Menjaga Surplus Neraca Dagang Indonesia-AS Pasca-Penetapan Tarif Baru

Riwayat neraca perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat dari tahun ke tahun selalu tercatat surplus bagi Indonesia. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor AS ke Indonesia.

Menjaga Surplus Neraca Dagang Indonesia-AS Pasca-Penetapan Tarif Baru
Photo by Bobby Ghoshal / Unsplash

Riwayat neraca perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat dari tahun ke tahun selalu tercatat surplus bagi Indonesia. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor AS ke Indonesia.

AS merupakan negara utama kedua tujuan ekspor nonmigas Indonesia, setelah Tiongkok. Laporan Badan Pusat Statistik mengenai kinerja ekspor Indonesia pada 1 Agustus lalu menunjukkan: nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS selama periode Januari–Juni 2025 sebesar 14.778,2 juta dollar AS. Angka ini naik 20,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Porsi ekspor ke AS ini sekitar 11,52% dari total ekspor nonmigas.

Sementara itu, nilai impor dari AS ke Indonesia pada semester pertama tahun 2025 ini tercatat sebesar 4.866 juta dollar AS, naik 6,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia-AS surplus hampir 10.000 juta dollar AS.

Kondisi surplus perdagangan ini tidak hanya terjadi tahun ini. Data menunjukkan surplus perdagangan ini juga terjadi tahun-tahun sebelumnya, bahkan terjadi di tengah perang dagang dan gejolak ekonomi. Surplus tertinggi pernah terjadi pada tahun 2022, yaitu sebesar 18.866,3 juta dollar AS. Tahun 2024, surplus tercatat sebesar 17.016,6 juta dollar AS.

Tiga komoditas ekspor andalan Indonesia ke AS adalah mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesoris.

Dengan tren seperti ini, pascapenetapan tarif resiprokal 19% yang dikenakan kepada Indonesia oleh Presiden AS Donald Trump, pemerintah masih bisa tetap optimistis neraca perdagangan dengan AS akan tetap surplus.

Ekspansi pasar serta optimalisasi rantai pasok komoditas andalan menjadi kunci mempertahankan surplus neraca perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian kondisi geopolitik global.