarik investasi data center tersebut saat ini disebut masih berjalan, ekosistem infrastruktur yang mendukung untuk kebutuhan data center seperti air, listrik, dan jaringan fiber juga masih terus diperkuat.

“Satu data center ini investasinya bisa lebih dari Rp1 triliun. Dan tentunya bisa juga memasukkan capex investment ke Indonesia, juga dari sisi alat-alat juga dimudahkan masuk, dan lain sebagainya, sehingga mungkin dari sisi bisnis model masih bisa masuk di lokasi ini,” kata Lindawaty.

Menurut Lindawaty, dengan adanya ekosistem yang telah tercipta di kawasan BSD City dan semakin menguat setelah adanya status KEK, diharapkan akan mampu menghidupkan serta membawa perekonomian nasional ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

“D-HUB SEZ ini tuh kan lokasinya di BSD City, di mana BSD sendiri merupakan suatu kota terpadu yang sudah berkembang juga dan memiliki infrastruktur serta ekosistem yang sudah lengkap. Nah kami merasa dari pengembang bahwa BSD City ini sudah siap untuk next step level untuk mendatangkan investasi global,” kata Lindawaty. 

Berbeda dengan banyak SEZ lain yang harus memulai dari nol, D-HUB SEZ berdiri di tengah salah satu kota baru paling berkembang di Indonesia. BSD dan sekitarnya kini dihuni oleh 2,2 juta orang dalam radius 10 km, suatu captive market yang besar dan sudah mapan.

Dalam 30 tahun ke depan, seiring perluasan area pengembangan BSD City, jumlah ini diproyeksikan mencapai 4,5 juta penduduk. Artinya, D-HUB SEZ tidak sedang menunggu pasar datang, pasarnya sudah ada dan akan terus membesar.

Agar kawasan ekonomi bisa memberikan peluang yang berkesinambungan bagi warga yang berusaha dan berkarya di dalamnya, maka perlu aksesnya mudah, sehingga mobilitas juga menjadi lancar dan efisien. Hal itu sudah dipenuhi BSD City dengan jarak tempuh yang hanya 30 menit ke Bandara Soekarno–Hatta, ada 8 akses tol, 5 stasiun kereta, juga didukung  layanan TransJakarta, commuter line, dan transportasi terpadu.

Keunggulan ini menjadikan BSD salah satu kawasan paling terhubung di Jabodetabek, setara bahkan melampaui banyak kota baru di Asia Tenggara.

Selain itu, kepastian regulasi dan benefit fiskal–nonfiskal yang kompetitif juga menjadi keunggulan D-HUB SEZ. Beberapa regulasi lengkap yang sudah berlaku yaitu:

  • PP No. 40/2021 (SEZ National Regulation)
  • PP No. 38/2024 (Penetapan BUPP ETKI Banten)
  • Permenkes 1/2023 & 18/2023 untuk layanan rumah sakit & klinik
  • Administrasi SEZ (perizinan, fasilitasi, layanan khusus)

Kombinasi regulasi ini memberikan jaminan kepastian hukum dan kemudahan beroperasi bagi investor. Selain menyiapkan kerangka regulasi lengkap untuk memastikan investor dapat beroperasi dengan aman, cepat, dan efisien. 

Pemerintah juga menyiapkan fasilitas fiskal seperti tax holiday 10 tahun hingga 20 tahun, ● pengurangan PPh netto, pembebasan PPN dan bea masuk, hingga fasilitas impor barang modal. Ini menjadikannya salah satu SEZ paling kompetitif di Indonesia.

Sementara fasilitas non-fiskal, seperti kepemilikan asing 100%, mekanisme ekspres untuk impor alat kesehatan, visa berulang, hingga HGB 80 tahun, dibuat agar investor tidak terhambat oleh birokrasi yang biasanya rumit.

Berbagai pilihan jalur investasi 

Tak hanya di sektor kesehatan, dalam menarik investasi masuk ke D-HUB SEZ, Lindawaty menyebut pihaknya sudah menyiapkan sejumlah skema bisnis yang bisa ditawarkan kepada para pelaku usaha.

“Kita enggak seperti di KEK lain yang mungkin harus wajib sewa jangka panjang atau dalam luasan yang cukup luas, atau misalnya membeli lahan. Kita punya berbagai tipe investment yang cocok, baik dari small, middle, sampai ke anchor tenant yang akan masuk ke KEK,” jelas Lindawaty.

Saat ini sudah ada tiga skema investasi yang ditawarkan ke calon investor:

  1. Sewa/Rent – Biomedical Campus Ruang premium di Knowledge Tower dan Science Tower untuk institusi pendidikan, riset, dan fasilitas medis.
  2. Commercial Units for Sale (POWEL) Unit komersial siap pakai untuk bisnis kreatif, teknologi, dan layanan pendukung.
  3. Commercial Lots Termasuk 3,2 hektare lahan khusus untuk rumah sakit internasional, yang bisa dikembangkan sesuai standar global.

Dengan kombinasi ini, investor dapat memilih model yang paling sesuai, mulai dari kampus, pusat riset, fasilitas kesehatan, hingga pusat inovasi digital. “Jadi benefit yang didapatkan juga kurang lebih sama, dimudahkan dari sisi nanti visa dosennya, lalu secara kurikulum juga bisa mengikuti kurikulum dari negara asal,” kata Lindawaty.

Bagaimana pun, Indonesia saat ini sedang bergerak menuju fase baru pertumbuhan ekonomi. Permintaan masyarakat untuk layanan berkualitas tinggi semakin jelas, kelas menengah menguat, dan pemerintah menunjukkan komitmen kuat melalui kebijakan yang progresif.

Kawasan Ekonomi Khusus Edukasi, Teknologi, dan Kesehatan Internasional (KEK ETKI) Banten atau D-HUB SEZ hadir sebagai jawaban atas peluang-peluang besar itu: kawasan yang hidup, terhubung, berorientasi global, dan didukung penuh oleh regulasi pemerintah.

Inilah saatnya bagi institusi pendidikan, perusahaan teknologi, penyedia layanan kesehatan, dan pelaku industri kreatif untuk masuk dan tumbuh bersama Indonesia.

Baca selengkapnya