Libur "Long Weekend" Hari Kemerdekaan Dorong Peningkatan Belanja

Keputusan pemerintah menetapkan cuti bersama pada Senin, 18 Agustus, menciptakan long weekend dari perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus yang jatuh pada hari Minggu. Peringatan kemerdekaan Indonesia ke-80 menjadi momen bagi berbagai gerai untuk menarik pengunjung dengan diskon dan promo khusus.

Libur "Long Weekend" Hari Kemerdekaan Dorong Peningkatan Belanja
Suasana Pondok Indah Mall 2, Jakarta Selatan, Minggu (17/8/2025). FOTO: Harits-Suar.id.

Di tengah daya beli masyarakat yang lesu dan merebaknya fenomena pengunjung Rohana (Rombongan Hanya Nanya) dan Rojali (Rombongan Jarang Beli), pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan memanfaatkan hari libur akhir pekan yang panjang alias long weekend untuk mendongkrak penjualan. Hasilnya cukup ampuh, sedikit mengerek penjualan.

Seperti kita ketahui, keputusan pemerintah menetapkan cuti bersama pada Senin, 18 Agustus, menciptakan long weekend dari perayaan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus yang jatuh pada hari Minggu. Maka, peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-80 menjadi momen bagi berbagai gerai untuk menarik pengunjung dengan diskon dan promo khusus.

Salah satu contohnya di gerai Timberland Pondok Indah Mall (PIM) 2, Jakarta, diskon kemerdekaan digelar sejak 14 Agustus dengan potongan harga 17% untuk produk tertentu. Dimas, Sales Advisor Timberland di PIM 2, menyebut promo ini langsung berdampak pada penjualan. “Hari ini sudah laku enam piece, dan bakal naik saat sore ke malam nanti,” ujarnya.

Tren peningkatan penjualan di Timberland terlihat sejak promo dimulai. Pada 13 Agustus hanya enam produk yang terjual, lalu naik menjadi sepuluh pada 14 Agustus. Sehari kemudian jumlahnya bertambah lagi menjadi 14 produk, dan puncaknya pada 16 Agustus mencapai 16 produk.

Hal serupa juga terlihat di gerai Converse di Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang. Diskon kemerdekaan yang rilis sejak 15 Agustus menawarkan potongan harga 20% untuk setiap pembelian, dengan tambahan diskon 20% ekstra bagi konsumen yang membeli dua produk sekaligus.

Agus, Store Leader Converse Bintaro Xchange, mengakui promo ini berpengaruh terhadap penjualan, meski kenaikannya tidak terlalu signifikan. Menurutnya, penjualan hanya naik sekitar 10% dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya karena Converse rutin merilis program diskon.

“Tapi, kalau dibandingkan hari biasa, promo kemerdekaan ini mampu mendongkrak penjualan hingga empat kali lipat,” katanya.

Diskon kemerdekaan di gerai Converse Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, Minggu (17/08/2025). Foto: Harits-Suar.id.

Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budiharjo Iduansyah, menilai momen 17 Agustus berhasil mengangkat trafik pengunjung. Dia menyebut hampir semua jenis usaha di pusat belanja ikut merasakan dampaknya, mulai dari restoran, toko pakaian, hingga gerai mainan. Promosi yang digelar secara serentak membuat suasana belanja lebih hidup sepanjang libur panjang.

Meski demikian, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menilai tetap ada yang perlu diperhatikan. Long weekend tidak selalu memberi dampak maksimal bagi pusat belanja. Banyak masyarakat kelas menengah lebih memilih bepergian ke luar kota atau luar negeri, sehingga pusat belanja tidak seramai pada libur kejepit. Yang jadi penopang utama kunjungan adalah gerai makanan, minuman, dan hiburan.

Untuk mengantisipasi hal itu, APPBI menggelar Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 yang berlangsung 14 Agustus sampai 24 Agustus di 400 pusat perbelanjaan. Acara ini ditargetkan mampu meningkatkan kunjungan pusat belanja hingga 10% sampai 20% dengan potensi transaksi sekitar Rp 23,32 triliun. ISF dimaksudkan tidak hanya untuk menyemarakkan perayaan kemerdekaan, tetapi juga menjaga daya beli masyarakat di tengah tren libur panjang.

Senada dengan itu, Budiharjo menyebut rangkaian promosi seperti ISF maupun Belanja di Indonesia Aja–Hari Belanja Diskon Indonesia (BINA HBD Indonesia) 2025 penting untuk menjaga antusiasme pengunjung. Pembukaan toko baru, renovasi gerai, dan penambahan produk baik impor maupun lokal dinilai mampu mempertahankan minat belanja.

Promo perbankan

Tak hanya pusat perbelanjaan dan ritel saja yang menawarkan promo khusus spesial hari kemerdekaan, perbankan pun menawarkan hal serupa.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menghadirkan berbagai promo menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Nasabah BCA dapat menikmati penawaran menarik mulai dari Rp 17.000 untuk bertransaksi di berbagai toko yang menyediakan kebutuhan rumah tangga, F&B, ritel, entertainment, hingga fesyen. Promo ini merupakan wujud apresiasi BCA kepada nasabah setia, sekaligus bentuk partisipasi dalam memeriahkan momen bersejarah bangsa.

“Sebagai lembaga perbankan nasional, BCA turut meramaikan perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI dengan menghadirkan beragam promo menarik. Melalui berbagai promo merayakan HUT Kemerdekaan RI, kami berharap dapat meningkatkan nilai tambah serta menghadirkan pengalaman berbelanja yang berkesan bagi nasabah,” ujar EVP Transaction Banking Business Development Norisa Saifuddin dalam keterangannya, Kamis (16/8/2025).

a tall building with a sky scraper in the background
Foto: Hendra Jn / Unsplash

Promo HUT RI yang disediakan BCA dapat dinikmati nasabah dengan transaksi menggunakan QRIS di myBCA, BCA mobile, Flazz, Sakuku, Debit BCA, atau Kartu Kredit BCA di berbagai merchant pilihan. Informasi lengkap promo kemerdekaan dari BCA dapat dilihat pada laman bca.id/hutri80.

Program ini berlangsung pada 14 Agustus–31 Agustus 2025 dan menawarkan berbagai penawaran menarik, mulai dari potongan harga, cashback, hingga reward untuk memenuhi kebutuhan finansial dan gaya hidup masyarakat.

Hal serupa juga dilakukan oleh Bank Mandiri. Senior Vice President Digital Marketing Bank Mandiri Diah Eka Purwanti mengungkapkan, program ini dirancang untuk mengakselerasi transaksi nasabah di sektor ritel sekaligus mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

Untuk itu, Bank Mandiri berkolaborasi dengan puluhan merchant dan brand ternama, baik offline maupun online, termasuk Erafone, iBox, Samsung by Erafone, Blibli, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

“Bank Mandiri berkomitmen menjadi pilihan utama masyarakat dalam memeriahkan kemerdekaan sekaligus mempercepat transformasi ekonomi digital. Dengan ekosistem digital yang menyeluruh, kami ingin menghadirkan promo yang tidak hanya menguntungkan nasabah, tetapi juga mendukung UMKM sejalan dengan semangat Bank Mandiri untuk Indonesia Maju,” ujar Diah, dalam keterangan resminya, Sabtu (16/8).

Berbagai penawaran menarik hadir di sepanjang periode promo ini. Nasabah dapat menikmati diskon hingga Rp 80.000 untuk transaksi menggunakan QRIS Livin’ by Mandiri di Kawasan Pantai Indah Kapuk, serta potongan hingga Rp 35.000 di tenant terpilih Inacraft Vol. IV 2025 yang tersebar di sepuluh wilayah Indonesia, mulai dari Jabodetabek, Cirebon, Bandung, Semarang, Pekalongan, Yogyakarta, Madura, Malang, Bali, hingga Mataram.

brown and white high rise building under blue sky during daytime
Photo by Nico Wijaya / Unsplash

Di bidang investasi, tersedia reward hingga Rp 250.000 untuk pembelian SBR014 melalui fitur Livin’ Investasi. Untuk pembiayaan, Bank Mandiri menawarkan potongan biaya admin hingga Rp 800.000 untuk pengajuan Mandiri Auto, welcoming bonus sampai Rp 1 juta untuk pengajuan Mandiri Kartu Kredit, suku bunga spesial 8,80% fixed selama 10 tahun untuk Mandiri KPR, serta suku bunga mulai 9,25% untuk Mandiri KSM.

Bagi yang ingin membuka tabungan, terdapat potongan biaya hingga Rp 200.000 untuk pembukaan Tabungan All in One Package, reward khusus untuk Tabungan Bisnis, serta e-voucher Rp 100.000 untuk pembukaan Tabungan Rencana.

Sementara di segmen gaya hidup, pengguna Livin’ Sukha bisa mendapatkan potongan Rp 50.000 untuk belanja di Alfamart, Rp 45.000 untuk transaksi di Klik Indomaret, dan hingga Rp 180.000 untuk pembelian Ultra Voucher. Untuk informasi lebih detail mengenai promo HUT RI ke-80 Bank Mandiri, kunjungi bmri.id/fomoHUTRI

Mendorong penjualan

Riset Bank Mandiri pada 2024 menunjukkan, libur long weekend meningkatkan belanja masyarakat hingga 14,4% dibandingkan dengan akhir pekan biasa. Adapun pada 2025, libur long weekend meningkatkan belanja masyarakat hingga 13,8% dibandingkan dengan akhir pekan biasa.

Sub sektor ritel yang paling menikmati kenaikan omzet saat libur long weekend adalah restoran, dengan nilai indeks mencapai 427,7. Ini lebih tinggi ketimbang sub sektor ritel pasar swalayan dan toko busana yang sebesar 291,5 dan 133,9.

Kendati banyak long weekend, rupanya hal ini tidak banyak mendorong masyarakat bepergian jarak jauh. Salah satu indikatornya adalah belanja masyarakat akan biaya hotel tidak alami kenaikan signifikan.

Mandiri Spending Index (MSI) pada Juni 2025 tercatat 269,5 poin, naik dari 255,4 poin pada Mei berkat momentum cuti bersama dan hari raya. Bank Mandiri Institute memperkirakan tanpa libur, indeks belanja itu akan lebih rendah 5% sampai 8%.

Namun, peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai lonjakan konsumsi semacam ini tidak merata di semua kelompok masyarakat.

“Dampaknya lebih terasa bagi kelompok menengah atas yang konsumsinya relatif tidak bergantung pada stimulus pemerintah,” ujar Yusuf. Menurutnya, promo dan libur panjang jarang memberi efek besar bagi kelompok menengah ke bawah yang sensitif terhadap harga dan sangat bergantung pada bantuan langsung pemerintah.

Dia menilai peningkatan konsumsi yang muncul di long weekend 17 Agustus bersifat terbatas. “Memang ada dampak ke menengah dan atas, tapi bagi kelompok lain pengaruhnya kecil,” katanya. Apalagi, tidak ada stimulus tambahan dari pemerintah seperti yang pernah diberikan pada kuartal sebelumnya.

Yusuf menekankan kelas menengah berada pada posisi rentan. Mereka tidak lagi mendapat bantuan reguler seperti masyarakat miskin, tetapi juga tidak sefleksibel kelas atas. “Kaum mendang-mending ini cenderung menahan belanja meski banyak promo,” ujarnya.

Yusuf menekankan kelas menengah berada pada posisi rentan. Mereka tidak lagi mendapat bantuan reguler seperti masyarakat miskin, tetapi juga tidak sefleksibel kelas atas.

Fenomena yang terlihat di pusat belanja juga mencerminkan perilaku kelas menengah. Banyak pengunjung sekadar melihat-lihat atau membandingkan harga dengan platform daring sebelum memutuskan membeli. Hal ini, kata Yusuf, tercermin lewat fenomena Rojali-Rohana. “Ada yang datang, tanya harga, lalu pulang karena merasa lebih murah beli online,” kata Yusuf.

Yusuf juga mengingatkan pentingnya membedakan antara tren musiman dan peningkatan berkelanjutan. “Kita perlu lihat apakah pola konsumsi ini berlanjut di September atau Oktober. Dugaan kami, ini fenomena musiman karena libur dan promo,” jelasnya.

Untuk mendorong konsumsi berkelanjutan, dia menilai pemerintah perlu memberi stimulus yang lebih terarah. Bantuan tunai bisa menjadi langkah cepat mendorong belanja, tetapi yang lebih fundamental adalah penciptaan lapangan kerja formal dengan upah layak dan jaminan sosial.

“Stimulus jangka pendek penting, tapi harus diimbangi kebijakan jangka menengah dan panjang. Pemerintah perlu mendorong mobilitas sosial agar kelompok miskin bisa naik ke menengah, dan menengah naik ke atas,” kata Yusuf. Dia menegaskan pekerjaan formal dengan upah terjamin dan perlindungan sosial menjadi kunci menjaga daya beli.

Fokus utama sebaiknya diarahkan ke kelas menengah yang jumlahnya besar tetapi kini tertekan. “Kalau kelompok ini tidak diperhatikan, sulit berharap konsumsi terus tumbuh. Pemerintah harus memastikan kebijakan benar-benar menyasar mereka,” ujar Yusuf. Dengan begitu, momentum libur panjang tidak sekadar menjadi pesta diskon musiman, melainkan pintu menjaga daya beli masyarakat secara lebih berkelanjutan.

Di samping itu, kebijakan pemerintah juga memberikan pengaruh terhadap antusiasme pengunjung. Budiharjo berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas politik dan keamanan agar konsumen tetap antusias untuk berbelanja. Sebab, regulasi yang berlebihan justru akan menghambat konsumen dan merugikan dunia usaha.

“Kalau peraturannya memberatkan, konsumen bisa lari belanja ke luar negeri, dan dunia usaha dalam negeri yang rugi,” ujarnya.

Penulis: Benediktus Krisna Yogatama, Harits Arrazie, dan Chris Wibisana